Di sebuah sekolah di Jakarta, banyak murid yang sering nongkrong dan huru-hara.
“Lo deket banget sama Fiki ya, Don?” tanya Dimas, teman sebaya Doni.
“Ya, Fiki baik juga kok. Dia bocahnya asik,” jawab Doni sambil duduk di warung basecamp sekolah mereka.
Dimas, yang tahu kalau Doni suka berlebihan, tertawa dan berkata, “Habis banyak dong lo.”
“Yoi, tapi tujuan gue bukan cuma itu,” jawab Doni sambil menghisap rokok.
“Apa tuh?” tanya Dimas penasaran.
“Pembantunya Fiki cakep, dan Fiki cuma tinggal bertiga sama kakaknya dan pembantunya,” jelas Doni.
Dimas, yang duduk di sebelah Doni dan tidak terlalu akrab dengan Fiki, bertanya, “Orang tuanya kemana?”
Mereka duduk bersama dengan beberapa teman di warung, sekitar 13 orang, termasuk Fiki yang duduk terpisah.
“Fiki perantauan, bro. Kakaknya kerja pulang malam, dan pembantunya sih kayaknya polos banget, tapi gue yakin dia bisa dihibur,” balas Doni.
Dimas menanggapi, “Semua cewek juga bisa dipakai, loh.”
“Serius, Mas. Pembantunya masih sopan banget, gue juga udah ngobrol sama dia. Gue yakin dia bisa dihibur,” Doni tetap meyakinkan.
“Ajak gue kalau gitu kalau lo mau ke rumah Fiki,” ujar Dimas dengan semangat.
“Nanti, ya. Kalau Fiki mau,” jawab Doni.
Dua hari kemudian, Doni yang merasa bosan di rumah mengajak Fiki untuk nongkrong. Fiki setuju.
“Nongkrong di mana, Don?” tanya Fiki saat mereka ngobrol di rumah.
“Bisa minum di rumah lo sambil cerita-cerita,” jawab Doni yang juga sedang di rumah.
“Boleh, sok, datang aja,” kata Fiki.
“Gue ajak Dimas kali ya, biar nggak berdua aja,” kata Doni.
“Boleh aja,” jawab Fiki.
“Tapi duit gue cuma 50 ribu, buat beli minuman. Besok juga nggak bisa jajan di kantin,” keluh Doni.
“Tenang aja, gue yang beli minum. Deket dari kompleks kok,” jawab Fiki.
“Wah, makasih banget lo, Fik. Oke, gue bakal ajak Dimas,” balas Doni dengan senang.
Doni segera memberitahukan Dimas, dan Dimas pun setuju dengan senang hati, apalagi minumannya dibeliin.
Sekitar jam 8 malam, Dimas dan Doni tiba di rumah Fiki.
“Kakaknya kemana, Fik?” tanya Doni saat mereka duduk di ruang tamu.
Fiki sambil bercanda menjawab, “Ya, lo malah nanyain kakak gue. Lo harusnya nanya Ani, dong.” (Ani adalah pembantunya Fiki.)
“Kalau Ani mah, pasti ada di sini. Dia nungguin kedatangan gue, kan,” celetuk Doni santai sambil melebarkan tangannya di sofa dan mengangkat alis.
“Wah, emang lo siapa, ditungguin pembantunya Fiki?” tanya Dimas dengan canda.
Doni dengan percaya diri menjawab, “Kasih tau Fik, kalau gue udah seperti keluarga di sini.”
Fiki tertawa dan menjelaskan, “Iya, Dimas. Doni sudah dianggap seperti keluarga di sini.”
Doni menepuk paha Dimas sambil berkata, “Dengerin tuh.”
Dimas tertawa dan berkata, “Enak juga lo, Don.”
“Eh, lo tinggal sama siapa aja di rumah segede ini, Fik?” tanya Dimas sambil melirik sekitar.
Fiki menjelaskan kalau dia tinggal bertiga dengan kakaknya dan pembantunya.
Setelah itu, Fiki mengambil minuman yang sudah dibelinya dan mereka bertiga mulai minum sambil ngobrol dan bercanda.
Setelah sebotol anggur habis, Fiki beranjak mengambil sebotol lagi.
“Tenang, masih ada sebotol lagi,” ujar Fiki sambil menuju ke tempat penyimpanan.
Dimas dan Doni saling berbisik, “Baik juga, ya,” kata Doni.
“Mana pembantunya, Fiki?” tanya Dimas.
“Di kamar, tenang aja. Nunggu momen yang tepat,” jawab Doni sambil tersenyum.
Mereka melanjutkan minum setelah Fiki membuka botol anggur baru. Di tengah-tengah perbincangan, Doni, dengan percaya dirinya, membuka obrolan.
“Fiki, rasanya pembantu lo itu bisa diajak main, ya?” tanya Doni dengan nada menggoda.
Fiki yang sedang menikmati minuman di gelasnya hanya tersenyum sambil menjawab, “Gak tahu, Don. Coba aja kalau lo mau.”
Dimas hanya bisa mengeluarkan satu kata, “Anjir.”
Doni berdiri dari sofa dan merapikan pakaiannya.
“Mau ngapain lo?” tanya Dimas, memperhatikan gelagat Doni.
“Lo gak denger tadi? Gue disuruh coba. Lihat nih, Doni beraksi!” jawab Doni sambil menepuk dadanya dengan percaya diri.
“Gue intip dari jauh aja nanti,” kata Dimas sambil bercanda.
Doni tersenyum dan bertanya kepada Fiki, “Kamarnya Ani yang di atas, kan?”
Fiki, yang santai sambil merokok, menjawab, “Ah, lo sering kesini juga masih nanya aja.”
Doni melangkah menuju tangga, sambil menoleh dan melemparkan senyum kepada Dimas.
Dimas melanjutkan minum bersama Fiki sambil ngobrol tentang sekolah dan keluarga Fiki.
Beberapa waktu kemudian, Doni yang sedikit mabuk mengetuk pintu kamar Ani beberapa kali.
Pintu kamar terbuka, menampilkan Ani yang mengenakan tanktop putih dan celana hotpants. “Seksi banget nih,” komentar Doni dengan takjub.
“Mas Don bisa aja. Ani kalau mau tidur memang begini pakaiannya. Ngomong-ngomong, ada apa Mas Don ke sini?” tanya Ani.
(Sebelum lanjut, perlu dicatat bahwa Fiki pindah ke Jakarta waktu kelas 1 SMP, makanya dia tidak lagi berbahasa daerah.)
“Eh, bosen ngobrol sama Fiki terus. Masa batang ketemu batang, hahaha,” canda Doni sambil tersenyum.
Ani hanya tersenyum tipis mendengar canda Doni.
“Boleh masuk, nggak, Ni?” tanya Doni dengan nada genit.
“Hmm, boleh deh Mas Don. Tapi Ani haus, mau ambil minum dulu,” jawab Ani dengan nada genit juga.
(Ani seumuran dengan Fiki, tapi Ani putus sekolah.)
“Gak apa-apa, abang Doni aja yang ambil,” kata Doni sambil mengambil air putih dan melemparkan senyum ke Ani.
Setelah itu, mereka duduk di lantai yang beralaskan kasur tipis sambil menonton TV tabung yang disediakan untuk Ani oleh keluarga Fiki.
“Matikan lampunya, ya. Silau,” kata Doni.
Ani mengangguk.
Doni mematikan lampu dan duduk di samping Ani, melanjutkan menonton TV.
Suasana menjadi canggung, tapi Doni tidak mau keadaan seperti itu berlarut-larut.
“Sudah lama ya Ani kerja sama keluarga Fiki?” tanya Doni.
Ani menjawab, “Ya, sejak Mas Fiki tinggal di Jakarta.”
Doni penasaran, “Cerita dong, gimana bisa kerja sama Fiki?”
Dengan begitu, obrolan mereka berlanjut sambil mencoba mencairkan suasana yang canggung, dan Doni berusaha menjalin kedekatan dengan Ani.
Ani : “ya waktu itu dikampung, bapaknya mas fiki lagi nyari pembantu buat dijakarta karena mas fiki mau sekolah SMP di Jakarta. Terus yaudah tiba tiba bapak aku nyuruh aku kerumah mas Doni.” Ani menjelaskan sambil sedikit menunduk.
Doni : “emang kamu putus sekolah dari Kapan ni?” tanya doni memperhatikan ani dengan mata Sedikit sayup efek alkohol.
Ani : “ko mas doni tau aku putus sekolah? Pasti mas fiki yang cerita y.” Ani sedikit melepaskan senyumnya.
Doni hanya tersenyum seraya berkata, “iya. Aku sih yang duluan nanya sama fiki, soalnya pas liat kamu. Aku penasaran sama wanita cantik ini.” Doni mencubit sedikit dagu ani.
Ani menunduk tersipu malu sambil tersenyum lebar. “bisa aja mas doni.” Dan memukul pelan pundak Doni. “ya gitu aku sekolah cuman sampe kelas 3 (SD) bapak aku utangnya banyak mas dikampung.” Lanjut ani menjelaskan
“oalah bisa gitu yak.” Respon doni menyimak cerita.
“bisa lah bapak aku kan suka judi.” Seru ani membuang muka kearah tv ketika menjelaskan itu.
Sontak doni memeluk ani dan mengelus punggung ani perlahan, “sabar yak ni. Semoga kamu kuat. Kamu hebat.” Doni masih memeluk ani terlihat nafsunya sudah sedikit naik.
Ani membalas pelukan itu dengan mengalungkan tangannya dipunggung doni, “makasih ya mas doni.”
Doni melepaskan pelukan dan memandang wajah ani lalu beberapa detik kemudian melayangkan ciuman tepat dibibir ani.
Ani yang mendapat perlakuan dari doni awalnya diam, tapi lama kelamaan dia membalas ciuman doni dengan melumatnya. Mereka pun beradu ciuman dan beradu lidah dengan nafsu menggebu gebu.
Asik berciuman, doni pun melepaskan bibirnya lalu tangannya menjalar ke bagian baawah tengtop Ani untuk melepaskannya. “ani malu mas.” Respon Ani memandang doni.
“Sssssttttt. Gapapa ni, gue pengen banget.” Bisik doni diatas Ani, dimana posisi ani dibawahnya tiduran. Suara Doni pun sedikit serak.
Mereka berdua sebenarnya diawasi dari jendela sama dimas dan Fiki. Sejenak fiki mengajak Dimas kebawah.
“anjir canggih emang doni.” Ujar dimas yang udah duduk dilantai bawah dan meminum minuman di gelasnya.
Fiki yang meroko tersenyum, “ya namanya juga pembantu dim.”
……..
Dikamar ani
Tampak ani sudah memakai cd dan bra, mereka berciuman sambil tangan kiri doni menggerayangi t***t ani masuk dalam bh.
Suara ciuman yang berisik terdengar dikamar itu “cellpppppp celpppppp.”
Doni melepaskan ciuman dan melepaskan baju serta celana pendeknya menyisakan cd nya sambil tersenyum ke ani yang berada dibawahnya.
Lalu Doni melepaskan bh ani dan melepaskan cdnya. Selama doni melepaskan bh dan cd ani, ani menengok kesamping tak berani melihat ke arah Doni.
Dan terpampang lah tt ani berukuran 34 c dengan pg pink yang membuat doni makin sange, serta bulu kemaluan di mk ani hanya sedikit aja. Saat Doni menjamah mk ani, m**k ani sudah basah.
Doni menurunkan wajahnya menjilati m***k ani menggunakan lidahnya. “eeeehhhhh emmmmphhhhhhh.” Dengus ani merem dan menggenggam seprei sangat kuat saat doni menjilat memeknya.
“massss doniiiii ahhhhhhhhh jangannn digituin massss.” Ani sedikit berteriak.
Doni melepaskan jilatannya, “jangan berisik ni.” Dan lanjut naik ke tt ani mengisap p*g ani yang pink. Kadang Doni juga sedikit menggigitnya.
“awwwwwwwww.” Ucap ani saat doni mengigit putingnya.
“Emmmphhh uhhhhhhh awwww.” Ani bersuara ketika putingnya diisap dan memeknya dimasukin 2 jari doni.
Setelah puas, doni duduk diatas kasur dengan kedua lutut sebagai tumpuannya dan melepaskan cdnya dengan cepat. Ani hanya bengong tiduran melihat kearah k****l Doni yang berukuran 14 cm dengan diameter sedikit besar.
“Sepong dong ni.” Ucap doni pelan.
Ani sedikit bangkit dan menggenggam kl doni dengan tangan kirinya lalu mengulumnya, “slurppppbslurrppppp.” Suara yang keluar saat ani menghisap kl doni, kadang bola mati ani melirik kearah wajah doni sambil tetap menyepong.
Doni hanya menikmati sambil meraba punggung ani mengelusnya.
“Udah ni.” Ucap doni saat ani mengisap. Lalu Ani menghentikan aktivitasnya. Doni pun merebahkan tubuh ani kekasur dan mengarahkan kontolnya kememek Ani dan “blessssssss.” k****l doni masuk. “auwwwww.” Teriak ani sedikit lalu menutup mulutnya dengan permukaan tangan kanannya.
“Plokkkkkkkkkk ppppplllllokkkkkkkk.” Suara ketika doni menggoyang kontolnya didalam m***k ani.
Doni juga sedikit berkeringat di sekitar dahinya .
“Uhhhhhh massssss donniiiiiii peee…laaa..n massss.” Dengus ani dengan suara pelannya.
Doni asik mencumbu ani sambil meremas remas t***t ani dengan tangannyaaaa.
Ani merem nampak menikmati, “empphhhh empphhhhh.”
“mauuuu keluarrr ni.” Seru doni yang asik bergoyang lalu beberapa detik kemudian mencabut kontolnya dan mengarahkan kontolnya ke wajah ani dan memuntahkan cairan s****a menyempoti wajah dan area seprei.
“Ahhh mas doniiiiii.” Lenguh ani saat cairan doni sudah keluar semuaaa.
“Enakk banget ni.” Komentar Doni yang duduk lemas ditepi ranjang.
Ani hanya tersenyum sambil tiduran mengelap ai Doni dengan tengtopnya.
“ko dielapnyaa pake gituan ni?”
“Gapapa mas, aku juga yang nyuci.”
Beberapa menit kemudian setelah berpakaian Doni turun kelantai bawah. Terlihat kedua temennya itu tersenyum lebar dan dimas bersuara, “top lo.”
Doni hanya tersenyum lalu duduk, “lo coba dong.” Dia mengambil minuman byang sisa segelas dan meminumnya.
“bolehhhh.” Tanpa basa-basi dimas langsung berjalan keatas.
……
Pintu kamar ani masih terbuka, ani masih memakai bh dan cd aja terlihat dia sedang mengelap beberapa cairan di sekitar seprei dan “ehhhhh.”
Muncul sosok dimas di pintu, “gue temennya doni sama fiki. Gue juga udah ngeliat lo sama Doni ngapain aja ko tadi.” Celoteh fiki berjalan masuk dan duduk disampingnya ani.
Ani hanya diam berusaha menutupi dirinya dengan tangannya sambil menunduk.
Dimas yang agresif langsung meraba t***t ani dari luar bh berwarna hitam.
Dan memainkan tangannya menjamah m***k ani yang terbungkus cd merah.
Mendapati perlakuan seperti itu ani hanya terdiam menunduk sambil merem seperti takut.
Dengan cepet Dimas membuka bh dan memainkan tt ani sambil duduk berdampingan. Rabaan secara bergantian dari tt sebelah kiri dan kanan.
“gue mah cuman minta disepong ni.” Ucap dimas lalu melepaskan celana dan sempaknya masih memakai kaos.
Ani diam saja duduk.
Dimas pun berjalan dikit dan mengarahkan kontolnya dekat dengan bibir ani.
Ani masih tak merespon.
Lalu Dimas tiduran, “isep doang daripada gue bilangin kakanya Fiki.” Dimas memberi sedikit ancaman.
Rasa malu dan sedikit takut terlihat dari raut wajah ani yang sudah telanjang. Ia pun berjalan dan mengocok k****l dimas malu sambil membuang muka.
“Sepong ni, gue cepet ko keluarnya.” Dengus Dimas tiduran.
Ani menuruti dan memasukkan k****l dimas yang panjangnya sekitar 10 cm dan diameter nya juga kecil.
Ani menyepong dengan pelan kadang juga melepasnya untuk membenarkan rambutnya.
“Terussss niii.”
“slurpppp slurrppppp.”
Dan beberapa menit kemudian Dimas mengeluarkan spermanya di mulut ani.
Ani melepeh sa itu tissue. “wueeeee.” Suara ani seperti jijik karena gapernah ada yg mengeluarkan sa didalam mulutnya.
Dimas membersihkan sisa p**u di kontolnya dengan tissue yang tersedia dan memakai pakaian kembali.
Sebelom keluar Dimas tersenyum dan “makasih ya ni.”
Sambil memakai pakaian ani memandang jutek ke dimas tak menjawab ocehan dimas.
……
“Bentar banget bro.” Ledek doni sambil sedikit tertawa.
“Hahaha emang cepet gue mah.” Balas dimas santai.
Mereka pun ngobrol sambil merokok.
Tiba tiba doni, “jangan jangan lo pernah yak fik sama ani.” Sambil tersenyum.
Dimas juga curiga, “iya nih.”
“Anjir enggalah bukan level gue.” Sangkal fiki duduk santai menghisap rokok.
Sekitar pukul 11 malam, Doni dan Dimas pun pulang dari rumah fiki.
Di jalan pulang, sambil beriringan dengan mengendarai motor masing masing. “jangan cerita cerita ke bocah lo.” Ucap doni
“Yaiyalah ceritain aja rejeki kudu dibagi2.” Balas dimas tersenyum.
Doni : “Kasian ani egeeeee.”
Dimas : “sama pembokat aja kasian, suka lo ya?”
Doni : “anjirrr engga lahhh. Yaudah sih seterah.”
Lalu mereka pun pulang kerumah masing masing.
Walaupun yang mengingatkan untuk tidak membocorkan kejadian semalam. Tapi ketika dimas di sekolah, kabar terlalu cepat menyebar.
Dimas tau kalo sobatnya itu doni pasti bocor mulutnya apalagi tentang cewe, behhh doni gacornya.
“Gede gak toketnya?”
“Memeknya tembem gak?”
“Hahaha lo ngape cepet keluar?” Beberapa pertanyaan dari teman nongkrong dimas dan doni. Dimas dan 3 orang lainnya sedang dikantin, nampak doni belom terlihat.
“Buseh satu satu anjim nanyanya!!” Sewot dimas risih.
“lo pada main dah kerumahnya, biar pada percaya.” Celetuk dimas membenarkan cerita tersebut.
……
“ikut lagi dim?” fiki bertanya ketika dimas baru tiba di warung tongkrongan.
Disana, doni dan tompel sudah diatas motor lagi manasin motor. Ada juga fuat dan tole.
“Mau pada kemana?” dimas heran mereka semua sedang mau pergi.
Si raja gombal doni berujar, “biasa kerumah fiki.”
Dimas membeli roko dahulu setelah itu, “duluan deh gue mau jalan sama cewek gue.”
“yaudah.” Balas doni.
Mereka pun berangkat Kerumah fiki. Entah kenapa walaupun fiki masih kelas 2 tapi ia senang bergaul dengan seniornya.
……
“ohhh itu orangnyaaa.” Sahut fuat ketika melihat ani lagi menaruh pakaian kotor dilantai bawah. Sejenak ani yang melihat teman majikannya lagi pada kumpul, ia memberi senyuman sembari berjalan kembali keatas.
“Manteppp sih bodynya tapi mukanya B aja!” teriak tompel yang mengangkat kaki satunya ke sofa.
“lah kaka lo mana Ki? Katanya lo tinggal bertiga?” Tanya tole menyulut rokok di mulutnya.
“ada le tapi lagi kerja.” Pungkas singkat Fiki.
“kerja dimana?” tanya fuat mulai kepo.
“Di bank xxxx.” Balas fiki.
Lagi asik berbincang bincang. “doni kemana ya?” tanya tompel celingak celinguk dari arah dapur.
Fuat : “Katanya boxer?”
Tole : “lagi n*t kali coba cek.”
Tompel berjalan cepat kelantai atas kemudian turun kembali, “engga ah pembokat fiki aja lagi jemur pakaian.”
“yaudah palain lah pel.” Seru Fuat tersenyum.
“gak pede gue. Minum dulu dah.” Balas tompel.
Singkat cerita mereka patungan untuk membeli minuman sekembalinya doni ke perkumpulan.
…….
Hari yang semakin petang, ditambah dengan hangatnya alkohol didalam tubuh para pemuda ini menjadi sange karena cerita doni. Tompel pun mengambil kudakuda stretching.
“Set pemanasan lo, mau ikut pon Lo?” canda dari Fuat terlontar.
“Lebih ke lomba renang sih doi hahahha.” Timpal tole menambahkan.
Tiba tiba, “gue tinggal dulu ya, cewe gue didepan komplek.” Seru fiki berdiri mengambil jaketnya.
“Lah tuan rumah masa cabut.” Kata fuat.
“Selow sih paling makan gue, santai aja at. Kaka gue juga jarang pulang.” Ujar fiki bergegas ke arah motornya yang terparkir diluar rumah.
“anggap aja rumah sendiri at!!” seraya tompel berkata.
“Enak juga sih punya rumah gini mah.” Fuat
“buru, lama geraknya!” terlihat doni mengompori temannya untuk segera beraksi ke kamar ani.
“temenin yuk!!” pinta tompel ke fuat.
Fuat pun berdiri dan mereka berdua kelantai atas.
……
Beberapa menit kemudian, fuat dan tompel turun kebawah sambil tertawa puas.
“Lah kocak turun lagi.” Doni menimpali melihat mereka berdua tertawa.
Fuat : “anjir tompel beringas banget. Masa pembantunya fiki disekep.”
Tole : “lah gitu dah!”
Tompel : “bukannya gitu bege, gue baru mau Meluk dia eh peler gue malah ditendang. Yauda gue bekep aja mulutnya biar dia gak ngelwan. Eh peler guee malah ditendang lagi.”
Sontak mereka semua tertawa.
“biar gue palain dah.” Tutur Doni berjalan keatas.
“ini baru pahlawan kita.” Fuat menyambar dan melihat doni melangkah kelantai atas.
…..
15 menit berlalu, tompel yang mabok parah nampak tak sabar. “buset lama juga gabisa didiemin nih.” Langsung tompel kelantai atas.
Sesampainya diatas tompel melihat kamar ani yang tertutup rapat, hordeng menutupi jendela dan gelap juga menunjukkan suasana tempat itu.
Lalu tompel mengambil minuman, “tok… tok….” “don, minum nih kali lo haus.” Berulangkali tompel melakukan hal itu. Akhirnya ia capek sendiri dan turun kebawah.
……
“Siapa sih tadi ngetok ngetok.” Sapa Doni ketika di lantai bawah.
“Lo sih lama banget.” Balas tompel dengan mimik muka jengkel.
“Udah tuh gantian dah.” Doni membakar roko.
Tompel dan fuat pun naik berbarengan.
……
Kali ini ani diam saja, tampak tompel menggrepe tt ani sebelaah kanan dan fuat mengemut p*g ani sebelah kiri.
Ani hanya merem lemas tak berdaya, sejenak fuat yang asik mengemut pg langsung menggerayangi tt sebelah kanan. Karena tompel membuka celana ani dan cdnya. “crekkkkk crekkkkk.” Tompel memasukkan tiga jari ke v***a Ani yang basah.
“Empphhhhh eeeemmmmnppppp.” Suara ani kecil tak kuat akan perlakuan teman majikannya.
Tompel melepaskan celana dan sempaknya. Lalu mengarahkan kontolnya ke arah mulut ani. Fuat agak menjauh melihat tingkah tompel.
“Eeeeeeee eeeeeeeee.” Suara ani dengan tak mau membuka mulutnya dimana letak k****l tompel sangat dekat sekali berjarak 1 cm dan ditempelkan di mulut ani.
Dengan wajah sangenya, “ni isep ni.” Ujar tompel.
Fuat yang melihat wajah tompel pun menahan tawa.
Ani masih menolak.
“isep dong ani sayang.” Seru tompel sambil memaksa masuk kontolnya dengan menekan kepala belakang ani.
Tapi bukannya diisep, k****l tompel malah digigit. “anjing.” Dengus tompel yang kaget akan aksi ani.
Fuat yang tak kuat menahan tawa, berlari kecil kebawah sambil tertawa terbahak – bahak.
“Lah kenapa lo?” tanya tole yang rebahan di sofa, sedangkan doni sudah tertidur pulas disofa.
Belom sempet menjawab tompel turun kebawah sambil tertawa juga.
Fuat menceritakan kejadian diatas dan tole juga ketawa. Lalu Doni terbangun dan bertanya tanya. Fuat menjelaskan lagi.
“Yaudah ke atas lagi lah.” Celetuk doni.
“udah ga napsu.” Balas tompel tersungkur lesu di sofa.
“Biar Abang yang turun tangan.” Tole mematikan rokoknya dan berdiri membetulkan celana lalu naik keatas.
……
Diatas ani sedang membuka hordeng, lalu mengisi air di ember kamar mandi atas. Tole mengajak ani berkenalan.
“parah ya dua orang tadi.” Tole membuka topik obrolan memerhatikan ani yang sedang dikamar mandi.
“tau ih.” Balas ani singkat karena ia melihat tole yang ramah dan sedikit ganteng.
“Kalo pada mabok emang gitu, susah ngontrol napsu padaan..” balas tole.
“Termasuk kamu?” tanya ani menoleh ke tole.
Lalu Ani berjalan keluar kamar mandi dan masuk ke kamarnya.
“Jujur aku sih juga, tapi kalo cewek itu gamau ya aku gamaksa sih orangnya.” Rayu tole sambil berdiri didepan kamar ani.
“oh bagus deh.” Ani tiduran di kasur menonton tv.
Tole masuk kekamar ani dan duduk dibawah.
“ni, kalo aku minta gituan. Kamu bakal nolak gak?” tanya tole duduk diatas tepi ranjang ani.
Ani yang masih tiduran memandang wajah tole tidak menjawab sepatah katapun.
Melihat respon ani, tole mencium lembut bibir ani.
Ani juga membalas lembut perlakuan tole dengan melumat bibirnya.
“Boleh aku buka baju kamu?” tanya tole mereka berjarak dekat sekali.
Ani dengan mata yang sayu mengganggukan kepala.
Tole melepas baju ani dengan pelan selanjutnya bh kuning ani.
Lalu memajukan tangan kirinya untuk meremas toketnya Ani dan mencium bibir ani dengan sambil lembut. Nafas ani yang tak teratur membuat tole makin bernafsu. Ia pun melepas celana dan cd ani, lalu menggosokkan tangan kanannya di permukaan m***k ani.
“Uhhhhhh emmmmmm.”
“Emmmmmmm.”
“Ohhhhhh.”
Desah ani ketika tole memasukkan jarinya kedalam memeknya dan memaju mundurkan dengan perlahan.
Tole juga mengemut p****g ani secara bergantian.
“masukkkinnnnn masss.” Dengus ani tak tahan akan perlakuan tole..
Tole tersenyum dan melepas sempaknya. Ani sedikit terbelalak melihat k****l tole yang diameternya gak gede tapi panjangnya hampir 17cm.
“maassss tolongggggg goyangnyaaa jangan kencengggg kencenggg.” Ucap ani ketika tole memasukkan kontolnya dengan lembut sekali.
Tole memajumundurkan kontolnya pelan sekali. Iaa memasukkan setengah kontolnya tapi ani tampak menikmatinya dengan merangkul leher tole dan memejamkan mata seraya berdesahhhh “ahhhhh enakkkkkk ohhhhhh yaampunnnnn.”
“Uhhhhhhhh uhhhhhhee heeeheeeh.” Rancau ani ketika tole menaikan sedikit goyangan kontolnya.
Lagi asik bu tiba tiba pintu terbuka, karena tole tak mengunci pintu hanya menutupnya.
Tole yang melihat sosok itu kaget dan menarik kontolnya lalu menggeser pantatnya kebelakang sudut ranjang.
“ohhh bagus.” Suara sosok tersebut berkata.
Ani yang mengenali suara tersebut segera menoleh kedepan pintu dan kaget menutupi tubuhnya “ka Lia.” Dan Ani mencari bajunya untuk memakainya. Tole juga menutupi s**n dengan sempak tapi belom dipakai.
“GAUSAH PAKE BAJU, SINI KALIAN BERDUA BERDIRI!!!!” teriak kakaknya fiki marah sekali melipat kedua tangannya didadanya.
Ani dan tole berjalan sedikit ke depan ka lia, ani menundukkan kepala sambil bertelanjang. Ia menangis sambil berdiri. Terlihat tole disampingnya memandang ani sambil menutupi kontolnya dengan sempak.
“NGAPAIN NANGIS!!! TADI LO NIKMATIN!!” teriak ka lia kembali didepan wajah ani. Entah suara itu menggelegar sampai keluar rumah atau tidak. Tapi dengan kondisi rumah yang besar dan sepinya suasana komplek mungkin tak terdengar.
Lalu kakanya fiki memelototi muka tole sembari teriak, “TADI GAKK MALU LU!!!” dan menarik sempak tole serta membuangnya ke asal aja.
“DUDUK LO BERDUA!!”
Mereka duduk ditepi ranjang.
“LO PEMBANTU MANA? UDAH SEJAK KAPAN LO SERING SAMA ANI!!!” dan “plakkkkkk.” Suara tamparan mendarat di pipi kanan tole.
Tole mengusap pipinya sambil memasang muka kesel, “saya bukan pembantu ka. Saya temennya Fiki.” Tole berkata santai.
Seketika tole berdiri, “saya tau saya salah, saya siap dihukum dipanggil polisi juga siap.”
Kakanya fiki hanya diam memandang tole dengan muka marahnya.
“OKE!! GUE TERIAK YA BIAR WARGA KESINI TERUS NYERET LO BERDUA KELUAR!!!” menunjuk jari telunjuknya ke arah muka tole.
Dengan beraninya tole menjawab, “ka maaf sebelumnya. Kita melakukan ini atas dasar suka sama suka. Dan untuk hal seperti ini, mungkin udah bukan jamannya main hakim sendiri. Kekantor polisi aja ka, itu lebih pantas.”
Tampak kakanya Fiki seperti berfikir, lalu “ngelawan mulu lo bocah. Kalian pake dah baju kalian, gue tunggu dibawah.” Dia lalu bergegas turun kebawah.
Tole dan Ani memakai bajunya masing masing terlihat ani masih tersedu sedu, air matanya tidak keluar tapi ia sedih.
Tole yang sudah berpakaian melihat ani merenung, “kenapa diem aja ni?” Ucap tole lalu duduk disampingnya.
Ani yang malang hanya, “aku takut dibalikin kekampung.”
Tole yang mendengar itu tak bisa berkata apa-apa dan berusaha menguatkan ani, lalu mengajaknya turun kebawah. Tapi Ani menolaknya. “Kamu aja yang turun, aku takut.” Seru ani yang mengambil pakaian nya lalu dipakainya.
Tole memperhatikannya tapi setelah baju dipake, ani malah memilih tiduran di ranjang dan menutupi wajahnya dengan guling sambil terisak tangis.
Dengan oerasaan bersalah tole berjalan perlahan ke arah tangga, dan baru beberapa saja melangkahi anak tangga ia mendengar suara sayup orang dimarahi dan tiba tiba hening.
Tole berjalan kebawah, ternyata disana sudah ada fiki yang duduk dihadapan kakanya dengan mukaa lesu. Sedangkan kakanya Fiki menatap tole dengan penuh amarah.
“MANA ANI!!!”
Tole : “takut ka dia, masih nangis dikamar.” Terang tole menjelaskan.
“OH LO SENIOR ADEK GUE, DUDUK SITU!”
Tole duduk di samping Fiki, karena kakanya menunjuk kesitu.
“lo ketempat pak syukur, ajak kesini!” perintah kakanya kepada Fiki.
“Pak syukur kan masih kerja ka jam segini, pulang jam 9 paling.” Jawab fiki yang melihat jam dinding masih pukul setengah 7.
“ya lo tungguin lah, perlu dikasih hukuman nih senior kek gini.” Ujar ka lia duduk menyilang sambil melipat tangan didada.
Dengan terpaksa fiki mengambil kunci motor ninjanya dan berjalan keluar.
(pak syukur adalah saudara sekampung mereka yang tinggal dijakarta juga.)
…….
Tole menundukkan kepala menunjukkan rasa bersalahnya.
“KENAPA LO? NGERASA BERSALAH? PENGEN NANGIS?LO TETEP HARUS DIHUKUM BIAR KAPOK.”
“iya ka.” Jawab tole lemas.
“LO SIKAT TUH KAMAR MANDI SAMPE BERSIH!!”
Tole mengangguk dan bersiap berdiri.
“HEH!! ENTAR DULU”
Tole duduk kembali.
“BIAR MAKIN KAPOK GUE MAU VIDEOIN LO, LO BUKA CELANA SAMA BAJU LO TERUS LO SIKAT!!” perintah ka lia dengan muka tegasnya.
“jangan divideoin ka, malu.” Pinta tole dengan muka memelas.
“LO PILIH ITU APA GUE PANGGIL WARGA!”
Pemuda itu terdiam lalu melepaskan celana serta bajunya dan berdiri dengan wajah yang nyolot tanda kalo tole kesal dengan ka lia. Kemudian tole berjalan kekamar mandi dan mengambil sikat untuk disikat lantai.
“srokkkkkk srokkkkkk.” Tole terlihat butiran butiran keringat menempel di wajahnya, diusaplah dengan tangan sambil tetap menyikat.
Ka lia datang dan mengvideokan aktivitas tole sambil berujar, “nihhh orang yang n*t di rumah orang. Aduin apa gimana yak.” Ledek ka lia sambil tertawa.
Tole menarik nafas agar menerima keadaan.
Saat asik menyikat suara ka lia tak terdengar lagi.
“emmm jam 7 lewat lagi.” Ucap tole melirik jam tangannya.
Dia duduk untuk beristirahat.
“HEH ENAK LO DUDUK.” Teriak ka Lia yang muncul dari pintu.
Sejenak tole mengambil sikat kembali dan lanjut.
Suara ka lia tak terdengar, tole coba menoleh kebelakang arah pintu tapi kak lia masih berdiri disana. Tole kaget, pandangan tole seketika turun ke arah d**a kak lia. Dimana kak lia yang memakai kemeja hitam panjang terbuka kancingnya 3 memperlihatkan gundukan toketnya sedikit.
“HEH!! LIAT APA LO? HA?SANGE? NGACENG?” tutur ka Lia dengan melipat tangannya.
“eng..ga ka…” tole tampak gugup dan melanjutkan aktivitas nya.
Beberapa menit kemudian tole fikir ka Lia sudah tak ada, ia menoleh lagi kearah pintu dan sangat kaget melihat kak lia yang hanya memakai bra krem dengan bawahan masih rok.
Tole menelan ludah melihat ukuran t***t kak lia yang gede.
“KENAPA?NGACENG?” kak lia bersikap sinis.
Tole tak menjawab hanya membuang muka kembali.
“yaudah kalo gak ngaceng, gue tutup lagi.” Tutur ka Lia yang membuat tole menoleh kembali.
“jangan ka.” tutur tole, ka Lia yang memegang kemejanya berkata, “kenapa?”
“Terserah deh ka gue nyikat wc sampe jam berapa. Tapi boleh gak gue nyikat nya sambil ngeliat ke arah Kaka.” Tole berkata sambil berjongkok dengan pedenya.
Ka lia tak menjawab hanya menyenderkan badannya ke pintu dan membuang kemejanya kebawah.
Tole lanjut menyikat sambil melihat ka Lia yang memakai bh, beberapa kali tampak tole gelisah dan menelan ludah. Dan tak terasa k****l tole ngaceng membuatnya resah, karena kepala kontolnya keluar dari sempaknya. Dia pun membenarkan sempaknya agar posisi kontolnya tak terlihat.
“Udah?udah ngaceng?ha?” ka lia berujar dengan wajah serius.
Tole tak menjawab dan memilih menunduk sambil tetap menyikat.
Tiba tiba ka Lia masuk kamar mandi dan “diri Lo!”
Tole berdiri perlahan.
Ka Lia memandangi wajah tole sambil tangannya masuk kedalam sempak tole meremas k****l tole.
“Kaaa.” Lenguh tole.
“diem.” Ucap ka Lia.
Tole berinisiatif mendekatkan tangannya ke t***t kanan ka Lia yang masih terbungkus bra.
(Ka Lia tingginya mungkin 165 cm, dengan body-nya seperti artis boyen tapi kulit ka Lia putih.)
“heh mau ngapain lo?” suara ka lia mengangetkan tole dan menarik tangannya menjauh.
“maaf ka.” Tole menatap keatas kontolnya masih digenggam dan dikocok oleh ka Lia.
“kalo mau megang, ngomong dong.” Ujar ka Lia dengan wajah datarnya.
Tole menatap wajah ka Lia, dan “kaaa aku boleh membuka bra Kaka gak dan memainkan tangan ku di pa Kaka?” tole berkata sopan sambil tersenyum.
“emmm boleh gak ya? Emmm boleh deh.” Balas ka lia.
Tole pun langsung membuka bh kak lia dari belakang dan sepasang tt berukuran 36 b dengan p*g coklat yang gede terlihat.
Tole meremas dan memainkan p****g ka Lia dengan pelan sekali.
Tarikan nafas ka Lia dalam sekali dan panjang.
“kenapa ka? Sange?” tanya tole balik menggoda.
Ka Lia diamm dan terus mengocok k****l tole dengan tangan yang lain.
“aku boleh mengisap p****g Kaka gak?” tanya tole kembali.
“ehhmmm bo..Leh” suara ka Lia pelan dan terserak, nafasnya juga sudah terdengar tak beraturan.
Tole memilin p****g kak lia dengan lembut dan melirik ke wajah ka lia. Ka Lia masih dengan muka datarnya dan menurunkan sempak tole tetap mengocok kontolnya.
Saat asik mengisap pg sebelah kiri sedangkan tangan kanan tole memilin pg kanan kak lia yang Sudah keras sekali. Tangan ka lia tampaak sudah tak mengocok k****l tole lagi, “ohhhhhh plisssssss terusssss maininnn tokeeeet gueee deeeee.” Racau ka lia menatap keatas dengan mata tertutup.
Tole melepaskan, ka Lia membuka matanya. “ka aku boleh gak buka rok dan cd Kaka terus ma.” Ujar tole yang langsung disumpal oleh bibir ka Lia.
Mereka pun beradu ciuman, “sleerprpp ….slerrppppp.” tampak tole melumat bibir ka lia dengan buas sambil tangan membuka rok ka Lia dan diloloskan kebawah.
Ka lia juga menjamah k****l tole sambil mengocoknya.
Tole melepaskan bibirnya, “jangaann dikocok muluuu kaa nanti cepeet keluar.” Lalu tole menunduk dan membuka CD ka Lia.
Terlihat m***k ka Lia dengan bulu kemaluan yang rimbun.
Ka lia mendorong kepala tole ke memeknya. Tole lalu menjilati m***k ka Lia, “ohhhhhhhh uhhhhhhhhh …..”
“eiimmmmmmm.. ohhh… Jilat… Terusss….. Sayang…….” Teriak ka Lia yang tak kuat klitorisnya dijilat tole.
Tole melepaskan dan memasukkan dua jarinya ke m***k ka lia lalu dikocok cepet.
“deeeee….. Emphhh……..ka…kaa….ohhhhh…”
Tiba tiba cairan keluar dari m***k ka lia mengenai wajah tole.
“Banyak banget ka ngencritnyaaa.”
Ka Lia yang berkeringat pun menarik badan tole keatas dan menyepong k****l tole dengan cepett…
“Mannnteeppp ka…..”
“Slurppppp….. Slurp……….” suara mulut ka Lia mengocok k****l tole dan menjilat dengan lidahnya .
“plukkk….. Slurrppppp..” ka Lia masih mengulum k****l tole
Beberapa saat kemudian. Tole juga menyemburkan spermanya.
Ka lia menengok keluar seperti melihat sesuatu.
“Kenapa ka?” tanya tole yang ingin memakai sempaknya.
“Jangan dipake dulu, ayo kekamar masih jam 8 lewat.” Ka Lia mengambil pakaiannya dan menggandeng tangan tole ke kamarnya.
…….
Mereka pun lanjut satu ronde lagi dan duduk disofa kembali menunggu pak syukur dan fiki kembali. Tapi yang kembali hanya Fiki aja.
“mana pak syukur?” tanya kakanya.
“gabisa ka, katanya mau keluar kota malem ini.” Jawab fiki yang duduk disamping tole.
“yaudah, lo pulang deh! Gue eneg ngeliat muka lo.” Timpal ka Lia kembali ngomel ke tole.
Tole dengan wajah menunduk salim dan minta maaf atas perbuatannya dengan ani.
Lalu memacu motor satrianya meninggalkan rumah fiki.