Di usia 23 tahun, aku merasa hidupku masih belum punya arah yang jelas. Sudah dua bulan sejak aku meninggalkan pekerjaan lamaku karena lingkungan kerjanya yang sangat tidak sehat menurutku.

Karena tidak ada aktivitas, aku sering begadang hingga larut malam dan baru tidur pagi.

Suatu hari, aku terbangun sekitar pukul 13.00 siang.

Segera aku mengecek ponsel untuk melihat apakah ada pesan atau panggilan untuk wawancara kerja. Selalu berharap banyak setiap kali bangun tidur.

“Wah, lapar lagi,” gumamku dalam hati.

Aku bangkit dari tempat tidur dan turun ke lantai bawah, di mana dapur dan meja makan berada. Dengan langkah malas, aku menuruni tangga dengan hanya mengenakan boxer pendek dan kaos abu-abu.

Saat menuruni tangga, aku mendengar suara ramai dari bawah. “Iya, Bu. Permisi ya,” terdengar dari bawah. Saat ku intip, ternyata beberapa ibu tetanggaku sedang berkumpul di lantai bawah.

Ibuku melihatku dan berkata, “Eh, tolong cuci piringnya.” Ibuku memang orang yang blak-blakan.

“Jam segini baru bangun?” celetuk Bu Beni, tetangga yang rumahnya beberapa blok dari kami.
“namanya masih perjaka bu hehehe.” Timpal bu susi tetanggaku pula.

Dengan menuruni anak tangga, “iya ma entar. Tongkir mau makan dulu.”

“makan aja nomer satu lu.” Celetuk ibuku yang lagi duduk membungkus makanan.

“ada acara apaan mak?” sahut ku yang sudah didepan ibuku.

“arisan besok dimarih.” Balas ibuku.

Disitu ada sekitar 4 ibu ibu tetanggaku yang turut membantu persiapan arisan itu.

Karena sudah saking lapernya, aku pun melewati mereka dan menuju dapur karena magicom dan piring berada disana.

“Wah, baru bangun ya, Kir?” tanya Ibu Farhan sambil mencuci piring.

“Iya, Bu. Hehe,” jawabku sambil tersenyum.

(Ibu Farhan ini mungkin berusia sekitar 35 hingga 40 tahun, aku tidak tahu pasti. Anaknya satu, Farhan, yang usianya 5 tahun. Suaminya bekerja entah di mana dan sering pulang malam.)

Aku akan menjelaskan denah dapur rumahku. Dapurnya tidak terlalu lebar, hanya selebar dua orang berdiri berdampingan. Tapi panjangnya cukup untuk mengakomodasi ruang kerja. Jadi, jika dua orang bertemu di dapur, mereka harus saling berdesakan.

“Maaf, Bu. Saya mau ambil piring,” kataku menjelaskan karena rak piring terletak di dekat pintu, melewati area wastafel cuci piring.
“lewat aja kir.” Balas bu farhan sambil memajukan badannya sedikit.

Aku mengambil posisi badan miring agar bisa muat, tapi walaupun sudah miring. Bagian depan celanaku yang didalamnya ada ps kena bongkahan p*t bu farhan.

Sontak ia terkejut, “eh apaan tuh han.”

Gesekan penisku yang terbungkus boxer dengan bongkahan p****t bu farhan cukup lama, ada kali 4 detik.

“maap bu, gak sengaja yaampun maap.” Balasku yang sudah mengambil piring dirak.

Kejadian itu membuat penisku ereksi, lembutnya p****t bu farhan terasa banget, karena dia memakai daster panjang bahannya juga gak terlalu tebal.

Berikut versi yang telah diubah:


“Gak apa-apa, Kir. Tapi kenapa masih bangun saja?” tanya Bu Farhan sambil melirik ke arahku, tampak jelas bahwa boxernya yang pendek membuat bentuknya terlihat menonjol.

“Gak tahu, Bu,” jawabku singkat sambil berusaha menutupi dengan piring karena merasa malu.

Dengan santai, Bu Farhan berkata, “Namanya juga masih muda, ya Kir. Tapi kamu yakin mau ke depan dengan keadaan seperti itu?” Ia membalikkan badannya menghadapku.

“Itu dia, Bu, malu,” jawabku, merasa tidak nyaman.

Tiba-tiba, Bu Susi masuk ke dapur. Aku langsung memutar badan membelakangi Bu Susi dan Bu Farhan.

Bu Susi melempar sampah ke dalam tempat sampah dapur dan bertanya, “Ngapain kamu, Kir?”

“Lagi lihat jemuran, Bu,” jawabku sambil menatap keluar dari jendela dapur.

Bu Susi kemudian berjalan kembali ke ruang tamu untuk bergabung dengan ibu-ibu lainnya.

“Masih bangun, Kir?” tanya Bu Farhan sambil melanjutkan aktivitas mencuci piringnya.
“udah engga bu hehehe.” Sahutku yang tak lagi menutupi dengan piring sambil nyengir.

“maap lagi bu, mau lewat.” Sambungku

“lewat aja.”

Aku pun lewat kali ini posisi miring badanku berubah, jadi kedua p****t kami yang bergesekan .

“ko lewat nya gak kaya tadi kir.” Sapa bu farhan setelah aku lewat sambil tersenyum kecil.

“takut bangun lagi bu hehe.” Aku menimpalinya sambil melihat ke arah belakang.

“kalo bangun ya tinggal tidurin lagi kir.” Celetuk bu farhan.

Aku tak membalasnya hanya tersenyum dan pamit untuk kedepan.

Segera aku ambil nasi di magicom deket meja makan, dimana posisinya bersebelahan dengan ruang tamu rumahku. Setelah itu aku putuskan untuk makan dikamar.

Sorenya saat mandi, aku sempet onani dulu membayangkan bu farhan.

……

Malamnya saat aku turun kebawah, aku mendengar suara ibuku mengobrol dengan seseorang. Saat ku lihat ke ruang tamu, aku melihat ia ngobrol dengan bu farhan.

Mereka mengobrol sambil tertawa dan masih dengan membungkus nasi untuk acara arisan besok.

Aku seketika beradu pandang dengan bu farhan, ia melempar senyum kearahku. Aku pun juga melempar senyum.

“Ko bu farhan berdua doang ya sama mamah.” Batinku dalam hati.

Segera aku ke dapur untuk mengambil piring karena belom makan malam.

(Oiya ayahku seorang abk kapal jadi pulang bisa beberapa bulan sekali.)

Saat sudah mengambil piring dan berjalan ke arah depan, lagi dan lagi bu farhan datang ke dapur.

“mau makan kir?” tanya dia yang memegang pisau dan plastik hitam.

“iya bu.” Balas aku nyengir.

“misi dulu kir, ibu mau buang sampah.” Ucap dia kembali.

Aku segera memiringkan badan.

Waktu ia lewat entah sengaja atau tidak, pa dia terasa sekali dipunggungku. Bu farhan yang malam itu memakai daster panjang berwarna coklat berbunga bunga.

Aku memandang kearahnya saat dia sudah lewat dan dia berkata, “kenapa kir?”

“eh anu bu ka..ga.” aku menjawab gelagapan.

“ohh kirain bangun lagi.” Celetuk dia yang sudah membuang sampah dan berjalan di belakang ku.

Entah reflek atau emang karen nafsu, “kalo bangun lagi gimana bu?” timpalku yang masih terpaku kearahnya.

Dia yang dibelakangku mendorongku pelan, “udah ah kir ngaco kamu. Buru jalan.” Ia berkata sambil tersenyum kecil.

Aku pun berjalan dan menganbil makan. Aku memilih makan di meja makan sambil memikirkan senyuman bu farhan.

“apa dia juga pengen ya? Masa iya? Tapi kenapa tadi dia kenain toketnya ke gue? Kan bisa aja dia miring ke arah sono.” Lamunanku saat makan.

“keknya dia juga ga pake bh? Apa sengaja gak pake ya?” lanjut pikirku.

Selesai makan aku sengaja ke ruang tamu untuk bisa mastiin apakah bu farhan pake bh apa kaga.

“mak.” Ucapku yang duduk disamping ibuku.

“ha?” balas ibuku.

“bapa pulang kapan mak?”lanjutku yang meliruk ke arah pa bu farhan.

Bu farhan asik dengan membungkus beberapa nasi kedalam sterofoam.

“bulan depan katanya, kenapa?” lanjut ibuku yang juga lagi sibuk motong timun.

“nanya aja mak.” Ucapku.

Aku masih disitu dan memperhatikan daster bu farhan yang ada tonjolan.

Bener dugaanku ia tak pake bh.

Dia pun memergokiku yang lagi liat ke arah dadanya, dia tersenyum tipis menundukkan kepala.

“kenapa senyum sendiri toh bu?” tanya ibuku yang disampingku ke bu farhan.

“eh engga bu, lagi mikirin mas ucup aja.” Balas dia (mas ucup adalah suaminya.)

“kenapa toh ucup bu?” sambung ibuku yang emang doyan ngobrol sekaligus kepo.

“dia malam ini pulang jam berapa gitu bu, soalnya dia sama farhan lagi dirumah budehnya farhan.” Cetus ungkapan bu farhan.

Aku hanya diam melihat ibuku ngobrol.

“oalah siapa tau farhan ketiduran toh dirumah budehnya.” Balas ibuku.

Aku melirik kearah jam dinding masih pukul 8 malam.

“bisa jadi sih bu.” Seru bu farhan

“kalo emang bu farhan capek, biar aku aja toh yang terusin bungkus nasinya.” Celetuk mamaku.

“engga ko bu, telor juga belom dipotong2.” Ujar bu farhan.

Tiba tiba ibuku berkata kepadaku, “kir jadi anak bantu cuci piring kek. Jangan makan tidur makan tidur doang.”

“iya mak.” Jawabku singkat yang segera berdiri.

“beh banyak banget lagi.” Batinku ketika melihat tumpukan piring.

Aku kekamar dulu mengambil sebatang roko lalu membakarnya dan ke dapur lagi.

Kubuka pintu belakang sambil duduk dikursi sebat sebelum nyuci piring.

……

Setelah sudah sebat, aku mencuci piring. Baru juga beberapa piring yang ku cuci. Bu farhan muncul “sini kir ibu bantu.” Dia berkata disamping ku.

“biar tongkir aja bu, kasian mama sendiri di depan.” Balasku.

Aku melihat bu farhan yang mencuci piring dengan agak membungkukkan badannya. Dimana dari arah samping tonjolan atas toketnya bisa aku lihat.

“ibu mu lagi keluar kerumah bu siti ngurusin buat besok.” Tutur dia yang makin membungkuk dan memundurkan badannya ke arah tembok sehingga menutup seluruh jalan dapur yang sempit.

Aku diam saja menikmati gundukan t***t bu farhan sambil tetap mencuci piring dengan pelan.

Saat dia menengok kearahku, aku kepergok lagi memandang dia.

“liatin apa sih kir, dari tadi kamu liatin d**a ibu mulu pas di depan juga. Kan udah kendor kir.” Ucap dia yang berdiri biasa

Aku tiba tiba salim kedia sambil berucap, “maap bu maap gak sengaja.”

Aku yang sangat dekat dengan u farhan jaraknya tak kuasa untuk memandang matanya.

“masa sama ibu ibu nafsu kir.” Balas dia yang lanjut mencuci piring.

Aku terdiam dan mencuci tangan berniat untuk keluar dari situasi itu. Tapi penisku ereksi tegang melihat gundukan t***t bu farhan tadi.

“misi bu, tongkir mau ke kamar aja.”

“yakin? Itu kamu tegang apa gak sakit? Apa kamu mau onani ya kir dikamar. Hayoo ngaku.” Celoteh bu farhan yang memandang ku sambil nyengir.

Mungkin ia bisa melihat wajahku yang merah karena dia meledekku.

“emm iya bu mau onani hehehe kaga deng becanda.” Tuturku yang berusaha tenang.

Tiba tiba dia berkata, “mau ibu bantuin gak?” sia berbisik persis di depan wajahku.

Aku diam saja dan memeluk bu farhan sambil meremas kedua pantatnya.

“aku ga kuat bu sumpah maap yak.” Sambjk berbisik ke telinga bu farhan.

Dia melepaskan pelukanku dan berjalan menurup pintu belakang.

Lalu dia mendekatiku lagi “kalo mama kamu dateng gimana?” iya berkata sambil mengelus penisku dari luar boxer.

Dengan akal yang dibantu setan aku menjawab “tutup aja pintu pagernya bu biar mama dateng bisa ketawan bunyi pager.” Sahur ku hang merenas buah d**a bu farhan dengan tangan kiri dan tangan kanan meremas pantatnya.

“kamu dong yang tutup masa ibu.” Bisik dia lalu mencium pipiku.

Walau sedang bernafsu, aku memang selalu menempuh jalan aman. Dan segera kedepan untuk menutup pagar rapat.

Saat sudah aman, aku menghampiri bu farhan didapur. Kami beradu pandang lalu aku memeluk bu farhan meremas pantatnya dengan kedua tangan. “demen banget sama p****t ibu kamu ya.” Dia juga mengelus penisku yang sudah menegang kembali dan mencium leherku.

Dengan posisi seperti memeluk, aku melepaskan cd bu farhan cukup cepat dan mengelus va bu farhan dengan jemari tangan kiriku sedangkan tangan kanan ku masuk kedalam daster bu farhan dari atas memilin pg kanan bu farhan.

“achhh achhh leeepass ajaaaa kirrrr dasterrrnyaaa.” Ia meracau ditelingaku.. tangan dia juga meloloskan boxer dan cdku dan dikocok dengan pelan penisku yang sekitar 14 cm.

Aku mengikuti arahannya melepaskan dasternya seketika badan bu farhan terpampang jelas didepanku.

“kenapa kir.” Suaranya pelan.

“bagus bu badannya.” Timpalku menyahuti.

Aku mengemut pg bagian kiri bu farhan dan bergantian ke pg sebelah kanan. Tanganku tak tinggal diam, aku memasukkan beberapa jemariku didalam vaginanya.

Bu farhan yang wajahnya berasa dileherku nafasnya berat terasa sekali dileher sebelah kananku. Tangannya masih mengocok penisku dan memainkan bijinya juga.

“ahhhh ahhhhh.” Desis bu farhan ketika kedua jariku mengocok vaginanya.

Cukup lama foreplay yang kami lakukan.

“isep buuuu.” Pintaku melepaskan bibirku dari putingnya.

Segera ia mengambil posisi berlutut dan memasukkan penisku ke mulut nya.

Dia melakukan cukup terampil kedua tangannya menggenggam penisku sambil mulutnya menyedot penisku.

Saat sedang asikk, tiba tiba.

“kreakkkkkk.” Engsel pager kebuka.

Bu farhan lalu berdiri mengambil daster dan cdnya.

Aku yang panik memakai boxer dan cdku sembari setengah berlari ke lantai atas.

……

Didalam kamar kamu aku masih dengan posisi ngaceng dan deg degan jantungku duduk ditepi ranjang. Aku takut aksiku ketawan. “anjirrr.”keluhku dalam hati.

Aku main hape coba santai dan dengan perlahan penisku tertidur.

Langsung aku turun kebawah untuk melihat keadaan.

Tampak bu farhan yang sudah gaada.

Aku mengambil minuman di kulkas dan ibuku keluar dari kamar.

“besok arisan jam berapa emang mak?” tanyaku yang melihat ibuku memasukan sisa nasi kuning kedalam kudung makanan dimeja makan.

“sore.” Jawabnya singkat dan berjalan kearah depan lagi.

Aku bertanya hanya ingin melihat respon ibuku saja. Apakah ada keanehan atau tidak.

Malam itu aku ga bisa tidur membayangkan kejadian tadi sekaligus berharap rejeki tadi dapat terulang kembali.

Dengan nafsu yang menyelimuti dadaku. Aku pun kembali onani di malam itu.

……

Tenang cerita ini tak berhenti sampai disitu saja.

6 hari kemudian, aku yang mau makan di lantai bawah. Melihat ibuku yang tak ada dilantai bawah. Aku coba mencari ibunda dan ternyata ibu ada diteras yang lagi melayani beberapa orang. Yap ibuku tiba tiba saja berjualan nasi kuning saat pagi hari.

Tak mau banyak bertanya, aku segera makan dan ketika ibu masuk ke dalam rumah baru aku bertanya. “jualan nasi kuning dari jam berapa mak.”

“jam 6. Buru cari kerja kir jangan diem bae.” Ucapnya yang melewatiku di meja makan ke arah dapur.

Tak ku gubris, aku milih lanjut makan saja.

……

Hari demi hari aku lewati sambil mengapply lamaran kerja.

Dan di suatu pagi yang cerah, aku mendapat email untuk interview besok. Segera ku pelajari latar belakang perusahan itu dan lain lain.

Alhasil, esoknya aku diterima dong.

“mak, tongkir diterima kerja.” Kala aku sampe rumah dan salim ke ibuku.

“alhamdulillah ya kir. Akhirnya doa emak di jabah.” Ucap ibuku yang duduk santai dibangku panjang teras sore hari.

Aku segera masuk kedalam rumah.

…..

Beberapa minggu sudah aku mulai bekerja kembali.

Suatu pagi aku yang ingin berangkat kerja dengan berpakaian rapih menuruni anak tangga melihat seseorang dari samping sedang menggosok pakaian dibawah. Tiba tiba ibuku muncul dari dapur, “kir mau berangkat ya? Anterin mama kepasar sekalian ya.”

Seketika orang itu menengok ke arahku, “bu farhan.”

Aku sedikit kaget.

“iya mak.” Balasku.

“bu nitip rumah bentar yak, mau belanja dulu.” Tutur ibuku ke bu farhan.

Melihat bu farhan aku jadi ingat kejadjan dulu yang belom tuntas.

“iya bu.” Balas bu farhan yang enggan melirik kearahku.

……

Diperjalanan mengantar ibuku, aku memikirkan bu farhan. “kenapa ia seperti canggung denganku? Apa aku harus bolos kerja buat emm?”

Jarak rumahku kepasar adalah 20 menit karena memang jauh, tapi searah ko sama kantorku.

Waktu ibu turun dipasar.

Sambil membayangkan tubuh bu farhan, aku udah tegang.

Dengan buru buru aku kembali kerumah.

Motor aku taro pos yang deket rumah, terus aku jalan kerumah.

……

“kenapa balik lagi kir?” tanya bu farhan.

Aku yang berdiri beberapa meter dari dia sedang menggosok pakaian, “ada yang ketinggalan bu.”

Setelah itu dia menundukkan kepalanya dan lanjut gosok.

Dicuekinnya aku.

Jiwa nekat menghinggap di hatiku, kubuka retsleting celana dan kuturunkan celana serta boxer yang menempel ditubuhku.

“eh..eh mau ngapain?” timpal bu farhan kaget.

Terakhir ku buka cd ku, “jujur bu, aku bayangin tubuh ibu aja p***s ku tegang.” Celoteh ku berdiri didepan dia.

Bu farhan membisu hanya menutupi dirinya dengan kedua tangan.

Segera ku peluk bu farhan, bibirku memburu lehernya, bibirnya. Tangan ku tak kalah aktif menggerayangi badan bu farhan.

Ia menggelinjang dan mendesah, “ahhhhh… ahhhhh kir ibu juga bayanggggin kamuuuu juga.”

Tanganku membuka pakaian serta bra yang melekat ditubuhnya, lalu ku hisap p****g bu farhan bergantian.

Ia tersenyum, “lakukannnn apapun kir ibuuu jugaa pengennnn.”

Suara dia membuatku makin bernafsu, tangan kananku ku masukkan ke celananya mengusap vaginanya yang sudah basah. Ku rebahkan dia dilantai.

Aku yang tak sabar membuka celana serta melempar cdnya ke lantai.

Langsung kearahkan penisku yang sudah tegang ke arah v****a bu farhan yang tiduran dilantai. Tapi aku mencoba mencari celanaku, untuk mengambil kondom yang selalu aku stock entah satu atau dua di dompet.

Ia yang mengangkang pun sejenak duduk, “nyari apa kir?”

“kondom bu.” Setelah aku mendapatkan dari dompetku, baru ingin aku buka.

“gausah pake kondom ya kir.” Ucap dia tersenyum binal.

“tongkir suka ga nahan diri, takut tiba tiba keluar didalam.” Balasku yang sudah membuka bungkus kondom itu.

Sambil tiduran di lantai, “gapapa kir, keluarin aja didalam.” Senyumnya nakal sekali.

“tapi bu.” Baru saja aku berucap

“ibu pake kb ko, dia memegang p***s ku dan mengocok pelan sambil diarahin kevaginanya.”

Bagiku sendiri ini pengalaman baru, karena belom pernah bercinta ga pake kondom. Dulu dengan mantan pacarku saja selalu pake kondom.

Dengan cepat ku masukkan sedikit demi sedikir penisku kedalam v****a, rasanya seperti terhisap lumpur hidup.“aahhh bu ini enak banget.”

Ia juga mendesah, “emmm ah kir, goyang pelaaaan pelaaan ajaaaa.”

Aku memaju mundurkan penisku didalam, dan membungkuk memegang t***t bu farhan. Ia meracau, “uhhhhh ahhhhh beraaaaasaaa kir emm ahh.”

Wajah kami sangat dekat, kucium bibir dia dengan lembut banget.

Ia melingkarkan tangannya di pinggangku.

Jepitan v****a bu farhan berasa banget di penisku.

“buuuu achhh enak.” Dengus ku yang asik memompa dia.

Dia hanya merem sambil menggigit bibir bawahnya, wajahnya sungguh binal sekalii.

“gantiannnn.” Ucap dia sambil menahan dadaku dengan tangannya.

Ku lepas penisku.

Ia menyuruhku tiduran, dan dia menaiki tubuhku lalu mengarahkan penisku masuk kedalam vaginanya.

“kalo kamu mau keluar, keluarin aja ya kir.”

Setelah itu ia menggoyangkan pantatnya.

Bunyinya cukup keras, “plokkk plokkkkk plokk.”

Setiap dia bergoyang.

Yang lebih hebatnya lagi kedua tangan dia memilin pg ku, yang entah kenapa pg ku mengeras

Tanganku berusaha memegang toketnya.

“uhhhhh kirrrrr iniii hebattttt, pakkk ucuppp biasanyaaa cepeeet keluarrrrr.” Racau dia sedikit berteriak.

“ohhhhhh uhhhh aduhhhh.” Teriak dia kembali.

Aku yang serasa ingin keluar juga sedikittt berteriakkk, “buuuu akuuuu mauu.”

Sperma ku muncrat didalam tubuh bu farhannn.

Setelah keluar, ia merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Penisku masih didalam.

“emmm kontolll kamuuu enakk kirrr, ibuuu puasss.” Ujar dia yang wajahnya didadaku.

“tongkiirrr juga baruuu pertamaaa bu ga pake kondommmm..” balasku.

Ia kemudian bangkit ketika penisku sudah mulai kendur, bu farhan masuk kekamar mandi.

Aku yang melihat jam, segera buru buru memakai pakaiannnn.

Dia keluar dari kamar mandiii “v****a ibuu masihhh nyut nyutan kir.”

Dengan paniknya aku, “kenapa bu maap bu.”

“justruuu karenaa ini kamuu yanggg hebat.” Senyum dia meremas penisku yang sudah terbungkusss boxer.

Aku melanjutkan berpakaian dan berangkat kerja.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page