mamaku yang bahenol part 1

Waktu itu sepulang aku kuliah mama menyapaku
“Ada apa sih sayang… pulang kuliah koq kamu keliatan murung begitu… gak seperti biasanya….” tegur mama, dengan melongokan wajahnya dari sisi pintu kamar yang dibuka separuh. Namun aku yang tergolek malas ditempat tidur kamarku, tak menjawab pertanyaan mama itu, kecuali tadi hanya melirik sebentar kearah wajahnya.
Melihat reaksiku itu, mama segera masuk menghampiriku.

“Sakit..?” seraya ditempelkan telapak tangannya pada keningku. Yang aku jawab dengan gelengan lemah.

“Kalau gitu ada apa… cerita dong..” desak mama, sambil menghempaskan bokongnya yang masih terbungkus rok seragam pegawai salah satu instansi pemerintah diatas bibir ranjangku.

“Mmm… so’al cewek…? Si Ririn lagi..?” tebak mama, yang aku jawab dengan menarik nafas panjang… dengan reaksiku yang hanya seperti itu, sepertinya mama telah mendapatkan jawaban yang kongkrit bahwa tebakannya itu adalah benar.

“Bertengkar lagi….? Ribut..?”

“Malah sudah bubaran mah…. putus..” jawabku dengan nada putus asa, seraya merubah posisi tubuhku kearah dinding, sehingga punggungku membelakangi mama.
Kali ini mama yg menarik nafas panjang, seraya mungusap-usap bagian belakang kepalaku.

“Ya sudah… mungkin dia bukan jodohmu…. kamu gak perlu murung seperti itu… kamu laki-laki, kamu juga ganteng dan pinter… sejak jauh hari mama memang sudah kurang begitu sreg dengan Ririn.. mama ingin ngomong sama kamu, tapi mama kawatir kamu salah terima dan menuduh mama yang tidak-tidak…..” aku masih terdiam dengan penjelasan mama itu, sampai akhirnya mama melangkah keluar meninggalkan aku.

“Ririn tidak layak mendapatkan kamu gus…. dan kamu, terlalu bagus untuk Ririn….” ujar mama, sambil menutup pintu kamar, lalu menghilang dibalik daun pintu yang bertempelkan poster seorang musisi rock mancanegara.

Mungkin apa yang dikatakan mama ada benarnya. Tapi Ririn.. Ah, aku begitu mencintainya. Sudah sejak SMA aku menjalin hubungan dengan Ririn. Bagiku, Ririn telah begitu dalam berada didalam relung-relung jiwaku. Hubungan kami juga sudah begitu jauh. Ya, begitu jauh, sehingga kamipun sudah terbiasa melakukan hubungan suami istri. Disinilah, dikamar inilah aku dan Ririn biasa memadu cinta… dan birahi. Itu kami lakukan disaat mama sedang bekerja dikantornya. Karna memang aku dan mama hanya tinggal berdua dirumah ini semenjak papa meninggal 4 tahun lalu karna serangan jantung. Dan semenjak itulah mama menjadi seorang single parent dalam membesarkan aku. Aku sebetulnya masih mempunyai seorang kakak perempuan yang usianya terpaut 4 tahun lebih tua dariku. Namun 1 tahun sebelum ayah meninggal, kakakku itu telah menikah dan tinggal bersama suaminya, karna suaminya itu memang termasuk laki-laki yang sudah mapan secara ekonomi. Dengan pertimbangan itu pulalah orang tuaku merestui Kak Indah menikah muda, yaitu selepas lulus SMA, tepatnya diusia 18 tahun, karna orang tuaku menganggap tanpa kak Indah harus bekerjapun, ekonomi suaminya sudah mampu menopang segala kebutuhannya, toh merekapun sudah terlanjur saling cinta, begitupun dari pihak keluarga bedar suami Kak Indah memang sudah mendesak agar mereka segera menikah.

Begitu halnya kak Indah, mamapun dulu menikah dengan papa pada usia 18 tahun, namun bedanya mama tetap kuliah walau statusnya sudah sebagai ibu rumah tangga. Menurut cerita salah satu family yang mulutnya agak ember, katanya sih mama “kecelakaan” duluan saat dulu pacaran dengan ayah, sehingga terpaksa harus dinikahkan beberapa hari setelah lulus-lulusan SMA, itupun dengan kandungan yang sudah berumur 4 bulan. Namun memang pada dasarnya mama cerdas dan tekun, mama sanggup menyelesaikan kuliahnya walaupun sudah memiliki anak, bahkan kini mama telah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan disalah satu instansi pemerintah.
Sepeninggalan papa, mamapun sepertinya tidak memiliki niat untuk mencari pengganti papa, padahal waktu papa meninggal, usia mama juga belum terlalu tua, masih sekitar 38 tahunan dan masih cantik.

Kini usia mama sudah menginjak 42 tahun. Nama lengkap mama Dian herlina, biasa dipanggil ibu Dian. kak Indah 23 tahun, nama lengkapnya, Indah panorama, sedangkan aku Bagus Budi pekerti, 19 tahun.
Diusia mama yang menginjak 42 tahun itu, mama masih terlihat cantik dan menarik. Kulitnya yang putih bersih masih terlihat licin bercahaya, tak ada terlihat gurat-gurat tua sedikitpun, apalagi keriput. Dengan tinggi badannya yg sekitar 168 cm dan berat 85kg, memang tidak bisa dikatakan langsing. Bahkan cenderung bisa disebut gemuk atau subur, istilah bulenya chubby. Namun itu justru terlihat padat berisi,montok dan juga seksi. Buah dadanya masih terlihat kencang dan tidak kendor. Namun yang paling istimewa dari mama adalah bokong atau pantatnya. Bokong mama begitu besar dan menantang, bentuknya bak gitar spanyol. Walaupun begitu perut mama tidak terlihat besar atau buncit sebagaimana layaknya orang-orang gemuk kebanyakan, sehingga kesan gembrot tidak bisa disematkan pada diri mama. Justru kesan seksi lah yang lebih mengemuka. Mungkin memang mama rajin berolahraga dan senam yang teratur sehingga penampilan mama masih terlihat menarik. Tak heran, banyak teman-temanku yang dengan konyolnya menggodaku dengan celotehan “nyokap elu masih boleh ya gus…” “Gile,nyokap elu seksi abis gus..pantatnya yg gua gak tahan.. kalah tuh bedug mesjid..” brengsek memang teman-temanku itu… bahkan ada juga yang kurang ajar dengan mengatakan “Gus, gua kadang-kadang kalau lagi coli suka bayangin nyokap elu..” namun aku tidak pernah merasa tersinggung dengan ocehan teman-temanku itu. Toh mereka berkomentar seperti itu karna kami memang sudah sedemikian akrabnya. Bahkan sesekali pernah juga teman-temanku itu menginap dirumahku.

Ah, kembali pikiranku tertuju pada Ririn. Sial benar, tak kusangka setelah begitu dalam aku mencintainya, dan hubungan kamipun sudah sedemikian jauh, begitu gampangnya dia meninggalkan aku dengan alasan-alasan yang menurutku kurang relevan dan terlalu dibuat-buat. Dan biang kerok penyebab itu semua, siapa lagi kalau bukan anak pakultas kedokteran yang katanya putra pejabat itu.

“Bagus… bangun gus… udah mahgrib nih… eh..Bagus… bangun dong, kamu kan belum makan sayang… “

Ah, teriakan mama membuatku terjaga. Rupanya aku ketiduran tadi.
Dengan malas aku terbangun dan duduk ditepi ranjang, sementara mama masih melongok dari tepi daun pintu yang terbuka separuh.

“Ayo, kamu mandi dulu sana…setelah itu kita makan” ajak mama, seraya berlalu dari situ. Dan beberapa saat kemudian akupun beranjak untuk menuruti perintah mama.

Setelah mandi, akupun kembali masuk kedalam kamar. Sepertinya perasaan hatiku masih kurang plong. Rasa kecewa dan kesal kehilangan kekasih masih menyelimuti sanubari ini, yang bahkan membuatku malas untuk makan malam yang telah disiapkan mama diatas meja makan.

“Baguuuusss…. aduuh… ayo kita makan dulu dong…. kamu ini..mama udah beliin ayam geprek kesukaan kamu nih….” teriak mama dari arah meja makan. Yang mau tidak mau, dengan rasa malas kulangkahkan juga kakiku menuju meja makan. Kulihat mama sudah duduk sambil menyendokan nasi pada piringnya.

“Kamu tu, cemen banget sih…. laki-laki koq diputusin cewek aja sampai kayak gitu… “ ejek mama, seraya kugeser kebelakang kursi yang masih menghimpit rapat pada meja makan, dan aku duduk tepat dihadapan mama.

“Bagus.. bagus… mama aja yang cewek, dulu waktu SMA juga pernah ditinggalin sama cowok mama… tapi mama enggak gitu-gitu amat kaya’ kamu…..” ujar mama sambil menyuap nasi kedalam mulutnya. Sedangkan aku baru mulai menyendok nasi pada piringku.

Sepanjang makan malam itu, bahkan aku tidak membuka suara sama sekali. Hanya menyaksikan mulut mama yang mengunyah makanan sambil tak hentinya menasehati aku, atau lebih tepatnya meng’olok-olok aku. Mulut yang dikatakan oleh temanku mulut nafsuin, karna mulut mama memang agak lebar, serta bibirnya yang sedikit penuh. Ditambah polesan lipstik memang terlihat menantang. Terlebih disaat tersenyum kepada teman-temanku itu. Mama memang selalu ramah kepada teman-temanku.

Mama memang selalu berjilbab saat keluar rumah, namun saat berada dirumah, walaupun ada teman-temanku berkunjung, mama tidak pernah mengenakan jilbab, sehingga teman-temanku juga bisa melihat rambut mama yang hitam kecoklatan panjang sebahu itu. Apalagi mama juga sering mengenakan legging ketat sehingga bokong mama tambah terlihat menantang teman-temanku itu.

Hanya beberapa sendok saja makanan yang berhasil masuk mengisi lambungku, setelah itu akupun kembali masuk kedalam kamar.

Sekitar satu jam setelah aku berada di dalam kamar, selesai makan malam tadi, kulihat mama memasuki kamarku. Dan seperti biasa, dimalam hari biasanya mama selalu mengenakan daster tipis tanpa lengan. Tipisnya kain itu membuat aku dapat melihat dengan jelas celana dalam dan beha mama, bahkan sering juga mama tidak mengenakan beha sehingga buah dadanya bisa terlihat jelas walau terbungkus daster. Dan saat ini, kebetulan memang mama tidak mengenakan beha.

“Maafkan mama ya gus… kayaknya tadi mama keterluan mengolok-olok kamu… sebetulnya sih mama enggak bermaksud begitu…… mama cuma enggak mau kalau kamu itu larut terus dalam kesedihan……” ujar mama dengan lembut, saraya mama membaringkan tubuhnya disampingku. Mama berbaring miring kearahku, sambil tangan kanannya mengelus-elus kepalaku, layaknya seorang ibu yang tengah mengeloni anak bayinya agar tertidur. Dengan begitu, otomatis buah dada mama berada tepat dipipi sebelah kiriku. Kurasakan empuk dan kenyal. Wangi tubuh mama yang khas semakin tercium jelas dihidungku. Jarak wajah mama yang begitu dekat dengan wajahku, membuat hembusan nafasnya yang hangat juga dapat kurasakan menerpa diwajahku.

Berbeda saat kami makan malam tadi, dimana kata-kata mama banyak yang mengandung unsur mengejek atau mencemo’oh, kini perkataan mama lebih banyak menghiburku serta memberikan suport mental kepadaku, sehingga membuat hatiku serasa teduh karnanya. Yang tentunya membuat perasaankupun menjadi lebih plong.

Momen itu berlangsung sekitar 15 menit, sebelum akhirnya mama meminta diri dan menyuruhku segera tidur.

“Sudah ya gus, mama juga mau istirahat dulu…kamu juga tidur ya… biar besok pagi bisa lebih fresh…baik badan kamu maupun pikiran kamu yang sedari tadi kusut itu….” ujar mama, seraya mengecup lembut keningku.

“Maa….” panggilku, saat mama melangkah keluar kamar.

“Apa lagi gus…?”mama menghentikan langkahnya dan kembali berbalik kearahku.

“Mmmm…. mama mau enggak temenin aku malam iniiii aja ma…” mohonku.

“Ah, kamu ini…udah besar koq tidur minta ditemenin mama….” protes mama.

“Ya sudah kalau gitu ma….” ujarku, dengan wajah cemberut.

“iya deh… mama temenin kamu, tapi malam ini aja ya….” setuju mama, mungkin karna melihat reaksiku yang terkesan ngambek tadi.

“Makasih ya ma…. aku betul-betul butuh mama saat ini…”

“Jadi, kamu minta dikelonin mama nih…?” Aku hanya menjawab dengan senyum malu. Seraya mama kembali membaringkan tubuhnya disampingku.

“ih, gak tau malu…udah perjaka masih minta dikelonin sama mamanya…” goda mama sambil tangan kirinya memencet hidungku, sedang tangan kanannya membelai kepalaku. Aku hanya menggelinjang manja menyikapi candaan mama itu, persis seperti anak kecil aleman yang tidak bisa jauh dengan ibunya.

Sejak kecil aku memang sering ditemani mama saat menjelang tidur. Seperti sekarang inilah cara mama mengeloni aku. Berbaring miring dengan tangan kanannya mengelus-elus kepalaku. Bedanya waktu kecil dulu terkadang tangan kiri mama menepuk-nepuk pelan bokong bagian pinggirku, sambil dari mulutnya bersenandung pelan. Dan setelah aku tertidur, mama meninggalkan aku sendiri untuk pergi kekamarnya menyusul papa. Tentu saja aku masih mengingat itu semua karna mama melakukan itu sampai aku duduk di kelas 3 SD.

Kini, disaat perasaanku tengah galau dan kecewa akibat Ririn yang meninggalkan aku, lalu mama datang mendinginkan perasaanku dengan cara ini, atau bisa jadi apa yang dilakukan mama itu sekedar mengungkapkan rasa sesalnya karna sebelumnya mama lebih banyak mencemo’oh aku ketimbang memberikan simpatinya. Tapi apa yang dilakukan mama itu sungguh memberikan rasa nyaman sebagai mana masa kecilku dulu, namun jujur ada sesuatu rasa yang beda disaat sekarang ini. Dulu aku merasakannya sebatas rasa nyaman seorang anak yang merasa terlindungi orang tuanya. Kini rasa itu telah bercampur. Ya bercampur dengan rasa seorang laki-laki yang didekap oleh wanita yang menggairahkan. Rasa cinta seorang anak terhadap ibunya bercampur dengan nafsu birahi akan lawan jenis. Memang kuakui saat aku memasuki kelas 2 SMP, aku sempat nemiliki perasaan tertarik secara seksual dengan mama. Sering aku mengintip mama ketika ia sedang mandi atau berganti pakaian dikamarnya. Bahkan beberapa kali aku pernah mengintip mama sedang berhubungan suami istri dengan almarhum papa.
Namun beruntung, rasa yang secara akhlak itu adalah tidak lumrah dan memalukan berhasil aku singkirkan saat aku mengenal Ririn. Hatiku benar-benar secara utuh aku tambatkan kepada Ririn, gadis yang telah “meng’akomodir” semua kebutuhanku, baik cinta dan kasih sayang, maupun nafsu birahi.
Ya, selama aku menjalin kasih dengan Ririn, memang yang terjadi pada kami sudah layaknya sebagai pasangan suami istri saja. Mungkin dikarnakan rumahku ini disaat siang hari selalu kosong itulah yang mendukung semuanya. Dan semenjak itu pula, nafsu terlarangku terhadap mama seolah sirna, aku tidak pernah lagi ada rasa ketertarikan secara birahi terhadap mama. Namun disaat tadi mama mengeloni aku, rasa itu seolah kembali muncul. Entahlah, apakah itu sekedar suatu bentuk pelarian karna aku kehilangan Ririn, atau karna memang sudah lebih dari satu bulan ini aku tidak melakukan hubungan badan, sehingga rasa itu kini berkecamuk, menagih untuk disalurkan. Karna memang dalam satu bulan lebih ini, semenjak hubungan kami mulai kurang harmonis, Ririn tak pernah lagi mau berkunjung kerumahku, sebelum akhirnya aku ketahui dia dekat dengan seorang mahasiswa kedokteran sialan itu, yang akhirnya dia memutuskan mengakhiri hubungannya denganku. Padahal dulu, paling tidak dua kali dalam seminggu kami saling bergumul dalam gejolak birahi dikamarku ini. Ah, sudahlah..untuk apa aku mengingat-ingat Ririn lagi. Seperti kata mama tadi, aku ini laki-laki, tidak pantas seorang laki-laki terus larut dalam kesedihan hanya karna diputuskan kekasihnya.
Yang pasti tadi batang penisku berdiri, terutama saat buah dada mama menghimpit dipipiku. Ingin rasanya kupeluk tubuh montok dan berisi itu. Dan tentu saja aku merasa kecewa saat mama memutuskan untuk mengakhiri kelonannya dan kembali kekamarnya. Beruntung jurus ngambek yang kugunakan cukup manjur, kini mama kembali mengeloni aku, setidaknya untuk malam ini, begitu katanya tadi.

“Ma, pantat aku ditepu-tepuk dong kayak dulu waktu aku masih kecil…” rengekku.

“Kamu itu masih inget aja sih… perasaan semenjak kelas 1 SD kamu udah enggak mau lagi ditepuk-tepuk pantatmu, jadi semenjak itu ya seperti ini saja mama ngelonin kamunya, sambil ngelus-elus kepalamu ini…..” terang mama.

“Ya, gak apa-apa deh ma…itung-itung nostalgia….”

“Ah,macem-macem aja kamu… pakai nostalgia segala, nanti lama-lama kamu minta nete’ juga kalau alasannya nostalgia…” ujar mama sambil mulai tangan kirinya itu menepuk-nepuk bokong sebelah kananku.

“Ih, mama nih ada-ada aja.. Masa’ udah gede gini minta nete’ sih ma… Emangnya dulu aku mulai berhenti nete’ sama mama waktu umur berapa sih ma….?”

“Sekitar 2 tahunan kayanya sih… ya persis seperti sekarang ini posisi mama kalau lagi nete’in kamu dulu…”
Betul juga sih apa yang dikatakan mama, dengan posisi mama yang mengeloni aku seperti ini, praktis buah dadanya mengarah kewajahku, bahkan sampai menempel pada pipi sebelah kiriku, hanya saja buah dada mama sekarang ini masih terbungkus daster berbahan tipis.

“Maa….” tanyaku

“Apa lagi.. ?” jawab mama sambil masih menepuk-nepuk bokongku.

“Mmmm…***k jadi deh ma…” jawabku, karna aku ragu mengutarakan maksud konyol yang ada dipikiranku.

“Ah, kamu itu…jadi laki-laki itu harus tegas dong…jangan ragu-ragu begitu…”

“Mmm…enggak koq, Cuma..aku mau minta sesuatu tapi kawatir mama marah sih…”

“Emang minta apa sih….?” tanya mama penasaran.

“Enggak apa-apa koq.. “

“Enggak apa-apa koq kawatir mama marah…gimana sih kamu..”

“Ah, sudahlah ma…lupakan aja…” usulku.

“Ya udah, kalau kamu gak kasih tau kamu sebenarnya mau minta apa, mama keluar aja deh….” ancam mama, yang kini mulai berhenti menepuk-nepuk bokongku.

“Eh, jangan dong ma…. iya deh, Bagus akan terus terang, tapi mama janji ya jangan marah….” terangku.

“Iya sudah… apa sih, mama jadi penasaran….”

“Begini ma…. tapi bener jangan marah ya ma… mmmm..Bagus tuh pingin sekali deh ma.. mmm.. ne..ne..netek sama mama… “ jawabku, ragu-ragu dan sedikit kawatir.

“Ih, kamu tuh… ngawur ah, masa’ udah gede gitu mau minta nete’ sama mamanya sih..***k malu apa… lagian kan sekarang tete’ mama gak ada air susunya gus….”

Ah, sukurlah hanya seperti itu reaksi mama, tadinya aku sempat kawatir mama akan menamparku atau minimal memakiku dengan mengatakan anak berpikiran bejat gak tau diri. Ternyata reaksi mama tidak menunjukan rasa marah sedikitpun.

“Abis omongan mama sendiri sih yang tadi menginspirasi Bagus untuk minta itu… padahal sebelumnya Bagus enggak punya pikiran kesana….” terangku, tentu saja aku berbohong, karena memang semenjak tadi aku ingin sekali melumat tete’ mama yang montok itu.

“Iiihh…koq jadi mama yang disalahin… mama kan cuma bilang, kamu itu minta pantatnya ditepok-tepok alasannya untuk nostalgia masa kecil dulu, nanti lama-lama kamu juga minta nenen sama mama dengan alasan yang sama….” protes mama.

“Ya udah ma… kalau mama gak mau enggak apa-apa koq ma… yang penting kan mama enggak marah…” ujarku, kembali seperti tadi dengan wajah sedikit murung, karna aku paham betul mama tidak bisa melihat aku murung, apalagi murungnya disebabkan karena dirinya.

“Bukan begitu gus… bukan mama enggak memperbolehkan kamu untuk nenen sama mama, tapi kan kamu sudah besar gus…sudah gak pantes… lagian itu tidak baik, dosa gus….“ terang mama, sambil kembali menepuk-nepuk bokongku dan membelai kepalaku.

“Iya ma, enggak papa.. Bagus paham koq…” jawabku, namun kali ini wajahku sengaja kuarahkan kesamping kanan, sehingga terkesan membuang muka kepada mama, dan tentu saja raut wajahku semakin kubuat semurung mungkin.

Tak sampai lima menit teknik akal-akalan itu kujalankan, tiba-tiba mama membuka pembicaraan.

“Gus, memang kamu kepingin betul ya nenen sama mama…” yes, pikirku. Segera wajahku kembali kuarahkan menghadap mama.

“Iya ma…Bagus pingiiin sekali…” jawabku.

“Mmmm…. ya udah demi anak mama sih…mmm..sebetulnya gak boleh gus kalau anak sudah dewasa seperti kamu nenen sama mamanya… tapi dari pada mama ngeliat kamu ngambek terus kayak gitu, ya gak papa deh….” pasrah mama.

“Horeeeee….. mama memang sangat pengertian dan baiiik..sekali… makasih sebelumnya ya ma….” sorakku, serayu kukecup pipi mama secara srpontan.

“Ih, dasar kamu…. ya udah, dasternya mama turunin dulu ya, biar kamu enak nenennya….” terang mama, seraya bangkit dan duduk sejenak untuk menurunkan daster bagian atasnya hingga sebatas perut, sehingga terpampanglah dua buah gunung kembar mama yang montok dan putih. Tentu saja pemandangan itu membuatku terbelalak untuk sesaat sambil beberapa kali menelan ludah.

Sambil tersipu-sipu malu karena sikapku yang terlihat bernafsu itu, mama kembali berbaring miring seperti tadi, namun kali ini dengan buah dada yang sudah tidak lagi terbungkus daster.

“Ayo anak nakal, katanya mau nenen sama mama… anak mama sudah haus kan pingin mimi’ cucu….hi..hi..hi..” goda mama, karena melihat aku masih terbengong menatap gunung kembar mama.

Tanpa pikir panjang, segera kukulum puting susu mama yang sebesar kelereng berwarna coklat kehitaman itu. Kukenyot-kenyot dengan rakus secara bergantian, kiri dan kanan.

“Zzzzzzzz……Aaaaaaahhhhhhh….gleghh…” dengus mama sambil meremas-remas rambutku. Kedua mata mama sesekali kulihat terpejam sambil mulutnya menganga.

Posisiku yang sebelumnya telentang, kini miring menghadap mama. Tangan kananku merangkul punggung mama, sedangkan tangan kiriku meremas-remas buah dada mama.

“Uuuuhhhgggg…. mmmmm… Agak digigit-gigit sayang…aaahhh…Aaauuu…pelan-pelan dong sayang….nah,gitu..uuuhhhhh….” gumam mama. Sepertinya mama telah larut dan menikmati permainanku. Nafasnya begitu memburu, hembusan nafasnya juga bertambah panas kurasakan menerpa dikeningku.

Tubuh mama menggelinjang-gelinjang, bahkan tubuhnya dirapatkan pada tubuhku. Bukan itu saja, kaki kirinya membelit bokongku, sehingga paha mulusnya yang montok terpampang jelas bahkan celana dalamnyapun otomatis terlihat karna mau tidak mau mama harus mengangkat terlebih dulu daster bagian bawahnya.

Dengan keadaan seperti itu, praktis batang penisku yang berdiri tegak dan hanya terbungkus sempak model boxer, kini bersentuhan dengan vagina mama yang yang juga masih terbungkus celana dalamnya.

“Aaaaahhhh….Baguuuuusss…kamu koq pinter sekali sih….mmmmmm… nanti kalo mama ketagihan bagaima..na.. guu..uuuss….zzzz…aahhh…” racau mama.

Yah, sepertinya mama sudah begitu menikmatinya dengan sepenuh hati, bahkan cenderung lupa diri. Itu dapat kuyakinkan dari pantat mama yang bergerak-gerak menggesek-gesekan vaginanya pada penisku. Ah, sayangnya keduanya masih terbungkus dalam celana dalam, kalau tidak sudah pasti telah terjadi penetrasi antara kontolku dan memek mama.

Sepertinya mama semakin menggila, karena kini pantatnya bukan sekedar menggesek-gesek, tapi bergerak maju mundur dengan keras, sehingga efek benturannya menimbulkan bunyi puk..puk..puk…

“Aaaaahhhh….guuss… bangsat kamu gus… udah lama banget mama enggak digini’in tau…. aaaagghhh….” racau mama, setengah tak sadar.

Hingga pada puncaknya, mama bangkit seraya menyingkap keatas dasternya, kemudian duduk mengangkangi tubuhku yang telentang. Praktis posisi kami layaknya pasangan yang bersetubuh dengan posisi WOT.

“Kenyotin tetek mama begini aja gus… kenyot-kenyot yang kenceng sayang…jangan lupa sambil digigit-gigit ya….. ayo nenen anakku sayang…aaassahhhhhhh….” racau mama setengah histeris sambil menundukan tubuhnya dengan maksud menyodorkan buah dadanya kewajahku, yang langsung aku sambut dengan penuh nafsu karna memang akupun sudah “on fire” sebagaimana mama, apalagi sudah sebulan lebih kontolku tidak merasakan hangatnya lobang memek.

Sambil menyusu tetek mama, kedua tanganku kini merangkul erat tubuh mama. Sementara bokongku hanya diam pasif karena pinggul mama bergoyang-goyang liar layaknya orang kesurupan menggosok-gosokan selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam pada penisku yang juga masih terbungkus sempak boxer. Uh, meringis juga aku dibuatnya. Bagaimana tidak, batang kontolku yang tengah berdiri tegak dibombardir sedemikian rupa, dengan bokong yang besarnya alaihim pula. Sudah bagus kalau nanti tidak patah atau keseleo.

“Aaaahhhh… baguuuusss….anaku sayaaaang…mama keluar guuuuss….aaaaaaaaaaahhhhh…..anjiiiiiiing…anak sialaaaaaannn……” racau mama, sambil goyangannya semakin menggila. Sepertinya mama telah orgasme, buset.. cairan mama sampai tembus membasahi sempakku, hingga kurasakan cairan agak hangat membasahi kontol dan selangkanganku.

Selang beberapa saat tubuh mama terkulai lemas diatas tubuhku, sehingga kini pinggulku yang bergoyang turun naik menggesek’gesek.

Ah, kini justru diriku yang kurasakan hampir mencapai klimaks. Kugoyang semakin kuat. Kuluman tetek mama aku lepaskan. Kini justru mulut mama yang menjadi sasaran, mulut seksi yang sedikit lebar dengan bibir menantang itu kini kulumat habis. Lidahku kutelusupkan kedalamnya. Mama meresponnya dengan menyedot-nyedot lidahku. Kurasakan air liur mama mengalir masuk kedalam mulutku, yang tentunya langsung kureguk dengan rakus.

“Mmmmmmmmm…..mmmmmmmmhhhhh….mmmhhhhh…..mmmhhhh…” hanya lenguhan tertahan itu yang terdengar, mewakili puncak rasa nikmat yang kurasakan. Ya, mulutku yang saling nelumat dengan mama membuatku tak mampu memekik nikmat walaupun cairan kental mulai menyembur dari lubang kontolku yang kemudian membadahi celana dan bulu jembutku.

“Aaaaaahhhh….. nikmat sekali ma….” ucapku, setelah mama beringsut kembali berbaring telentang disampingku.

“Udah puas kan nenennya…anak mama udah gak haus lagi….?” goda mama sambil tersenyum. Ah, sebuah senyum yang teduh. Keringat yang membasahi rambut dan sekujur wajah mama membuatnya tampak lebih cantik.

“Udah ma… Bagus udah puas banget… mana gimana, puas juga enggak….?”

“Dasar anak nakal… mamanya sendiri diajak berbuat mesum……iiihhh..” jawab mama sambil tersenyum, disusul dengan mencubit hidungku hingga aku menggelinjang manja.

“Mama juga suka tuh diajak berbuat mesum.. .hi..hi…hi…” godaku, dan mamapun kembali mencubit hidungku.

“Eh, ma… Cuma begini saja udah enak banget ya ma…. bagaimana kalau……..”

“Kalau apa…?”

“Kalau burung bagus dimasukin kepunyanya mama….he..he..he..”

“Huu… dasar kamu…maunya…”

“Mama juga mau kan….? He..he..he..”

“Iiiihhhb…dasar anak nakal… kelitikin nih……iiiihhhh….”

“Aaaawww…geli ma…aaaww…he…he..he…. udah ma..ampuuunn….”

Beberapa saat kemudian kamipun tertidur, dengan perasaan damai dan lega.. serta bahagia.

“Gus…bangun dong sayaang… mama berangkat ngantor dulu…” fuh, kubuka mataku, kulihat seraut wajah mengenakan jilbab berwarna coklat dengan seragam salah satu instansi pemerintah.

“Emang udah jam berapa ma…?” tanyaku sambil mengucek-ngucek mataku dengan punggung telapak tangan.

“Jam tujuh…. kamu cepat mandi sana, sebentar lagi kan berangkat kuliah…sarapan sudah dimeja tuh…”
Seperti biasa mama menyodorkan tangan kanannya padaku saat hendak berangkat ngantor, yang kemudian kucium sebagaimana layaknya seorang anak kepada orang tua.

“Udah ya sayang…mama jalan dulu…muuaaahh…” waooww..mama mencium bibirku. Padahal tadi aku sempat berpikir bahwa kejadian semalam tadi hanya sebuah mimpi atau kenyataan. Tapi dengan mama mencium bibirku barusan, itu sebuah pembuktian yang kuat bahwa kejadian semalam adalah nyata adanya.

Sejurus kemudian aku melompat bangun dari ranjangku. Kumelangkah keluar masih dengan celana boxer yang dalamnya serasa lengket. Hmmm mungkin karena spermaku semalam.
Masih sempat aku berpapasan dengan mama yang baru keluar dari kamarnya untuk menuju ke garasi mobil.. Plok…aku tepuk dengan nakal bokong mama yang besar menggoda itu, yang ditanggapi dengan pekikan genit mama.

“Aaaaaww…!! Nakal ya anak mama…awas…!!” ancam mama, sambil tersenyum manis, seraya ngeloyor menuju garasi mobil.

“Nanti pintu garasinya ditutup ya sayang…!!” teriak mama dari dalam garasi. Tak lama setelah itu terdengar suara mesin mobil menderum, sampai akhirnya suara mesinnya menghilang sebagai tanda mama telah berangkat menuju tempat kerjanya.

==========================

Jam dua belas siang aku sudah tiba dirumah setalah tiga jam lebih aku berada dikampus mengikuti dua mata kuliah untuk hari ini.

Selesai makan, aku berbaring-baring dikamar. Membayangkan kejadian luar biasa tadi malam bersama mama. Untuk urusan Ririn, Ah, perempuan sialan itu sudah terhapus seutuhnya dari dalam relung-relung hatiku semenjak aku mendapatkan sesuatu yang sangat mengesankan dari mama tadi malam.
Pulang jam berapa ya mama hari ini. Tidak tentu juga sih, kadang jam 5 atau jam 6, paling cepat ya jam 4.
Ah, aku jadi ingin mama cepet-cepet pulang. Fuih..kubayangkan malam ini aku akan menikmati memek mama. Ah, betapa bahagianya.

Beberapa saat setelah aku melamunkan mama, menghayalkan hal-hal indah dan mengasikan yang bakal aku lakukan, kuraih ponselku, lalu aku buka aplikasi whatsUp. Aku buka akun WA mama. Mau tulis apa ya untuk mencurahkan rasa sange’ ku ini…. hmm… baiklah, jam segini harusnya mama masih istirahat, belum jam satu.

MA…JAM BERAPA PULANG..? UDAH KEPINGIN NIH…..
Yang segera kukirim ke mama pesan itu. Lalu kutunggu dengan harap-harap cemas. Yes, hanya beberapa detik kirimanku itu telah menunjukan centang dua warna hijau, itu artinya mama telah membacanya. Dan kini dia sedang mengetik.

KEPINGIN APA SAYANG….?
Jawab mama, yang segera kubalas lagi. Yah, gelora birahi yang telah memuncak membuatku sanggup menulis seperti ini.

INGIN NGENTOTIN LOBANG MEMEK MAMA YANG TEMBEM ITU….

Tak lama kemudian mama membalas
IH, ANAK MAMA NAKAL NIH… MASA’ IBU KANDUNGNYA SENDIRI MAU DIENTOTIN SIH LOBANG MEMEKNYA…

Aku balas bagaimana ya… hmm..begini saja lah.
ENGGAK APA-APA DONG MA…. NGENTOT SAMA IBU KANDUNG ITU LEBIH ASIK LHO MA… RASA CINTA SEORANG ANAK KEPADA IBUNYA ATAU SEBALIKNYA, RASA CINTA SEORANG IBU TERHADAP ANAKNYA, MERUPAKAN CINTA YANG TULUS DAN MURNI.. SEHINGGA APA BILA DICURAHKAN DALAM BENTUK HUBUNGAN SALING ENTOT-ENTOTAN, PASTI AKAN INDAH DAN ROMANTIS SERTA MENGGAIRAHKAN.
Aku tersenyum sendiri membaca tulisanku itu, terutama kalimat “hubungan saling entot-entotan” itu, ha..ha..ha.. maksain banget. Tapi tak apalah, kukirim juga tulisan itu dengan hati berdebar.
Sudah centrang hijau, artinya sudah dibaca, kutunggu beberapa menit masih belum dibalas, apa mungkin dia sibuk.

OH, ANAKKU SAYANG… KAMU ROMANTIS BANGET DEH, MAMA JADI TERHARU MEMBACA TULISANMU ITU… SEKALIGUS MEMEK MAMA JADI BASAH NIH, INGIN RASANYA CEPAT-CEPAT DIENTOTIN SAMA KONTOLMU ANAKKU SAYANG…
Woooww… sukurlah, ternyata mama menanggapi tulisanku dengan senang, bahkan sepertinya mama merasa terbuai.

BAGUS JUGA INGIN SEKALI MENJILATI MEMEK MAMA YANG TEMBEM ITU MA…. INGIN BAGUS JILATIN ITIL MAMA, LALU BAGUS SEDOT-SEDOT.. BAGUS JUGA INGIN SEKALI MEMASUKAN LIDAH BAGUS INI KEDALAM LOBANG MEMEK MAMA… LOBANG YANG DULU ADALAH TEMPAT ANAKMU INI KELUAR DAN LAHIR KEDUNIA… LALU MEMEK MAMA AKAN BAGUS SEDOT-SEDOT HINGGA MENGELUARKAN CAIRAN…DAN CAIRAN ITU AKAN BAGUS HIRUP DAN TELAN… MMM…PASTI YAMI DAN LEZAT YA MA…..
Fuuhh… aku bahkan bergidik sendiri menulis tulisan ini… tapi, ah…aku tetap akan mengirimnya… toh ini bukan gombal…tapi sebuah ungkapan hati yang jujur. Ya’ terkirim.
Hmmm… mama sudah membacanya.

AMPUN GUS…MAMA GAK TAHAN NIH… KAMU KOQ PINTER BANGET SIH BIKIN KATA-KATA YANG BEGITU INDAH DAN MENGGETARKAN HATI SEPERTI ITU…. PERASAAN MAMA JADI MELAYANG-LAYANG NIH… JADI PINGIN CEPET-CEPET PULANG…TAPI GAK BISA GUS, KAN MASIH ADA KERJAAN…. UDAH DULU YA GUS, MAMA HARUS KERJA DULU… MUAACCHHH…. SALAM NGENTOT SELALU ANAKKU SAYANG…
Ha..ha..ha… apa lagi itu, “salam ngentot selalu” maksain banget sih mama. Tapi erotis juga sih didengarnya.

OKE MA…SELAMAT BEKERJA… BAGUS TUNGGU SELALU MEMEK TEMBEMMU MAMAKU SAYANG….

Beberapa saat kemudian mama membalas hanya emoj gambar hati, yang berarti cinta.

Akhirnya aku melamun sendiri sambil sesekai senyum-senyum bagaikan orang kurang waras.
Kutengok kearah jam dinding, baru jam 2 siang. Ah, lebih baik aku buka chanel bokep favoritku melalui HP, lumayan untuk referensi bahan ngentot dengan mama nanti.

===========================

Sekitar jam setengah empat aku menerima WA dari mama.
ANAKU SAYANG…. SEKITAR JAM 4 MAMA SUDAH DIRUMAH YA…

Wah, itu artinya setengah jam lagi. Lebih baik aku mandi agar mama pulang nanti aku terlihat bersih dan segar.
OKE MA…. BAGUS TUNGGU MEMEK MAMA..

Yang dibalas oleh mama dengan gambar hati..

Jam 4 kurang sedikit mama tiba dirumah. Wajah mama begitu sumringah,senyum selalu mengembang diwajahnya, sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang tampak kusut dan terkesan letih apabila pulang ngantor.

“Wah, anak mama sudah mandi nih…sudah ganteng ya….” tegur mama, sambil melepas sepatunya. Aku merasa agak malu juga mengingat kata-kata yang aku kirimkan ke mama via WA tadi. Ah, betapa cabulnya kata-kata tadi.

“Ma….mmmm..maafkan Bagus ya ma… soal kiriman WA yang kurang ajar tadi…” ucapku, yang duduk disofa ruang keluarga sambil menonton tv.

“Kurang ajar gimana sih sayang…. justru mama suka sekali lho gus…. Aduh, perasaan mama gimana gitu ya saat membacanya… mmm..hepi hepi sange’ gitu…hi..hi..hi… justru mama mengharap kamu itu sering-sering kirimin kata-kata indah itu ke mama…biar mama tambah semangat dalam bekerja…” terang mama, yang kini duduk disampingku.

“Beneran ma… mama suka ya mendengar kata-kata seperti itu.. ih, mama nakal juga ya….”

“Ya bener dong sayang..masa’ mama pura-pura sih, mama memang paling suka mendengar kata-kata seperti itu… Apalagi kalau kamu yang mengatakannya, wooowww…hati ini berbunga-bunga sekali mendengarnya….” terang mama, sambil tangannya memegang pahaku.

“Ih, mama nih… Bagus jadi makin gak sabar aja nih untuk cepet-cepet ngentotin mama… sekarang aja ya ma….” pintaku, sambil tanganku menggerayangi tubuh mama yang masih terbalut seragam dinasnya.

“Ih, kamu itu… Nanti ya sayang, mama mandi dulu… setelah itu kita makan dulu.. Mama kan ingin tampil sempurna dimalam pertama kita…” terang mama, sambil kedua tangannya memegang tangan kananku yang “usil” itu, dengan maksud agar aku menahan diri dahulu.

“Emangnya semalem bukan malam pertama ya ma…?”

“Belum dong sayang… kan kontol kamu belum dimasukin ke memek mama…. itu artinya kita belum ngentot sayang…..” ujar mama, dengan agak berbisik sambil tersenyum nakal menggoda. Ah, membuatku semakin gemas saja dengan mamaku yang montok nan bahenol serta super seksi ini.

Sejurus kemudian mama melangkah kedalam kamarnya.

“Udah ya…mama mandi dulu… “

“Oh iya gus, koq kamu tau sih kalau memek mama tembem, emangnya kamu tau dari mana….” tanya mama, yang berhenti sejenak didepan pintu kamarnya.

“Ooww…yang di WA tadi ya… ya tau dong ma, kan dulu waktu SMP Bagus sering ngintipin mama…. Lagian walau enggak ngintipun, Bagus juga pasti tau ma.. lha mama kalau lagi memakai lagging yang ketat, memek mama kelihatan menyembul kayak kuburan kembar…he..he… abis mama sih, kalau pakai lagging sering enggak pakai celana dalem….”

“Ih, dasar kamu….perhati’in aja…” ujar mama, seraya masuk kedalam kamar.

Agak lama juga mama mandi, hmm..apakah mungkin mama sengaja mempercantik diri untuk memberikan yang terbaik, yang menurutnya tadi dia katakan sebagai malam pertama. Sebenarnya sih, tanpa harus mempercantik diri atau berdandan, bagiku mama sudah sangat menarik. Inginku justru begitu mama pulang ngantor tadi, langsung saja kutarik kedalam kamar, dan kuentot dengan penuh birahi. Tapi tak apalah, mungkin dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Selang beberapa saat, pintu kamar mama terbuka dan…woow..aku hampir tak percaya dengan pengelihatanku. Betapa tidak, mama mengenakan lingerie model babydoll yang berbahan transfaran berwarna ungu. Dipadu pula dengan sepatu hak tinggi. Tentu saja bagiku mama terlihat begitu menggoda sekali. Terlebih lagi, mama merias wajahnya dengan begitu seksi layaknya artis penyanyi mancanegara akan tampil konser dipanggung.

“Benar-benar Bom sex….” ujarku pelan, seolah berbicara pada diri sendiri. Namun sepertinya mama mendengar omongan spontanku.

Sadar dirinya membuatku terpesona, mama melenggak lenggok beberapa saat layaknya seorang peragawati.

“Sabar dulu dong sayang… kita kan mesti makan dulu…” ucap mama, saat aku berdiri dengan maksud ingin menjamahnya. Glek..terpaksalah gejolak birahi ini harus ditunda dulu untuk disalurkan.

Kini sosok seksi dengan pakaian lingrie itu duduk dikursi meja makan, tepat berada dihadapanku, namun dibatasi oleh meja makan.

Wuuih..buah dadanya yang montok dan besar itu tampak menggoda dengan dibungkus lingrie tipis berbahan…entahlah apakah itu sutera atau satin, aku tak terlalu paham dengan nama-nama bahan pakaian secara pasti. Ya, bahannya sangat trsnsfaran, hampir seperti tidak memakai pakaian saja layaknya, bahkan puting susunya yang coklat sebesar kelereng itupun masih terlihat jelas dari balik lingerienya.

Rasanya ingin juga aku melihat bagian bawahnya, sayang terhalang oleh meja makan yang taplaknyapun menjuntai rendah. Bisa saja aku menunduk sambil menyingkap kain taplaknya. Ah, tapi aku rasa cara itu sungguh tidak elegan. Lebih baik aku menyendokan nasi kedalam piringku dan cepat-cepat menyesaikan makanku, lalu..bersiap-siap menikmati memek tembem mama kandungku ini.

“Ma…ngomong-ngomong mama koq punya pakaian seperti itu…maksud Bagus, mama kan..mmmm..janda.. koq sempat-sempatnya nyimpen gituan….” tanyaku sambil menyuap nasi dengan lauk udang asam pedas dan sayur lodeh yang mama beli tadi sepulangnya dari tempat kerja.

“Ooww…emangnya kalau janda enggak boleh punya pakaian lingerie yang seksi seperti ini….” ucap mama, juga sambil mengunyah makanan

“Ya, enggak apa-apa sih…Cuma heran aja…”

“Mmm.. begini gus… sebenernya sih mama malu menceritakannya, tapi sama kamu sih mama terang-terangan ajalah…. begini gus, mama itukan janda, jadi terkadang suka jenuh dan kesepian… ya untuk melawan kesepian itu, mama iseng-iseng deh ikut-ukutan live show pakai aplikasi yang lagi ngetren sekarang-sekarang ini….” terang mama.

“Semacam “Bigo live” atau “Boom live” itu ya ma…?”

“Ya, semacam itu deh…”

“Jadi mama tampil live show online mengenakan lingerie seksi itu ma…?”

“Banyak juga lho gus yang nonton mama.. tapi mama pakai masker koq gus… sejenis topeng yang nutupin mata kaya yang dipesta-pesta itu gus…jadi kan gak terlalu dikenalin…”

“Ih, mama… ternyata nakal juga ya… emang motivasinya apa sih ma, ikut-ikutan begituan…?” tanyaku penasaran.

“Sebetulnya enggak ada motivasi apa-apa sih… iseng aja.. Cuma ya, setelah mama coba tampil.. eh ternyata banyak orang yang pada nonton, dan komen-komennya begitu memuji mama, bahkan kebanyakan komennya pada cabul-cabul gitu, mama jadi semakin seneng deh….hi..hi..hi.. Makanya waktu kamu kirim WA ke mama dengan kata-kata seperti itu, mama bener-bener terbuai gus…apalagi itu adalah curahan perasaan dari anak kandung mama sendiri…sensasinya jadi lebih gimanaaa..gitu…”

“Ih, mama ini… macem-macem aja… pantesan mama betah banget kl dikamar…ternyata lagi liveshow ya ma….”

“Yah, namanya juga mama orang yang kesepian gus…. cari hiburan, cari perhatian…. itu aja… Kamu sih enak, kerjanya ngewe’ melulu sama si Ririn mantanmu itu…. “

“Koq mama tau, kalau aku sering ngewe’ sama Ririn… jangan nuduh sembarangan lho ma….” ujarku berdusta.

“Eeehh… siapa yang nuduh… enak aja… emangnya mama gak tau..lha mama aja pernah nemuin celana dalem perempuan dikamarmu… mana bau lagi…pasti punya si Ririn tuh, abis ngewe ketinggalan…lupa pakai celana dalem….” sialan, ditambah-tambahin aja nih mama, emang sih pernah celana dalam Ririn ketinggalan dikamar, tapi perasaan gak bau deh….

“Iya deh ma…Bagus ngaku.. Bagus memang sering ngentot sama Ririn kalau mama lagi kerja…” jawabku cengengesan.

“Dari semenjak kapan tuh…?”

“Semenjak SMA ma.. kelas 2… ya kira-kira dua bulan setelah kami mengikrarkan diri sebagai sepasang kekasih…”

“Masih perawan gak dia…?”

“Enggak sih ma…”

“Dasar…sudah mama duga… cewek kaya’ gitu… dulu aja waktj mama pacaran sama papa kamu, mama masih perawan koq…mama serahkan kegadisan mama kepada papamu… laki-laki yang akhirnya mendampingi mama hingga akhir hayatnya….”

“Mama nyerahin perawan mama, waktu masih pacaran apa sudah menikah ma….?”

“Ah, kamu pura-pura gak tau lagi…. kamu juga pasti udah tau semua itu.. dari siapa lagi kalau bukan dari Bude Yanti yang ember itu…iya kan…?”

“ Iya sih ma…sebetulnya memang sudah tau sih… Cuma mau denger langsung aja dari mama…”

“Ah, gak perlu dijelasin lagi..emang begitu adanya koq…. Ya biasalah, mama sama papa pacaran waktu SMA, lalu ngewe beberapa kali, dan akhirnya bunting….udah…”

“Oh iya… gimana gus.. kamu masih merasa kehilangan enggak sama si Ririn… mmm.. maksudnya apa kamu masih sedih seperti kemarin….” Kali ini mama agak serius menanyakan tentang yang satu itu, dan kebetulan pula bersamaan dengan itu kami telah menyelesaikan makan malam kami. Tidak seperti obrolan sebelumnya dimana kami berbicara dengan mulut terisi makanan.

“Ah, itu udah gak penting ma… Bagus udah merasa gak tertarik lagi sama Ririn… kan Bagus udah dapat penggantinya yang jauh lebih istimewa….” ujarku, sedikit menggombal.

“Wih, cepet juga ya kamu dapatin cewek.. gadis darimana lagi tuh…?” tanya mama, entahlah apakah mama masih belum sepenuhnya mengerti bahwa wanita yang dimaksud itu sebetulnya adalah mama sendiri, atau mama hanya ingin memastikan saja.

“Wanita itu sekarang ada didepan Bagus ma…. ibu kandung Bagus sendiri… wanita cantik nan seksi abis..montok bahenol.. memeknya tembem…he..he…“

“Bisa aja kamu gus…. kirain tadi kamu baru kenalan lagi, sama cewek temen kamu mungkin….”

“Enggak mungkin lah ma…. semenjak peristiwa semalam, sepertinya tak ada wanita lain yang lebih sempurna selain mama…. apa lagi dengan melihat penampilan mama seperti sekarang ini.. sepertinya jiwa ini rela Bagus berikan sepenuhnya untuk mama, asalkan mama bersedia mendampingi Bagus selamanya…. Asalkan Bagus bisa ngentotin memek mama sampai dunia ini kiamat… Betul ma…tubuh mama akan Bagus jilat dari ujung rambut sampai ujung kaki….”

“Ih, kamu itu so sweet banget sih gus…mama jadi merinding deh…. Nah, kalau gitu sekarang kita nikmati malam pertama kita wahai anakku sayang… ayo deh sayang, mama juga udah enggak sabar nih mau ngerasain memek mama disodok-sodok sama bantang kontol anak kandung mama sendiri…” ujar mama, seraya berdiri dan menggandengku menuju kamar mama.

Kini kami telah berada dikamar mama. Kamar dimana dulu mama dan papa memadu cinta, bahkan saat SMP dulu aku sempat mengintip mereka sedang mengentot.

“Ayo anakku sayang…. duhai cintaku…sekarang kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau pada ibu kandungmu ini…. puaskan dirimu sayang…dan puaskan juga mamamu ya sayang……” ujar mama, yang berdiri membelakangi ranjang.

Aku yang berdiri tepat dihadapan mama menatap liar pada sosoknya yang saat itu bagiku begitu luar biasa menggairahkan. Cahaya lampu LED 40 watt tentu cukup terang untuk menyoroti setiap lekuk indah tubuh mama yang terbalut lingerie itu.

Kini aku berjongkok sambil mengusapi betis dan merayap hingga ke paha montok mama, bahkan hidung dan mulutku juga mulai ikut mengendus-endus layaknya seekor anjing mendapati seonggok daging segar. Kini tanganku menyusuri lekuk-lekuk pantat dan selangkangannya. Baju tipis setinggi paha itu aku singkap. Kini mulut dan hidungku menciumi celana dalam mama, mulai dari bagian selangkangan hingga bokongnya, namun aku masih belum membuka celana dalam imut yg hanya menutupi bagian tengah selangkangannya itu. Aku mulai merayap keatas kearah buah dadanya yang terbungkus kain tipis itu… Aaahh… aroma tubuh mama sungguh mengguh menggoda, entah parfum apa yang dia pakai, setauku mama belum pernah memakai parfum dengan aroma seperti ini. Apakah ini parfum khusus untuk menambah gairah lawan jenis yang menciumnya.

Kini aku berdiri saling berhadapan dengan mama, seraya kupeluk mama. Hmm.. dengan mengenakkan sepatu high-heel yang lumayan tinggi, tinggi kami menajadi sejajar, padahal tinggi badanku 178 cm, sedangkan mama 168 cm, itu artinya tinggi heel sepatu itu sekitar 10 cm. Mama memberi reaksi dengan mengecup lembut bibirku.

“Mama… aku mencintaimu ma..” ucapku, seraya membalas ciuman mama.

“Mama juga mencintaimu anakku sayang…. Ayo cintaku, cicipi memek mamamu ini dengan mulutmu sayang…..nikmatilah memek yang dulu melahirkanmu kedunia ini…dan kamu juga harus kenali memek mama ini…kenali setiap bagian dan sudutnya… sayangi dia sebagaimana kamu menyayangi mama…. Namun kamu juga bebas memperlakukan memek ini sesukamu, sesuai seleramu… Kamu boleh perlakukan memek ini dengan lembut maupun dengan kasar, bahkan mama mengijinkan kamu memperlakukannya dengan brutal.. dan mama akan tetap menikmatinya dengan penuh rasa cinta…. ” Bisik mama, seraya menghempaskan pantat besarnya diatas ranjang.

Kini posisi mama duduk dibibir ranjang. Sejurus kemudian aku telah berjonggok dengan wajah menghadap tepat didepan selangkangan mama. Kuraba kedua paha mama dengan masing-masing tanganku, sebelum akhirnya kutarik lepas celana dalam yang menutupinya. Wooww… benar-benar memek tembem yang mempesona. Botak tanpa adanya bulu selembarpun. Sepertinya mama baru saja mencukurnya.

Hmmm..memek yang bersih dan terawat. Beda sekali dengan memek Ririn yang hanya berbentuk segitiga dengan bagian tengahnya terdapat belahan garis vertikal. Memek mama ini tidak sesederhana itu. Bentuknya lebih komplek, tampilannya bagaikan dua buah gundukan yang saling berjejer, dengan bagian tengahnya mengintip keratan daging. Kupandangi sejenak pemandangan menakjubkan itu. Lalu kedua ibu jariku menyibak kedua sisinya, dan wooww…terpampanglah jeroannya yang berwarna merah muda merekah nan menggoda. Tanpa pikir panjang langsung lidahku menjilat-jilat daging lunak yang beraroma harum itu.

“Aaaaagghhhhh…… nikmat sekali sayaaang…. jilatin terus memek mama sayang….. jilat sampai dalem sayang….uuuuugghhhhhh… .” mama merintih nikmat, sambil kedua tangannya meremas-remas rambutku.

Sebagaimana yang diminta mama, lidahku semakin merangsak masuk kedalam liang vaginanya dan kugelitik-gelitik dengan cepat.

“Aaauuuugghhhhh…. iya sayang, nikmaaaatt… . Uuuuhhhhh…..disedot-sedot sayang… dihirup….aaahhh….”

Hmmm… betul juga apa yang dikatakan mama, memek setembem dan sudah basah seperti ini memang paling nikmat disedot…mmm…cairan birahi yang sudah mulai membanjiri liang memeknya ini pasti segar untuk diseruput dan ditelan.
Zzzrruuuuffffhhhh….zzzrruuuffffhhh….srodootttt…mmmm..nyemm..nyemm….sungguh lezaat…. nyemm..nyemm… zzzrrruuufffhhh…zzzrrruuupuut…
Cairan hangat yang gurih dan agak asin kuhirup dan kutelan dengan rakus, nafsu yang memuncak membuatku semakin gemas, sepertinya bukan hanya cairan memeknya saja yang ingin aku hirup, kalau perlu memek ini sekaligus ingin kutelannya, hingga kusedot dengan kuat sampai mama terpekik kaget.

“Uuuuuuhhhh…. iya, sedot terus sayang…nikmati air memek mama… minum sayang….aaaaaahhhh….yesss….Aaaaauuuwwww….. gila kamu sayang….pelan-pelan nyedotnya sayang…. bisa ikut tersedot juga nanti memek mama…. aaagghhhhh….yeesss…uuuuhhh….”

“Itilnya juga sayang….itilnya kamu isep-isep dan dikenyot-kenyot…. yeeesss…. iya gitu sayang….aaahhh..pinter kamu….uuuuuhhhhh….. sedaaaap……”

Sekitar 10 menit sudah aku mengoral memek mama, tak ada satu milipun yang luput dari jilatan lidahku, mulai dari bibir vagina, lubang senggama,itil, bahkan selangkangannyapun ku jilat habis.

“Ma…. sekarang mama nungging ya…. Bagus mau mencicipi juga bagian belakang mama….” pintaku.

Ya, bokong mama yang super besar itulah yang aku idam-idamkan, sehingga tak mungkin aku lewati kesempatan itu.

Seperti yang kumau, kini mama menungging diranjang dengan bokong menghadap padaku.

Woooww… sungguh pemandangan yang menakjubkan, pantat mama yang sudah besar itu semakin terlihat besar dengan posisi mama yang menungging seperti ini. Fuh, siapa yang tidak menelan ludah menatap pantat besar putih dan mulus dengan posisi seperti itu, dibalut pula dengan lingerie tipis nan seksi, plus sepatu high-heel yang menghias kaki indahnya.

“Ya, ampun ma… mama seksi sekali sih ma…. mungkin bidadari disurgapun tidak akan seseksi ini….” pujiku, sambil menatap dan meraba-raba buah pantatnya yang bulat itu, tentu saja sambil kuciumi dan kujilati dengan gemas, bahkan sesekali kutampar.

“Aaaaauuuwww….. ih, koq ditampari gitu sih sayang pantat mamanya….” ujar mama dengan manja.

“Abis pantat mama ini ngegemesin banget sih ma….jadi geregetan….” jawabku, sambil meremasi bongkahan pantat mama.

Wooww… Kini perhatianku tertuju pada kerutan-kerutan kecil dibagian tengah antara dua bongkahan buah pantat. Kerutan-kerutan yang mengerucut kesatu titik pusat… pada titik pusat itulah liang pelepasan mama, alias anus atau dubur.
Dulu aku pernah mencoba menyentuh liang anus Ririn, tapi dia langsung menolaknya, alasannya jorok katanya, semenjak itu aku tak pernah lagi mencoba menyinggung Ririn untuk bersensasi dengan lobang anus seperti halnya yang aku tonton difilm-film bokep. Disamping itu juga, pernah saat aku dan Ririn nonton film bokep bersama, dia bilang tak suka dengan adegan anal seperti itu. Dengan pertimbangan itu pula aku tak pernah menyinggung sensasi seks anal dengannya, karena aku memegang teguh prinsip seks yang tanpa pemaksaan. Aku tak ingin partner seks hanya berpura-pura suka sekedar untuk menyenangkan pasangannya. Karena yang aku inginkan adalah sama-sama menyukai apa yang kita berdua lakukan, sehingga aktifitas seks menjadi lebih mengasikan dan menyenangkan. Untuk itulah aku berusaha menghindari sensasi seks yang tak disuka oleh Ririn.

Apakah mama akan seperti Ririn juga. Baiklah aku akan coba menyentuh anus mama ini.

Yes, saat jari jemariku menyentuh dan menggesek-gesek bagian duburnya, mama justru mendesah nikmat, itu artinya ada kemungkinan dia menyukainya.

“Ma…. Bagus boleh jilatin anus mama nggak…?” tanyaku. Sebaiknya aku memang bertanya terlebih dulu, dari pada nanti mama justru marah padaku dengan pertimbangan bahwa lubang anus itu kotor dan terdapat banyak kuman-kuman penyakit, sebagaimana yang pernah dikatakan Ririn padaku.

“Woooww…. tentu mama akan senang sekali dong sayang kalau kamu mau jilatin anus mama…. mmm..tapi kamu enggak jijik kan sayang… itukan tempat keluarnya e’ek…..”

“Enggak koq ma… Bagus justru kepingin banget jilatin anus mama…. Bagi bagus sih, apapun yang ada pada diri mama enggak ada yang menjijikkan… semuanya layak untuk dicicipi dan dinikmati…”

“Oohh…. kamu itu so sweet banget sih sayang…. kata-katamu itu selalu membuat hati mama melambung diawang-awang deh….” ujar mama, sambil tangan kanannya mengusap-usap lembut pipiku.

“Betul koq ma… apa yang bagus katakan itu bukan sekedar gombal…. Nanti pada saatnya akan Bagus buktikan bahwa apapun yang ada pada diri mama layak untuk di….mmm..nyamm..nyamm….” jawabku, diikuti dengan ekspresiku layaknya seorang sedang mencicipi makanan lezat.

“Ih, kamu itu bisa aja deh gus… emangnya mama ini kulkas apa, yang isinya penuh dengan makanan… Udah cepetan dong sayang, mama juga udah enggak sabar nih mau ngerasain anus mama dijilat-jilatin sama anak mama…mmm…pasti nikmat deh….” ujar mama, sambil tangan kirinya menggosok-gosok area duburnya itu.

Tanpa pikir panjang lagi, kusibak belahan pantat mama menggunakan kedua ibu jariku sehingga kerutan-kerutan pada duburnya tampak mengembang, memperlihatkan liang pelepasannya yang berwarna ping kemerahan. Kupandangi beberapa saat sekedar mengagumi keindahannya. Sesekali lubang pelepasannya itu berdenyut-denyut bagai pantat ayam.

Dan pada akhirnya lidahku mulai menjilat-jilat diseputar anus mama.

“Uuuuuuuuuhhhhhh……nikmaaatnyaaa…. terus sayaaaaang….aaaahhhh…enak sekali ternyata gus……mmmmmmhhhh…..sedaaaaapp…. baru kali ini gus mama ngerasain anus mama dijilatin…. dulu papamu gak pernah……aaaahhhhh…. kamu memang anak yang berbakti pada mamamu gus…..uuuuuhhh…..” racau mama. Hmmm..ternyata almarhum papa belum pernah melakukan ini pada mama.
Sukurlah itu artinya mama pasti terkesan dengan aksiku ini.
Semakin liar saja lidahku beraksi. Aroma khas lubang anus justru membuatku semakin terbius dalam nikmat birahi. Kuhirup dalam-dalam aromanya itu bagai seorang pecandu yang tengah menghirup serbuk heroin. Diriku bagai lupa diri, seperti hilang akal sehat. Saluran yang sejatinya adalah tempat keluarnya kotoran yang menjijikkan, justru kulumat dan kucicipi dengan rakus. Mungkin kalau saat itu juga terjadi gempa bumi yang dahsyat sekalipun, tak akan aku mau perduli, dan tak akan rela aku beranjak dari hadapan pantat mama ini.

“Terus gus…. kamu masukin lidahmu sampai kedalam lobang anusnya sayang… kamu tusukin lidahmu kesana….Uuuuuuuuuhhhhh…. yeeeessss…..sedaaaaappppp….. rasanya nikmat sekali gus…. bener-bener terasa….uuuuuuhhhhh…..”

Kini lidahku merangsak masuk hingga kedalam rongganya. Kugerakan kepalaku maju mundur, sehingga lidahku bagai berpenetrasi didalam liang dubur mama.

“Aaaaaawwwww….. iya gus….entotin lobang anus mama pakai lidahmu itu sayang…. yang kenceng sayang….aaaaahhhh……uuuuuhhh….” racau mama, sambil pantatnya bergoyang menyundul-nyundul kewajahku.
Puas dengan aksi menjilat-jilat dan menusuk-nusuk dengan lidah, kini aku mulai menyedot-nyedot dan mengenyot-ngenyot dengan gemas….

Shhhroottt….shrroott….zzhhhrrruuuff…..zzhhhrrruuuuuffff…..

Lucu juga melihat reaksi mama yang tampak kelojotan dengan aksiku ini.

“Aaaaaauuuwww…..aaaauuwww…aauuuuwww….. aduuhh…aduh..duh… gila kamu gus… pelan-pelan sayang…. aaahhh….aaawww….aaawwww….”

Beberapa kali mama menjauhkan pantatnya dari wajahku, namun berkali-kali pula aku tarik lagi dan kembali kusedot-sedot lubang pelepasannya itu.

Puas dengan aksiku itu, akhirnya kubenamkan wajahku pada pantat mama untuk beberapa saat, tentu saja dengan liang anusnya tepat dimulutku.

Seolah mama paham dengan yang kumau, tangan kiri mama meraih kepalaku, menarik dan menekan-nekan pada pantatnya. Bukan itu saja, pantat mama juga memberikan dorongan kearah wajahku. Dengan aksinya itu, praktis wajahku terbenam penuh didalam dekapan pantat besarnya.

Wooww…betapa nyamannya kurasakan berada didalam himpitan pantat besar mama. Walau sulit bernafas, namun aku tetap betah berada didalam dekapan daging empuk yang kenyal ini.

“Hiyaaaaaa….. dekap dan nikmati pantat mamamu ini sayang…. aaahhhh… sungguh kamu begitu menyayangi pantat mama ya…uuuuuuhhh…. makan tuh pantat mama sayang…. nikmati terus aromanya….. uuuhhh…uuhhh..uuuhh…” mama terus meracau sambil menekan bokongnya kebelakang seolah mendesak-desak wajahku dengan pantatnya. Gerakannya bergoyang-goyang bagaikan itik. Persis seperti goyangan khas pedangdut Zaskia gotik. Terlihat binal sekali gaya mama itu, yang membuatku semakin gemas saja dibuatnya.

Fuuaaahhhh… akhirnya aku lepaskan wajahku dari himpitan pantat besar mama. Aku hirup udara sebanyak-banyaknya, setelah hampir lima menit aku kekurangan pasokan oksigen.

“Gus…sekarang giliran mama dong mencicipi punya kamu…. mama kan belum kenalan sama kontol kamu…. mama pingin juga dong ngemut-ngemut sama ngenyotin kontol anak mama…..” pinta mama, yang posisinya kini sudah tidak lagi menungging, namun kini mama duduk menjuntai dibibir ranjang, sehingga memeknya yang tembem kini tepat berada didepanku.

“Oke ma…. “ setujuku. Namun baru saja aku hendak berdiri, tapi niat itu segera kuurungkan. Padahal masing-masing tanganku sudah berpegangan pada paha mama.

Hmm… ada sedikit kesenangan kecil yang ingin kupinta dari mama.

“Apa lagi sayang… ayo dong kamu cepet berdiri, biar mama nyicipi kontol kamunya sambil duduk….” protes mama, karna dilihatnya aku hanya duduk bersimpuh dibawah mama sambil kedua tanganku memegangi paha mama.

“Mmm… anu ma… bagus haus… tolong dong ma…. mama ludahi mulut bagus… biar bagus minum… plis ya ma…..” rengekku, tentu saja alasan sebenarnya bukanlah karena aku haus. Sensasi menelan ludah mama sebenarnya yang aku dambakan. Seperti yang aku bilang pada mama sebelumnya, dimana bagiku apa yang ada pada diri mama selalu menggodaku untuk mencicipinya. Bagiku ada kenikmatan tersendiri saat melakukan itu.

“Ih, kamu itu aneh-aneh aja deh… masa’ sih haus minumnya air ludah mama… minum air aja sana….” ujar mama, dengan gaya yang menggoda. Aku yakin sebenarnya mama paham bahwa alasanku meminta ludah mama bukanlah karena untuk menghilangkan rasa haus, tapi semata-mata untuk mendapatkan sensasi sensasi seksual.

“Enggak mau ah… Bagus maunya ludah mama aja…. pasti lebih sedap rasanya…. plis dong ma…” rengekku lagi.

“Ih, dasar kamu gus…. ya udah, buka mulutmu sayang…. biar mama lepehin ludahnya kedalam mulutmu….” ujar mama, dengan sikap masing-masing tangannya memegangi kedua bahuku.

“Oke ma… aaaaakkkk…”jawabku, seraya kubuka mulutku lebar-lebar sambil mendongakan wajah keatas. Wajah mama yang berada diatasku sekitar 30 cm mulai memonyongkan bibirnya,sepertinya air ludah telah terkumpul dimulutnya. Dan beberapa saat kemudian cairan ludah mama yang bening dengan sedikit buih berwarna putih serta agak kental mulai menetes lambat dari mulut mama, yang kemudian jatuh tepat kedalam mulutku. Ah, sebuah momen yang romantis. Gambaran kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kubayangkan diriku adalah seekor anak burung yang sedang dilolohi makanan oleh induknya.

“Mmmmm…nyem..nyem..nyemm… glek….makasih ma…. “ ucapku, setelah kutelan habis semua air ludah yang diberikan mana.

“Enak sayang air ludah mama…?” tanya mama lembut.

“Mmmm….nikmat sekali ma….beneran…”

“Ya udah, kalo gitu sekarang kamu diri, mama udah enggak sabar nih mau icip-icip kontol anak mama….” pinta mama, diikuti dengan mengecup lembut bibirku.
Begitu aku berdiri, mama langsung menarik lepas celana pendekku sekaligus dengan celana dalamnya. Sedangkan aku melepas t-shirt yang melekat pada tubuhku, dengan begitu kini aku telah telanjang bulat, yang berdiri dihadapan mama dengan batang kontol berdiri tegak.

“Ya ampun Baguuuss…. kontol kamu gede banget sih sayaaang… ini sih dua kalinya kontol papa…. astagaaa…. anak mama kontolnya bisa gede gini diapain sih…..” kaget mama dengan mata terbelalak. Untuk beberapa saat mama hanya memandang takjup saja, baru kemudian dengan digenggam bagian pangkalnya, batang penisku itu dipukul-pukulkannya pada pipi dan wajahnya sendiri.

“Masa’ sih ma… dua kali lebih besar dari punya papa….?” sebenarnya aku memang nyadar kalau batang penisku ini termasuk besar. Itu dapat kubandingkan dengan milik para aktor porno yang filmnya sering aku tonton. Banyak dari antara mereka yang batang penisnya lebih kecil dariku, terutama yang film jepang, hampir semua batang penis mereka masih dibawahku. Kalau yang bokep barat kebanyakan sih sebanding, walau banyak juga yang dibawahku.

Pernah secara iseng Ririn mantan pacarku itu mengukurnya dengan penggaris, dan panjangnya 21 cm, namun untuk diameternya aku belum pernah mengukurnya, tapi yang pasti ukurannya lebih besar dari pegelangan tangan Ririn, karena saat ririn menggenggamnya terlihat kontras sekali, bahkan sering juga dia memainkannya dengan dua tangan.

“iya gus..mama enggak bohong..ini sih super banget sayaaang…. mmm.. bakalan puas nih mama gus…. uuuuuhhh…. gemes…gemes…gemes…. Ah, mama kenalan dulu sama kontol kamu ya sayang…” terang mama, diikuti dengan menciumi sekujur batang penisku mulai dari ujung kepalanya sampai dengan testisnya.

“Memangnya tadi malam mama gak perhatiin, koq baru sekarang terkesimanya ma….” tanyaku penasaran, karena seingatku walaupun aku masih mengenakan celana dalam model boxer, tapi seberapa besar ukuran penisku masih bisa disimpulkan, terlebih lagi mama juga menggesek-gesekan selangkangannya.

“Iya sih gus….tapi semalem pikiran mama masih sedikit gugup dan ja’im…. jadi gak sampai mikir kearah sana… apalagi semalam kamu masih pakai celana… jadi mana mama tau kalau kontolmu bakal segede gini…. mmmmm… kontol sayaaang….kontol supeerr… lihat nih pa, kontol anakmu…kontolmu sih belum seberapa pa….” terang mama, dimana kalimat tetakhir tadi, mama menengok sejenak kearah poto papa yang masih terpampang didinding kamar.

Kini lidah mama mulai menyapu batang penisku dengan lembut dan pelan, yang diikuti dengan erangan nikmat keluar secara spontan dari mulutku

“Aaaaaaahhhhhhh….. sedap ma…yeeeeessss….” gumamku, sambil kedua tanganku memegangi kepala mama.

Sekitar dua menit mama menjilati srkujur penisku, hingga biji pelerkupun tak luput, bahkan mama mama juga menyibak lubang kencing pada bagian ujung kontolku itu, saat telah terbuka, ujung lidah mama diarahkan kedalamnya, seraya digelitik-gelitik dengan lembut, sambil sesekali mama melirik kearahku yang tengah merintih-rintih karena merasa sedikit ngilu.

“Memang kamu belum pernah ngerasain lubang kencing kamu dijilatin kaya’ gini gus….?”tanya mama yang menghentikan sejenak aksinya itu.

“Belum ma… baru kali ini…”

“Kamu suka..?”

“Suka dong ma… rasanya agak ngilu ngilu gimana gitu, tapi nikmat ma……”

Bila dibandingan dengan Ririn, perlakuan mama terhadap batang penisku jauh berbeda. Mama lebih ekspresionis, seolah penisku itu adalah anak bayi yang sedang ditimang-timang dan disayang-sayang. Seolah batang kontolku itu sedang diajak berkomumikasi. Berbeda dengan Ririn yang langsung saja dikulumnya.

Kini mama mulai mengulum ujung kontolku, dan terus dimasukan hingga separuhnya. Aaahh… rupanya mama mengemut dan mengenyot-ngenyotnya. Uuuhhh…nikmat sekali sedotan mama.

“Zzzzzzz…aaaaahhhh…. sedap ma…..aaaaahh….” erangku, merasakan nikmatnya mulut mama menyedot-nyedot kontolku, bagaikan anak sapi sedang menyusu pada induknya. Sensasi yang seperti ini termasuk pula yang belum pernah Ririn berikan padaku. Yang dilakukan Ririn hanya memasukan kedalam mulutnya lalu dikocok-kocoknya berapa saat sambil kepalanya bergerak maju mundur, sedang tangannya memegangi bagian pangkal kontolku, karna yang sanggup Ririn masukan kedalam mulutnya memang tidak sampai separuhnya, sehingga sepauhnya lagi biasanya digenggamnya sambil dikocok-kocok.

Hmmm… sepertinya kini mama mencoba memasukan batang penisku lebih dalam… dan, wooww..lebih separuhnya berhasil ditelan. Dan sepertinya tidak sampai disitu saja, setelah berhenti beberapa detik, mama kembali mencoba terus menekan kedepan dengan maksud agar batang penisku terus masuk lebih dalam. Dan tak berapa lama tuntas sudah batang kontolku masuk seluruh tertelan didalam mulut mama, yang pastinya masuk hingga menembus kedalam lorong lehernya.

“Woooww…. mama super sekali ma…. Ririn saja Cuma sanggup menelan tidak sampai separuhnya…. mama memang hebat….” kagumku melihat apa yang dilakukan mama.

Sejurus kemudian mama mulai memaju mundurkan kepalanya dengan tempo yang cepat, sehingga begitu riuh terdengar suara kecipakan dimulut mama.

“Glohghhh….gloghhh…ghloghh… glhogghhh….mmmhhh…hhmmm….mmuaahhh…ghloopp..bloopphh… Ghllaagghh…ghllaagghhh….ghllaaagghh…..mmffgffhh…”
Wooww..sungguh luar biasa… terlihat binal sekali mama, ditambah lagi dengan mulut hingga dagunya yang belepotan dengan cairan ludah kental.

“Mama seksi sekali ma…. Bagus jadi enggak sabaran pingin cepet-cepet ngentotin memek mama…..” ujarku, terus terang aku memang sudah sange’ berat, ingin rasanya kuentot memek ibu kandungku ini.

Mendengar itu, mama segera menghentikan aksinya.

“Ya udah kalo gitu sayang…mama juga udah kepingin banget ngerasain memek mama ditoblos sama kontol gede anak mama… ayo sayang… entotin mama sekarang….” ujar mama, seraya dirinya merangkak menuju ketengah ranjang, dan langsung berbaring mengangkang, memperlihatkan liang vaginanya yang basah merekah siap dientot.

Tanpa pikir panjang, aku segera menaiki ranjang untuk menyusul mama, dan segera kuposisikan tubuhku diatas mama, atau tepatnya aku duduk diantara kedua kaki mama yang mengangkang.

“Ayo sayang…. langsung toblos aja dong….. “ pinta mama, sambil kedua tangannya menarik pinggulku.

Setelah kuarahkan ujung kontolku tepat dimuka liang memek mama. Sekali dorong, blesss… masuklah separuh batang jakarku didalam lubang memek mama. Ya, lubang yang 19 tahun lalu itu mengeluarkan aku kedunia ini, sekarang balas kumasukan batang penisku ini.

“Uuuuuuuugghhhh…. mantep bener kontol kamu sayang….. betul-betul terass bener…..uuuuhhhhh…. teken lebih dalem lagi sayang…. iya gitu terus….terus sayang…..aaahhh…tambah enak sayang…….. aaaaaaahhhhh….ya Allah enak banget sih kontol anak kandungku ini……aaaahhhh…”

Kugoyang pantatku maju mundur dengan posisi duduk, sedang mama masih tetap berbaring telentang, sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku, atau membantu menekan kedepan seolah agar tusukanku semakin kuat menghantam lubang memeknya.

Ah, memek mama memang jauh lebih legit daripada milik Ririn. Sungguh menggigit dan lebih hangat, bahkan kurasakan seperti ada sensasi empot ayamnya.

“Aaaaahhhh…. memek mama enak banget sih ma… uuuhhh…. legit banget ma…. dan serasa ngempot-ngempot lagi ma….. aaaahhh….sedaaaappp….” gumamku, sambil tanganku meremasi tetek mama yang sebelumnya oleh mama memang sengaja diturunkan lingrie tipis yang menutupinya tadi, sehingga kini menyembul keluar, membuatku leluasa meremasinya.

“Uuuuuhhhh… Lebih enak mana memek mama sama memek Ririn sayang….?”

“Ya jelas enakan memek mama dong ma…. jauh lah ma…..bagai bumi dan langit….aaahhh…. ”

Semakin kuat saja aku menghantam lobang memek mama, sehingga menimbulkan suara yang riuh diruangan ini.

Brroottt…brrooottt…brroot.. brooottt…… plok.. plokk..plokk..plokk…

Ya, bunyi yang timbul dari gesekan antara kontolku dan memek mama, berpadu dengan suara tumbukan pahaku dan paha mama membuatku semakin bersemangat menyetubuhi mama.

“Bagus entot yang lebih kenceng lagi enggak apa-apa ma….?”

“iya gak apa-apa gus…justru mama suka sekali sayang…. entotin mama kebih kenceng lagi sayang…biar mama tambah enak….ayo sayang…entotin mama yang kasar….entotin memek mama yang brutal…yang brutal anakku sayang……aaaahhhh….”

Seperti yang yang diinginkan mama, dan keinginanku juga tentunya, kugenjot sekuat tenaga bokongku, sehingga ranjang tempat menampung tubuh kami berdua ini seperti akan roboh saja dibuatnya.

Krek…krek…krek…krek… sambungan-sambungan kayunya sepertinya bagai menjerit-jerit menerima polah kami yang kebangetan ini. Mudah-mudahan saja tempat tidur antik yang katanya buatan jaman Belanda ini masih tetap kokoh menahan goncangan yang kuberikan.

“Aaaaaa…huu….aaah..hu…aaa….aaaa…aaa…ter.***ss…gussss….han..tam….te..rruu…uuuusss…. en..tot…wwuuh…uuu…aaahhh… bang..sat… kamu…guuu..uuuss…huu..aaaaaaa…aaaaa…aaa…”
Lucu juga melihat respon mama menerima hantaman super cepatku itu. Tubuhnya bergerak-gerak maju mundur seirama hantaman bokongku. Sampai-sampai buah dadanya itupun bergerak-gerak gondal-gandul sangat cepat. Untuk berbicarapun jadi agak terputus-putus karena seluruh badannya ikut terbanting-banting dibuatnya.
Ah, mudah-mudahan saja besok pagi pinggulku tidak encok karena terlalu diporsir.
Brroootttt….brroott….brroottt…brrrooottttt…. plak..plak..plak…plak…plak…
Semakin riuh saja ruangan itu. Kulihat mama semakin menggila, keringat membasahi wajahnya, begitupun diriku, yang juga sudah basah kuyup dengan keringat, padahal ruangan ini berAC, entah apakah ACnya yang kurang sejuk, atau dasar karena aktifitas kami yang terlampau aktif, sehingga panas yang dikeluarkan tubuh jauh lebih banyak ketimbang sejuknya ruangan.

“Aaaaaahhh…. gus…mama…mau…keluar..gus….aahh..cium mama…ciumin mama gus…. mmmmmm…mmmffff…mmmffff….hhh..mmff…”

Segera kumenundukan tubuhku dan langsung melumat mulut mama sebagaimana yang dia pinta. Ah, mama membalasnya dengan buas hingga aku gelagapan, sampai-sampai bagian belakang kepalakupun dirangkul kuat dengan kedua tangannya.

“Mmmmmm….mmmmmm…mmmmmmm….. “

Lenguhan mama tertahan oleh kecupanku, namun dari reaksi dan ekspresinya yang semakin liar, sepertinya mama sedang merasakan puncak kenikmatannya. Ya, mama sedang orgasme, itu aku dapat aku rasakan dari liang memeknya yang semakin becek, serta pantatnya yang mengangkat-angkat keatas.

Kurasakan mama hanya tergolek pasrah, sepertinya mama sudah tuntas alias sudah puas, dan kulepaskan pagutan mulutku dari mulutnya. Gempuran kontolkupun semakin kukurangi kecepatannya, bahkan kini hanya aku genjot dengan irama yang lambat namun tetap tandas dan mantap.

“Uuuuuuuhhhhh…. makasih banyak ya gus…. mama benar-benar bahagia sekali… seumur-umur baru kali ini mama ngalamin ngentot yang begitu nikmat….. kamu memang luar biasa sayang….” ucap mama, sambil tangannya mengusap-usap pipiku.

“Aaahhh… iya ma… sama-sama ma…. Bagus juga bahagia bisa ngentotin mama kandung Bagus sendiri….uuuhhh…” jawabku, sambil tetap menggenjot memek mama dengan irama yang slow.

“Ooohh…sukur alhamdulillah kalau kamu merasa bahagia bisa ngentotin memek mama gus…. kamu memang sungguh anak yang berbakti pada orang tua….” puji mama.

“Oh iya ma… nanti pejunya mau dikeluarin dimana ya ma….?” tentu saja aku perlu untuk menanyakan itu, aku kawatir mama marah kalau aku ceroboh dengan mengeluarkannya didalam vagina mama, karena setahuku haid mama masih teratur, karena usia mama memang masih 42 tahun, dan itu artinya mama masih berpotensi untuk bisa hamil.

“Dikeluarin didalem aja gus…” jawab mama. Hmm..mungkin sekarang ini bukan sedang masa suburnya mama, sehingga dia berani memutuskan itu.

“Ini lagi bukan masa subur ya ma…?” tanyaku untuk sekedar memastikan.

“Enggak koq… kayaknya ini justru masa subur mama… baru 4 hari lalu mama selesai datang bulan…” jawab mama enteng, tentu saja aku kaget dengan jawaban itu, sampai-sampai aku menghentikan sodokanku.

“Waduh… gimana ini, nanti kalau hamil bisa berabe ma….” protesku.

“Nyantai aja sayaang…. mama tuh mau punya anak dari kamu, itu udah mama pikirkan matang-matang semuanya…. udah deh, sekarang kamu keluarin aja peju kamu didalam memek mama…. Ayo sayang, taburu rahim mama dengan benihmu…. mama ingin sekali punya anak dari anak kandung mama sendiri….. kamu mau ya sayang…plis dong Bagus sayang…wahai cintaku… ” mohon mama.

“Oke deh ma kalau begitu sih…Apa sih yang tidak Bagus turuti kalau mama minta…. Lagi pula, Bagus juga ingin punya anak dari mama…. Bagus juga ingin menghamili mama… kayaknya sesuatu banget bisa menghamili ibu kandung Bagus sendiri…” terangku, yang kini sudah mulai kembali batang kontolku menyodok-nyodok liang memek mama.

“Aaaiiihhhh…. so sweet kamu sayang…. kamu benar-benar anak yang baik…. ayo sayang entot mama yang lebih semangat…. hamilin mama sayang… bumtingin mama kandungmu ini….” ujar mama dengan senang.

Entah mengapa kata-kata mama itu membuat nafsu birahiku tambah meninggi. Ada sensasi yang menggairahkan saat mama mengatakan “hamili mamamu ini sayang”
Sensasi itu pada akhirnya memicu gairahku memuncak, yang pada akhirnya kurasakan puncak nikmat birahi yang tiada tara.

“Aaaaaaahhhh…. maaa… Bagus mau keluar ma…aaaaahh….” ujarku, setengah memekik.

“Iya sayang…keluarkan dirahim mama sayang…. pejuin memek mama…. pejuin memek ibu kandungmu ini…. iyeeesss….” suport mama, sambil kedua tangannya menekan pantatku.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh…. nikmaaaaaaat….” pekikku, bersamaan dengan itu berhamburlah beberapa CC cairan kental kedalam liang vagina mama.

Dan akhirnya tubuhku ambruk diatas tubuh mama, dengan rasa puas didalam jiwa.

“Makasih ya ma…. Bagus puaass banget….” ucapku, yang langsung dijawab mama dengan kecupan lembut pada bibirku.

“Sama-sama sayang… mama juga bahagia kalau kamu puas…. oh iya sayang, kontol kamu jangan dicabut dulu ya… biar nancep aja dimemek mama… biar pejunya enggak tumpah… biar cepet bunting….” ucap mama dengan lembut dan setengah berbisik.

“Iya ma….Bagus juga suka koq kalau kontol Bagus terus berada didalam memek mama… rasanya nyaman gitu ma…serasa damai hati ini….” ucapku jujur.

“Ah, Bagus anakku sayang… mamapun juga demikian sayang.

Dan entah untuk berapa saat, kamipun tetap dengan posisi seperti itu.

=====================

Hampir satu jam juga posisiku masih berada diatas tubuh montok mama. Tentunya dengan batang penisku masih tertanam didalam liang vaginanya.

Mulai dari penisku masih berdiri tegak, kemudian mengecil saat beberapa menit selesai orgasme, sampai mulai kembali berdiri tegak lagi seperti sekarang ini.

“Aduh gus, mama haus nih… tapi gimana caranya ya, soalnya mama juga gak mau kalau kontol kamu harus berpisah dengan memek mama….gimana dong sayang…” rengek mama, manja.

Ada-ada saja mamaku ini, ingin minum tapi tak ingin lepas dari kontolku ini. Bagaimana caranya.

“Ya gimana dong ma…?” jawabku, sambil berpura-pura berpikir.

“Oh iya sayang…. itu diatas meja kecil dipinggir tempat tidur kayaknya ada Aqua botol… coba kamu ambil deh…” usul mama. Memang sih aku lihat ada satu botol air mineral dengan ukuran botol sedang diatas meja kecil tempat mama biasa meletakkan ponsel dan aksesorisnya. Tapi untuk meraihnya tanpa harus melepaskan kontolku dari memek mama, jelas tidak mungkin. Kecuali kalau tanganku bisa melar seperti super hero.

“Ya, kalau Bagus ngambil itu, tetap harus cabut kontol dong ma….” protesku.

“Eeiiiyy… no..no..no.. pokoknya mama enggak mau… memek mama gak rela berpisah dengan kontol kamu sayang….” ujar mama. Ih mama ini lebay banget deh.

“Terus gimana dong…?” tanyaku.

“Mmm…gini aja… kita bangun… kita duduk aja… jadi posisinya kita kondisikan kayak posisi orang lagi ngentot gaya duduk…oke..?” usul mama.

“Jadi kita ganti posisi ma…?”

“ iya, tapi jangan sampai terlepas lho… oke..siap-siap…kita bangun bareng-bareng….satu..dua..tigaaa…”

Akhirnya kami berhasil merubah posisi tanpa melepas tautan kelamin kami. Ah, beruntung kontolku sudah kembali berdiri tegak, sehingga menancap dalam pada liang memek mama.

Hmm..seandainya sudah ciut, agak sulit juga kurasa. Besar kemungkinan akan lepas.

Ya, kini posisiku duduk selonjor, sedangkan mama duduk diatas pahaku. Tentunya dengan batang kontolku masih nancep mantao didalam memek mama.

Fuh, lumayan juga ini pahaku yang ukurannya sedang-sedang saja diduduki tubuh mama yang cukup montok.

“Geser agak kepinggir sayang… tangan mama masih belum sampai nih…”
Dengan susah payah kugeser-geser tubuhku mendekati meja kecil dengan masih diduduki mama.

“Yes…dapet…berhasil…” berhasil juga tangan mama meraih botol itu, seraya membuka tutupnya dan menenggaknya hingga srparuh botol.

“Aaaah… legaaa… kamu minum sayang….? “ tawar mama, sambil menyodorkan botol kearahku.

“Gak mau ah ma…”

“Emang kamu gak haus…?”

“Haus juga sih sebenarnya..”

“Kenapa gak mau minum kalau haus…?”

“Mmm…Bagus Cuma mau minum yang dari mulut mama…”

“Maksudnya gimana…” heran mama, sambil mengerutkan kening.

“Mama minum dulu, tapi jangan ditelan… mama tahan aja dimulut… terus mama lepehin air itu kemulut Bagus…. oke ma…?”
Mama tersenyum mendengar penjelasanku itu.

“Ih Bagas… kamu itu bawaannya romantis banget sih….oke deh, kalau itu sih… mama akan dengan senang hati melakukannya…” terang mama, seraya menenggak sisa air didalam botol itu.

“Mmmm….emmm…” ujar mama, sambil tangannya memberi isyarat untukku agar membuka mulut.

Kubuka mulutku lebar-lebar, dari atas mama telah bersiap-siap. Pipinya kulihat agak mengembung.

Sejurus kemudian suurrrr… mama menumpahkan cairan dari dalam mulutnya, yang tepat masuk kedalam mulutku yang terbuka. Ah, cairan agak hangat memasuki rongga-rongga mulutku..glek..kutelan semua tanpa sisa.

“Mmmm… sedap ma… itu masih ada ma…lagi ma…” ujarku sambil menunjuk botol yang dipegang mama.

Mama mengulangi apa yang dilakukan sebelumnya, yang juga kutenggak dengan antusias.
Ah, memang ada kenikmatan tersendiri meminum air yang diberikan langsunh dari mulut orang yang kita cintai dan kasihi.

“Makasih ya ma….” ucapku, seraya kucium bibir mama dengan lembut.

“Sama-sama sayang…mama juga merasa tersanjung dengan yang kamu lakukan itu… Mama merasa kamu begitu mengasihi mama…”

“Pasti dong ma….Bagus akan selalu mengasihi dan mencintai mama….” ucapku. Kini mama menciumku, dan untuk beberapa saat kami saling berciuman.

“Oh iya ma… nanti kalau umpamanya mama hamil, terus bagaimana kita menjawab pertanyaan dari orang-orang, terutama ditempat kerja mama…bagaimana mempertanggung jawabkannya ma…?” tanyaku, tentu saja hal itu adalah kekawatiran yang lumrah pada diriku sebagai anak kandung mama.

“Tentu semua itu sudah mama pikirkan gus… rencana mama begini, mama akan mengarang cerita, bahwa mama sebetulnya telah menikah siri, suami siri mama itu seorang pengusaha yang waktunya sering dihabiskan diluar daerah. Saat perkawinan berjalan 6 bulan, suami mama terkena korona disuatu daerah, umpamanya di Kalimantan, kan ceritanya pengusaha batu bara, dan suami mama itu meninggal. Karna meninggalnya kena korona, maka proses pemakamkannya disesuaikan dgn protokol kesehatan, artinya dilokasi makam tersendiri dan tdk boleh dihadiri keluarga. Versi itu yang akan mama ceritakan pada rekan-rekan kerja mama dikantor.
Sedang untuk versi keluarga,termasuk Kak Indah, karena kalau mama katakan bahwa kami sudah menikah tentu mereka akan bertanya-tanya, masa’ kalau sudah menikah keluarga dekat sampai enggak tau sih, walaupun cuma nikah siri, keterlaluan banget. Jadi untuk keluarga dekat, mama akan cerita seolah-olah kami pacaran, ya biasalah layaknya pacaran seperti kamu sama Ririn itu, pacaran tapi entot-entotan, dan akhirnya hamil, yang kelanjutannya sama dengan versi pertama meninggal karena korona.. Gimana kamu setuju enggak sayang, dengan rencana mama itu…? Atau kamu ada masukan lain..” terang mama.

“Gimana dengan tetangga ma…?”

“Ah, tetangga disini mana pernah perduli satu sama lain…itu gak perlu dikawatirkan…kita mau jungkir balik aja mereka enggak perduli…” benar juga dengan apa yang dukatakan mama, dikomplek real-estate yang lumayan bonafid seperti disini, orang-orangnya memang sangat individualis.

“Oke deh ma….Bagus setuju sekali….keliatannya itu bakalan lancar deh ma..”

“Siapa dulu dong… mamamu…” puji mama, pada diri sendiri.

“Oh iya gus… tadi sore kamu sempat bilang, katanya kamu pernah intipin mama, mamanya kamu tau kalau memek mama ini tembem… emang sejak kapan kamu suka intipin mama…?”

“Ih, mama Bagus jadi malu nih…. udah lama ma… waktu sekitar SMP dulu, mungkin semenjak kelas 2 SMP, tapi kelas 2 SMA udah enggak lagi, kan udah ads Ririn…”

“Koq mama kandung kamu sendiri pakai kamu intipin sih…emang motivasinya apa…?”

“Enggak apa-apa sih ma..Cuma nafsu aja…”

“Apa..? Nafsu..? Nafsu mau….” heran mama.

“Ya nafsu mau ngentotin mama lah… masa’ nafsu mau jitakin mama sih…”

“Ya ampun…Bagus. kelas 2 SMP udah ada pikiran mau ngentot sama mama kamu ya….”

“Iya ma…emang kenapa ma…abis mama seksi sih…”

“Ya, Enggak apa-apa sih… Cuma… mmm.. seandainya mama tau gus.. pasti.. mmm…”

“Emang kalau dulu mama tau gimana ma…?”

“Ya, enggak gimana-gimana sih…mmm.. tapi asik juga kali ya…” ujar mama sambil senyum-senyum sendiri seolah sedang membayangkan sesuatu.

“Jadi seandainya dulu mama tau, kalau Bagus ada keinginan untuk ngentotin mama, kira-kira mama akan kasih enggak…?”

“Kayaknya bakalan mama kasih deh gus… apalagi mama kan seorang janda… kan asik tuh, dapet brondong… yah, tapi akhirnya keduluan sama Ririn ya gus… terus kamu jadi lupa deh sama mama.. iih… seandainya dari dulu kamu bilang sama nama gus… pasti anak kita sekarang udah besar gus..” terang mama, menyesali diri.

“Gak apa-apa ma… kan sekarang Bagus sudah kembali pada mama dan melupakan Ririn… Sekarang Bagus akan selalu ada untuk mengentotin memek mama kapan saja… oke ma…” rayuku.

“Iya sayang.. maafkan mama ya, dulu kamu kepingin ngentot sama mama tapi enggak kesampaian, sampai dibela-belain ngintipin mama… mmmm..kasian sekali sih anak mama…”

“Enggak apa-apa koq ma.. Eh iya ma, mama enggak merasa berdosa sama papa, karna mama ngentot sama Bagus yang adalah anak mama sendiri…?”

“Ya enggak lah gus… mama rasa papa justru merasa bahagia bahwa ternyata mama tidak nikah dengan orang lain. Dan papamu akan tambah berbahagia karena kita saling mencinta dan saling membagi… dan kebahagiaan papa akan semakin besar lagi begitu melihat kita yang adalah ibu dan anak kandungnya saling mengentot… papa pasti akan tersenyum bahagia disurga sana gus…. “ terang mama.

“Amiiin…” sambungku.

“Oh iya gus… ngomong-ngomong kita ngentot lagi yuk sayang…. kayanya kontol kamu udah ngaceng lagi nih… mama rasa kayanya udah penuh banget nih memek mama… pasti kamu udah ngaceng maksimal ya…. Ayo kita entotan lagi…”

Betul juga sih apa yang dikatakan mama, batang penisku memang sudah ereksi, karena memang birahiku kembali naik.

Obrolan kami tadi memang membangkitkan lagi hasrat seksualku.

“Tapi sekarang kan kita memang lagi ngentot ma…” ujarku, karna menurutku sedari tadi memang penisku masih bersarang didalam memeknya, walaupun memang tidak terjadi penetrasi yang inten, kecuali hanya diam pasif.

“Iya juga sih… tapi maksud mama ya dikocok-kocok sebagaimana layaknya orang ngentot gitu lho… biar keluar pejunya…biar mama semakin cepat bunting….hi…hi…hi…” ujar mama, seraya memeluk tubuhku dan mulai menaik-turunkan pantat besarnya.

Bless…bless..bless…bless…
Plok..plok..plok..plok…

“Aaaahh…. kamu diem aja ya sayang… sekarang biar mama yang ngentotin kontol kamu….kamu cukup duduk manis aj… yang penting kontol kamu selalu tetap ngaceng…itu yang mama butuhkan.. huuuhh…huuhh…huuuh..huuuh.. hiyaaaaa….”

Setelah itu mama mencium mulutku, sehingga sambil pantat mama turun naik, kami saling berpagutan.

Mmm…puas saling berpagutan, sekarang kami saling beradu lidah. Dimana lidah kami saling terjulur, lalu ujung lidah kami saling beradu dan menggoyang-goyangkannya kekiri dan kekanan. Ah, sungguh erotis dan mengesankan sekali.

Gerakan pantat mama semakin liar, bahkan sesekali pantatnya memutar bagaikan ulekan sambal. Wah, bisa keseleo batang kontolku kalau begini caranya.

Hingga selang beberapa menit tubuh mama mengejang sebagai tanda dirinya telah mencapai klimaks.

“Aaaaaaaaaggghhhhh…. mama keluar sayang….. uuuhhh kontol kamu enak banget sih……..uuuuuuuuuuuuuhhhhh……sedaaaaaaaappp…” Ya, seiring dengan itu memang batang penisku merasakan adanya cairan hangat yang keluar dari liang vaginanya.

Tak sampai satu menit, aku merasakan sesuatu pada diriku.

“Ma… Bagus mau keluar nih….” bisikku pada mama.

“Sayang, kalau memang kamu mau keluar kita posisi misionery aja sayang…. supaya pejunya enggak ada yang keluar mubajir… biar ketampung didalam memek mama semua… ayo sayang, cepetaaan…”

Seperti yang dikatakan mama, segera kubaringkan tubuh mama kebawah. Cukup hanya dengan menjatuhkan tubuhku kedepan, praktis tubuh mama juga ikut jatuh dan berbaring telentang, sehingga aku dapat menggenjot mama dengan posisi seperti saat pertama kali aku menyetubuhi mama.

Tak sampai beberapa genjotan, bobol juga pertahananku, seiring tumpahnya air mani menyirami rahim mamaku untuk yang kedua kalinya.

“iyaaa….terus sayang… sirami terus rahim mamamu dengan air manimu wahai anak kandungku…. pejuhi memek mamamu…. do’a kan semoga cepat hamil ya sayang……” oceh mama, sambil kedua tangannya menahan bokongku.

“Amin ma….” jawabku. Bersamaan dengan itu, tubuhku ambruk diatas tubuh semok mama. Tentu saja dengan batang penisku masih bersarang didalam liang vagina mama.

“Sampai besok pagi kontolmu baru boleh dicabut ya sayang….” bisik mama lembut.

Tak berapa lama, kamipun terlelap dalam damai…
Terakhir

BERSMBUNG

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page