MENJADI TUMBAL PESUGIHAN

Tumbal Pesugihan Ping… Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponsel salah satu gadis cantik yang kini duduk di kelas 2 Sma di salah satu sekolah di bandung. Gadis itu sedang rebahan di atas Kasur kontrakan yang berukuran single dengan ruangan bernuasa pink hello kitty yang merupakan kesukaanya. Serta berapa boneka hello kitty menghiasi atas ranjang tersebut.
Gadis cantik dengan rambut panjang sepinggang itu bernama Narnia. Narnia mengambil ponsel di samping tubuhnya, untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan untuknya.
Tombol kunci di layar ponsel di buka dan ia menekan tombil hijau whatsapp untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya.
Pesan yang masuk, merupakan pesan dari ibu sambungnya yang meminta Narnia untuk tinggal di Jakarta dan menetap bersama dengannya.
Narnia agak ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan sang ibu sambung. karena ia masih betah tinggal di bandung. Di salah satu kontrakkan sederhana yang dekat sekolah dan selain itu, ia tidak enak sama keluarga baru ibunya yang sudah mempunyai anak dan suami. Sekarang posisinya adalah, ia adalah orang luar dan tidak berhubungan apapun dengan mereka.
“Haruskah aku tinggal bersama mereka?” batin Narnia.
Keraguan menyusup di hati Narnia, ia menolak secara halus tawaran ibu sambungnya. Karena tidak enak hati dan takut-takut seperti cerita di sinetron yang keberadaannya tidak di anggap sama sekali dan di siksa oleh pihak keluarga ibu sambungnya.
Sang ibu sambung yag melihat pesan Lala langsung mendengus kesal, ia tidak terima atas kegagalan ini dan niat jahatnya masih tetap tidak berubah sama sekali.
“Kurang ajar,” gumam ibu sambung.
Sang ibu sambung tidak menyerah begitu saja, ia kembali membujuk Narnia dengan iming-iming kuliah di Jakarta karena permintaan terakhir ayah Narnia. Pesan selanjutnya membuat Narnia bimbang.
Benarkah, ayahnya menginginkan ia kuliah setelah selesai kuliah. Banyak pertanyaan di hati Narnia. Di sertai dengan keraguan dan kecurigaan terhadap ibu sambungnya.
Ping…
Pesan whatsapp masuk ke sekian kalinya, dengan isi semua biaya kuliah sudah di persiapkan jauh-jauh hari oleh sang Ayah. Sehingga Narnia tidak perlu cemas dengan segala pengeluaran dan biaya bulanan.
Narnia masih bimbang untuk membalas pesan tersebut, sehingga ia meminta waktu untuk berpikir lagi.
Melihat jawaban Narnia yang masih ada keraguan, Lala berdecak kesal.
“Keras kepala sekali anak ini.”
“Biarkan dia berpikir dulu,” saran Herman.
“Di biarkan sampai kapan, bisa-bisanya kita kehilanga tumbal persugihan selanjutnya!” ucap Lala mengingatkan.
Herman memangut-mangutkan kepala.
“Waktu kita tidak banyak lagi, tumbal ini sudah tidak berguna lagi!” ucap Lala yang masih sibuk mengingatkan Herman atas tujuan persugihan makanan yang mereka kelola yang mulai menyusut banyak.
“AKu tau, coba kau minta dia liburan sehari atau dua hari di sini! Untuk menarik perhatiannya, dengan mengajak ia keliling Jakarta dan ke sekolah Ardi dan Adam. Siapa tau dia berminat pindah sekolah.” Jelas Herman dengan usulnya kali ini.
Lala yang mendengar usul Herman, langsung setuju dengan ide tersebut. Berhubungan sabtu tanggal merah dan senin masih tanggal merah. Maka Lala langsung mengirimkan pesan kepada Narnia untuk membujuknya ke Jakarta dengan memfasilitaskan apa yang di inginkan Narnia dengan alasan ia sudah kangen.
Sekaligus mengajak Narnia untuk berziarah ke makan orang tua Narnia. Bagaimanapun ia adalah ibu sambungnya. Masih ada kewajiban mengingatkan Narnia.
Narnia menghela nafas panjang, ia lupa bagian ini dan akhirnya ia setuju dengan apa yang di tawarkan oleh ibu sambungnya. Bahwa ia akan pergi ke Jakarta pada hari jumat siang.
Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, mereka tertawa terbahak-bahak, rencana mereka akhirnya berhasil menarik simpati Narnia.
“Dengan begitu, sebelum tumbal persugihan dari wanita yang d kencani oleh Adam tidak berguna lagi. Kita harus secepatnya mejadikan Narnia sebagai peganti wanita persugihan yang lama!” ujar Lala yang di anggukkan oleh Herman.
“Dengan begitu, kita tidak akan mati kelaparan dan di pandang rendah orang lain!” balas Herman yang yakin dengan keputusan yang mereka berdua ambil kali ini.
Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, hal ini hanya di ketahui oleh mereka bertiga tanpa melibatkan Ardi.
Adam yang sibuk dengan para wanita yang ia kuras lendirnya, selalu mendapatkan apa yang di inginkan dan sekaligus menjadi artis pendatang baru di dunia interment. Tujuan Adam tak lain hanya menjual tampang dan meniduri para wanita yang masih bersih untuk mendapatkan kenikmatan. Sekaligus lendir untuk persugihan yang akan di gunakan untuk membuat kuah bakso yang di jual oleh ayah dan ibu tirinya.
Dengan begitu, penghasilan yang ia dapat berlipat-lipat untuk memenuhi gaya hidup mewahnya di Jakarta dan sekaligus menjadi orang berstatus.
“Apa!?” ucap Adam terkaget dengan perkataan ibu tirinya, bahwa ada saudara lain yang akan menginap berapa hari di kediaman mereka. Sehingga Adam di minta keluar dari rumah sebelum waktu di tetapkannya persugihan untuk menguras lendir Narnia.
“Ini semua demi keselamatan kita bersama-sama dank au juga yang akan mendapatkan malam pertama Narnia. Aku rasa ini penukaran yang setimpal, bukan?” balas Lala yang berusaha membujuk Adam.
“Kau bisa menyentuhnya setiap kali yang kau mau, untuk sementara mengalah dulu! Keandaan kita seperti ini sungguh mencemaskan dan para wanita yang lendirnya yang sudah di kuras olehmu, banyak yang tidak bermanfaat sama sekali. Sehingga penjualan kita banyak surut,” timpal Herman yang membela Lala.
Adam terdiam dan berpikir, apa yang di katakan oleh ayahnya. Karena ia juga sering main ke tempat usaha ayahnya dan hari demi hari semakin sepi. Tidak seramai dahulu, sehingga apa yang di katakan oleh ayahnya masih masuk akal. Semua demi keselamatan bersama-sama dan ia hanya perlu bersabar berapa hari.
“Baiklah, aku akan mencari wanita lain untuk di kuras lendirnya dulu! Demi ke langsungan usaha kalian. Jika sampai kalian bangkrut, maka aku juga akan kena dampak susahnya. Aku tidak mau hidup melarat sama sekali dengan usaha yang bangkrut,” ujar Adam yang setuju dengan memberikan kamarnya kepada Ardi dan Ardi memberikan kamarnya kepada Narnia. Yang akan di gunakan oleh Narnia berapa hari selama di Jakarta.
Awalnya Ardi tidak setuju, walau ia tidak terlibat dalam persugihan makanan yang di lakukan keluarganya. Karena ia tidak suka kamarnya di berikan kepada orang lain dan akan menyusahkannya untuk pulang malam secara diam-diam.
“Ardi, ini demi keselamatan kita! Kamu pasti tidak mau kan hidup di kolong jembatan dan selalu di hina orang,” ujar Herman yang membujuk Ardi yang masih keras kepala saat ini.
Ardi mendengus kesal.
“Berapa lama?” tanya Ardi.
Ketiganya saling melihat satu sama lain.
“Mungkin berapa hari atau berapa tahun, sampai ia tidak bisa di gunakan lagi untuk persugihan ini,” jelas Herman.
Wajah Ardi menghitam.
“Aku saja ikhlas dengan menyerahkan kamarku yang mewah kepadamu! Kenapa kau tidak ikhlas dengan menyerahkan kamarmu untuk Narnia. Padahal kamarmu itu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan punyaku,” cibir Adam secara sinis.
Ardi menoleh ke arah Adam dan melototinnya dengan tatapan yang tajam.
“Baiklah,” ucap Ardi yang akhirnya mengalah.
Karena bagaimana juga ia merupakan pihak yang mesti selalu mengalah demi semuanya. Di pertahankan juga tiada gunanya. Pasti ujung-ujungnya di minta mengalah oleh ketiga orang yang terkibat persugihan dengan dukun bernama Joko.
Wajah ketiganya berseri-seri, Adam memilih mengemas barang-barangnya untuk pindah ke apertemen mewah yang ia beli dari hasil menguras lendir para wanita yang ia jebol tiap malam. Sedangkan Ardi mengemas barangnya untuk pindah ke kamar Adam yang kini kosong omplong. Hanya sisa peralatan di dalam.
“Ck ck ck ck… kenapa aku harus selalu memakai kamar bekasmu?” cibir Ardi dengan nada tidak sukanya kepada Adam yang di nilai lebih baik darinya dan selalu di bela oleh orang tuanya secara mati-matian.
Seolah-olah dirinya ini tidak ada harganya sama sekali di mata kedua orang tuanya yang selalu membanggakan Adam.
“Lihat saja, suatu saat aku akan melebihmu!” ucap Ardi yang melemparkan semua bajunya tanpa di susun ke dalam lemari pakaian.
Sedangkan Herman dan Lala, bergegas mengubah kamar Ardi menjadi kamar anak gadis yang akan di tempati oleh Narnia besok siang. Segala sprai di ganti dengan yang baru dan lantai di gepel hingga bersih.
Termasuk dinding di tempelin stiker pink dan di hiasi oleh Hello kitty. Berapa boneka sengaja di beli dan peralatan mandi untuk wanita juga di persiapkan oleh keduanya untuk menarik perhatian Narnia yang akan menghuni kamar tersebut. Tidak lupa, model lampu kamar langsung di ganti menjadi lampu gantung untuk memperindah suasana kamar.
“Semuanya sudah beres,” ucap Herman menyekat keringatnya.
“Semoga dia suka dengan dekor kamar ini,” balas Lala yang menghela nafas panjang karena kelelahan.
Sebenarnya, bisa saja mereka meminta pelayan melakukannya. Tapi keduanya tidak ingin pelayan curiga sama sekali. Bahwa kamar Ardi ada salah satu jendela yang bisa di masuki dari luar dengan cara khusus. Sehingga akan menyusahkan mereka berdua pada akhirnya.
Jumat pagi, Narnia masih di sekolah. Ia mengikuti berapa pelajaran sampai siang hari. Jam menunjukkan jam 1 siang, ia pun bergegas mandi dan memilih baju kadar apanya untuk di bawa ke Jakarta.
Lala yang tidak sabaran, berapa kali mengirimkan Narnia pesan untuk memastikan Narnia benar-benar akan datang atau tidak. Karena ia tidak ingin usahanya gagal total.
“Jadi kok, Bu!” balas Narnia yang kini berjalan memasuki dalam pesawat di bandung menuju ke Jakarta.
“Hati-hati di jalan, ibu sudah di bandara menunggu kedatangamu!” balas Lala dengan suara super bahagianya.
“Iya,” balas Narnia yang mengakhiri pembicaraan. Ketika ia akan memasukkan kopernya ke atas bagasi di atas kepalanya.
Karena Narnia agak pendek, sehingga susah untuk mencapai bagasi tersebut. Seorang pria dengan wajah masam dan menggunakan kacamata. Langsung membantu Narnia memasukkan koper tersebut dan di balik kacamatanya, ia sempat melirik kedua dada Narnia yang dapat terlihat dari balik kaos yang kerahnya berpotongan lebar.
Seketika, bagian bawahnya terasa mengeras untuk memasuki liang Narnia yang berterima kasih padanya tanpa menyadari apa yang ia rasakan saat ini.
“Sama-sama,” balas pria itu dengan suara dinginnya dan berjalan ke arah belakang.
“Ck, cakep-cakep tapi judes!” batin Narnia yang langsung duduk di kursi dekat jendela sambil melihat majalah di depannya.
30 menit kemudian, pesawat mendarat di bandara internasional Sukarno-Hatta. Lala yang berdiri di bagian kedatangan. Berapa kali melihat setiap penumpang pesawat yang keluar dari pintu.
Hatinya benar-benar tidak tenang, sebelum ia memastikan Lala sudah sampai ke Jakarta. Bukan karena mencemaskan keselamatan Lala, melainkan mencemaskan bisnis persugihan yang ia kelola bersama Herman yang kini menumbalkan Narnia dalam tumbal selanjutnya. Setelah para wanita terdahulu sudah tidak berguna lagi.
Narnia berjalan keluar dan ia melihat ibu sambungnya berdiri dengan perasaan geli. Ia langsung menghampirinya dan memeluknya.
“Ibu,” panggil Narnia dengan suara manjanya.
“Syukurlah, akhirnya ibu bisa tenang!” ucap Lala dengan nada cemas yang di buat-buat untuk menghindari kecurigaan Narnia.
“Apa aku bilang, Narnia pasti keluar. Kamu saja yang terlalu cemas berlebih-lebihan,” timpal Herman yang juga bermain sandiwara sebagai ayah tiri yang baik untuk anak sambungnya dari istri kedua.
Narnia tersenyum lembut menatapi Herman dan kemudian menatapi ke arah wajah ibu sambungnya yang memakai riasan make up tebal.
“Mau makan dulu atau langsung pulang?” tawar Herman kepada Narnia yang saat ini bermanja-manja dengan Lala.
“Lebih baik makan dulu! Ibu yakin, kamu pasti belum makan sama sekali?” timpal Lala dengan acting yang masih di buat-buat olehnya.
Narnia menganggukkan kepala, ia setuju untuk makan bersama dengan ibu sambung dan ayah tirinya.
Ketiganya berjalan memasuki pakiran mobil, Herman membawa keduanya ke mall grand city untuk mencari makanan. Karena di dalam mall tersebut banyak kafe dengan segala jenis makanan yang ada. Sehingga memudahkan Narnia untuk memilih apa yang mau di makan. Sepanjang perjalanan, Narnia melihat sekelilingnya dan tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang sedang memegang ice cream.
“Maaf aku tidak sengaja,”ucap Narnia lirih.
Pria itu tersenyum melihat siapa yang menabraknya dan juga merupakan target untuk di kuras lendirnya.
“Tidak apa-apa, aku yang salah! Jakan tidak lihat-lihat,” alasan Adam. Karena sejak awal, ia sudah ingin melihat seperti apa tampang Narnia. Sehingga tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Adam mengikuti mereka dari belakang dan hasilnya tidak mengecewakan sama sekali. Pantas saja, dukun Joko mengatakan Narnia memang cocok untuk ikut persugihan ini dan bakal laris manis.
Narnia masih meminta maaf dan mengeluarkan tisu untuk membantu Adam membersihkan noda ice cream coklat di kemeja putihnya.
“Lo Adam, kamu di sini?” tanya Herman yang kaget sekaligus curiga.
“Iya, aku kan tinggal dekat sini!” alasan Adam.
Narnia melihat ke arah Herman dan ke arah Adam secara bergantian.
“Nar, kenalin. Ini Adam, anak ayah dengan istri pertama!” ucap Herman yang memperkenalkan Adam kepada Narnia.
“Salam kenar, jadi kamu yang namanya Narnia? Cantic seperti cerita ibu dan senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa jadi teman yang baik!” ucap Adam yang mengulurkan tanganya kepada Narnia.
Wajah Narnia memerah dengan tersipu malu menerima uluran tangan Adam yang sungguh kebetulan menjadi saudara tirinya.
“Senang berkenalan dengan mu! Namaku Narnia,” ucap Narnia dengan suara halus dan Adam sempat mengelus telapak tanga Narnia sewaktu mereka bersalaman.
“Aku permisi dulu! Aku ada jadwal syuting di dekat sini,” alasan Adam yang pamit kepada Herman dan Narnia. Untuk menghindari kecurigaan Herman.
“Hati-hati di jalan, jangan seperti tadi!” nasehat Herman.
“Iya,” balas Adam yang melambaikan tangannya, lalu langsung berjalan kea rah lain.
Sedangkan Narnia memandangi sosok Adam yang sudah berjalan jauh dengan wajah tersipu malu.
“Nanti malam, ia ikut kita makan malam! Aku harap kamu tidak keberatan, anak itu hidup di luar dan tinggal sendirian demi mengejar cita-cita menjadi artis. Oh ya, aku harap jangan di masukkan ke dalam hati atas sikapnya yang menabrak kamu barusan,” jelas Herman yang mewakili Adam untuk minta maaf.
Herman tidak tau, apakah Adam sengaja mengikuti mereka dari belakang atau karena memang ada syuting di lokasi ini. Yang pasti, Herman merasa kejangalan saja dengan sikap Adam yang seperti mengejar target yang tidak biasanya.
“Tidak apa, aku yang salah! Telah mengotori bajunya,” balas Narnia yang tersipu malu.
Lala yang meyusul keduanya, melihat wajah Narnia memerah dengan tersipu malu. Mulai mengoda Narnia dan hasilnya di luar perkiraan Lala. Bahwa Narnia jatuh cinta pada Adam di pandangan pertama.
Perkataan Narnia membuat Lala terkejut, antara senang dan iri mulai menghiasi hatinya.
Senang karena usahanya untuk membuat Narnia untuk tinggal bersama dengan mereka akan menjadi kenyataan. Sedihnya, ia mendapatkan saingan cinta yang merupakan anaknya sendiri.
Sedangkan Herman tidak mau tau, asal menguntungkan untuk bisnisnya. Ia tidak perduli dengan persaingan cinta para wanita untuk mendapatkan cinta Adam.
Herman tersenyum puas dan bangga. Tak lama lagi, bisnis usahanya akan kembali seperti dulu lagi.
“Ayo, kita makan dulu!” ucap Lala yang mengajak Narnia untuk makan bersama-sama dan berapa kali mengoda Narnia yang menyukai Adam pada pandangan pertama.
Narnia tidak membantah, ia menudukkan kepalanya dan memakan makanan di hadapanya dengan lahap.
Selesai memakan siang, Lala dan Herman. Mengajak Narnia untuk jalan-jalan mengelilingi Mal Grand City. Berapa barang di beli oleh Narnia dan Herman dengan membayar belanjaan Narnia tanpa protes sama sekali.
Awalnya Narnia merasa tidak nyaman dengan sikap Herman. Tapi melihat Herman bersikap biasa dan bertingkah seperti seorang ayah.
Hati Narnia menjadi luluh, dengan sikap Herman yang memang tidak ada maksud apapun.
“Aku seperti punya seorang anak perempuan!” ucap Herman bahagia dengan di buat-buat.
“Tuhkan, dengar apa kata Herman! Dia saja suka denganmu, karena sejak dulu ia ingin anak perempuan. Tapi tidak pernah di dapatkannya,” ujar Lala yang berpura-pura sedih di hadapan Narnia untuk mendapatkan simpati Narnia untuk Herman.
Narnia melihat Herman dan melihat ke arah ibu sambungnya.
“Kamu boleh panggil aku dengan sebutan Ayah! Aku menganggapmu sebagia anak sendiri, maaf aku agak lancing dengan mu. Seenaknya menganggap mu sebagai anak,” ucap Herman dengan kesenangan yang masih di buat-buatnya.
Semua ini demi persugihan, maka ia akan melakukan apapun untuk menarik simpat Narnia dan bertingkah sebagai seorang ayah yang menginginkan anak perempuan.
“Ayah,” ucap Narnia dengan tersipu malu.
“Horeee…! Aku di panggil dengan sebutan Ayah oleh Narnia. Kamu dengar Lala?” seru Herman dengan kegembiran luar biasa dan memeluk tubuh Lala. Yang menandakan ia sudah berhasil berakting dengan baik dan sisanya, akan di serahkan kepada Lala.
Lala yang mengerti maksud Herman. Mengurai pelukkan Herman dan menarik Narnia untuk ketengah untuk di peluk bersama-sama.
Trik Lala dan Herman berhasil meluluhkan hati Narnia yang semula penuh dengan kecurigaan.
Sesampai di rumah, Lala memperlihatkan kamar yang akan di tempati oleh Narnia.
“Semua ini, Herman yang mendekor isi ruangan kamar! Apa kamu suka?” tanya Lala yang berpura-pura bahagia.
“Ayah yang melakukannya?” ucap Narnia dengan wajah tidak percayanya.
“Iya, dia dari dulu ingin punya anak perempuan tapi tidak pernah dapat! Maka ada satu kamar yang di desain khusus untukmu, jika suatu hari kamu menginap di sini untuk liburan pajang. Tanpa perlu menginap di hotel yang tidak aman,” jelas Lala denga penuh kebohongannya.
Narnia yang berbahagia, langsung masuk ke dalam dengan terkagum-kagum.
“Benaran boleh ku huni!” tanya Narnia sulit percaya dengan semua ini.
“Tentu saja boleh! Kamu istirahat dulu, ibu mau bantu ayahmu mengangkut jualan ke took dulu. Nanti malam, kita makan bersama-sama di luar.”
Narnia melihat ke arah ibu sambungnya.
“Pelayan akan datang pagi dan sore, apa yang mau kamu makan. Minta mereka masakkan untukmu,” ucap Lala yang kembali memeluk Narnia yang sudah dewasa dan tidak sabaran untuk segera memasak lendir Narnia yang akan di gunakan untuk persugihan selanjutnya.
“Terima kasih, Bu!” balas Narnia yang membalas pelukkan ibu sambungnya.
Lala mengurai pelukkannya, karena ia harus segera pergi ke toko.
Saat Lala hendak pergi keluar dari rumah, ia berpapasan dengan Ardi dan mengingatkan Ardi untuk tidak macam-macam pada Narnia. Karena belum waktunya untuk di setubuhi.
Ardi berdecak kesal, ia langsung pergi dengan acuh tak acuh dari hadapan ibunya.
Lala yang cemas, berulan-ulang kali mengingatkan Ardi. Sebelum ia pergi ke took bersama Herman.
“Aku tau, lagian aku juga tidak mau hidup dalam kemiskinan!” balas Ardi kentus.
Lala yang lega, langsung bergegas pergi dari hadapan Ardi.
Ardi melihat kepergian ibunya dengan terburu-buru dan ia langsung masuk ke dalam rumah dan berpapasan dengan Narnia yang berjalan menuruni anak tangga dengan pakaian mengoda imam. Tang top ketat yang membungkus kedua dada yang besar dan menampakkan lekuk tubuh di sertai celana denim yang pendek. Menampakkan kedua paha yang putih.
Ardi menelan saliva dengan kasar, ia tidak menyangka akan ketemu dengan Narnia yang merupakan wanita yang pernah ia lecehkan di bandung dan sialnya. Narnia yang di maksud kedua orang tuanya. Ternyata Narnia yang ini yang sedang di hadapannya.
“Kau?” pekik Narnia histeris.
“Wah!” balas Ardi dengan santainya.
“Kenapa kau di sini?” tanya Narnia bersedekap pinggang.
“Ini rumahku, wajar aku di sini?” balas Ardi yang jalan mendekati Narnia. Hingga posisi keduanya berdekatan dan mata Ardi mengintip kedua gundukkan besar yang menampakkan keindahan yang padat dan berisi di hadapannya.
Plakkk
Sebuah tamparan melayang di wajah tampan Ardi.
“Jangan kurang ajar, pakai acara mengintip segala ke arah kedua dadaku!” ucap Narnia dengan sikap sombongnya yang menantag Ardi
Ardi memegang wajahnya yang mati rasa sebelah dengan senyuman liciknya. Matanya masih menatap kedua gundakan yang berisi yang mengoda untuk di jamah.
“Tak lama lagi akan ku remas sampai puas dan akan ku genjot setiap hari,” batin Ardi. Yang masih menatap wajah songong Narnia di depannya.
“Sepertinya, aku harus memberitau padamu! Apa itu sebuah balasan dari tamparan?” ucap Ardi yang langsung menarik Narnia ke dalam pelukkannya dengan nahan tengkuknya.
“Lepasin, ini pelecehan seksual!” pekik Narnia dengan meronta-ronta.
Ardi langsung menunduk, kemudian mengangkat Narnia dengan meletakkan di salah satu bahunya.
“Lepasin Aku…” pekik Narnia yang merontah-rontah kembali.
Ardi masih menulikan telinganya, ia berjalan menaiki anak tangga dengan memopong Narnia dibahu kirinya.
Kemudian, pintu kamar di buka dan Narnia di lemparkan ke atas ranjang dengan cara kasar.
Merasakan waspada, Narnia memundurkan langkahnya ke belakang.
“Lebih baik ganti pakaianmu! Kita semua akan makan malam,” ucap Ardi yang langsung keluar dari dalam kamarnya yang kini di huni oleh Narnia.
Narnia terbinggung, Ia mengira Ardi akan memperkosanya di dalam kamar. Ternyata Ardi memilih pergi. Setelah melemparkan dirinya ke atas ranjang.
“Benar-benar pria aneh?” gumam Narnia pelan.
Melihat pintu terbanting dengan keras, Narnia menghela nafas panjang.
***
Malam hari, merupakan waktu makan malam bersama-sama di luar.
Adam sengaja menjemput Narnia dengan mobil mewah, Narnia tersipu malu. Saat di paksa masuk ke dalam oleh ibu sambungnya.
“Kesempatan langka, manfaatin dengan baik!” bisik Lala pada anak sambungnya.
Wajah Narnia memerah padam dengan keringat bercucuran.
Sesuai perintah ibu sambungnya, Narnia masuk ke dalam dengan jantung berdebar-debar kencang. Berapa kali ia melirik Adam yang tampan. Sedang memegang kemudi mobil dengan tatapan menatap lulus ke depan.
Tatapan Narnia ke rahang dan jemari Adam. Secara diam-diam mulai berhayal sesat.
Waktu terus berjalan, berapa lampu hijau terlewati.
Narnia binggung, mau bagaimana menjelaskan atau memulai pembicaraan dengan Adam.
Suasana tegang dan canggung menyelimuti keduaya, hingga sampai ke salah satu restoran. Adam seperti pangeran berkuda putih yang membukakan pintu mobil untuk Narnia dan tidak lupa mengulurkan tangannya.
Dengan wajah malu-malu, Narnia menyambut uluran tangan Adam. Di belakang, Ardi yang melihatnya sampai merasa mual setengah mati. Perutnya terasa melilit dan ingin mengeluarkan isi-isinya.
Iri dan dendam kepada Adam, sudah mendarah daging untuk Ardi. Jika bukan karena perintah ayahnya untuk bersabar dalam persugihan ini.
Ardi sudah melakukan pemerkosaan kepada Narnia tadi sore, biar Narnia menjadi wanita bekas dan tidak akan mengejar Adam lagi.
“Jangan melamun,” ucap Herman yang mendorong kepala Ardi.
Dengan gaya malas, Ardi keluar dari dalam mobil dengan wajah kusutnya di ikuti oleh Lala dari belakang,
Sesampai di dalam restoran, Ardi melihat Narnia menatap Adam penuh dengan perasaan cinta dan bahagia.
Ardi mengambil inisiatif untuk duduk di samping Narnia. Untuk sengaja mengerjain Narnia. Ia langsung mengusap paha Narnia dengan lembut. Hingga Narnia hampir saja mendesah keluar dari bibirnya.
Beruntungnya, ia mengubahnya menjadi batuk. Dengan alasan tenggorokannya gatal. Untuk menghindari kecurigaan semua orang yang menatapnya.
“Maaf, aku banyak makan gorengan berapa hari ini. jadi agak sedikit gatal tengorokkannya!” alasan Narnia dengan senyumannya dan langsung menenguk air putih di atas meja.
Di bawah meja, Ardi sudah mengusap tangannya hingga semakin naik dan naik. Narnia mengerutkan keningnya sesaat. Ia merasa bagian bibir intinya di elus oleh jemari Ardi dan berusaha menyusup masuk ke dalam melalui cela pakaian dalamnya yang bereda tipis.
Melihat Narnia tidak ada respon, Ardi sengaja memasukkan satu jarinya ke dalam liang Narnia. Mendiamkannya sesat, sebelum ia bergerak.
Jantung Narnia berdetak kencang dan menelan saliva dengan kasar. Saat merasa jemari di dalam intinya sudah bergerak.
Sambil menahan gairahnya, Narnia memesan makanan dengan cepat dan pamit untuk ke toilet dengan alasan ke banyakkan minum.
Tidak ada yang curiga dengan apa yang di lakukan oleh Narnia, kecuali dengan Adam dan Ardi. Adam tau apa yang di lakukan oleh Ardi kepada Narnia. Ia memilih diam tanpa membantu. Membiarkan Ardi mengerjain Narnia barusan.
Di dalam toilet, Narnia membersihkan cairan yang keluar dalam jumlah banyak di liangnya.
“Benar-benar sial, kenapa harus dia sih yang melakukannya!” batin Narnia mengoceh.
Narnia menutup matanya, sambil membayangkan yang memainkan liangnya adalah jemari Adam. Seketika wajahnya langsung memanas dan liangnya berdenyut kencang.
“Aduh… apa-apain sih, sampai berhayal seperti ini!” gumam Narnia pelan sambil menyentuh liangnya yang berdenyut.
Tidak ingin berlama-lama, Narnia memakai pakaiannya kembali. Ia segera kembali ke tempat duduknya seperti biasa. Bergabung dengan yang lain dan menyantap makanan yang sudah di sajikan.
Ardi tidak melakukan apapun, untuk menghindari kecurigaan orang lain. Ia sibuk makan dengan elegan dengan kedua tanganya yang memegang garpu dan sendok.
Selesai makan, Herman mulai membuka obralan.
“Nar, bagaimana kalua kamu pindah sekolah di sini. Bisa satu sekolah dengan Adam dan Ardi! Setelah itu lanjut ke tempat kuliah yang bergengsi,” ucap Herman dengan sikap lembut yang di buat-buat.
Narnia binggung sesaat.
“Soal tempat tinggal, kamu bisa tinggal bersama kita!” sambung Lala yang mendukung ide Herman.
“Alangkah bagusnya di kota! Kan kita bisa saling bantu dan semoga satu kelas,” timpal Adam yang berusaha mmbujuk Narnia untuk pindah ke sekolah yang sama dengannya.
Narnia melirik Adam sesat dan kemudian melirik Ardi yang melecehkannya barusan.
“Jangan terburu-buru ambil keputusan, pikirkan matang-matang!” ucap Ardi yang seakan memanasin suasana yang awalnya tenang. Kini menjadi tengang.
Mata Lala dan Herman melotot kea rah Ardi dengan tatapan marah. Ardi yang cuek, selesai makan langsung berdiri dari kursi. Ia langsung mendorong Narnia kearah Adam.
“Kursinya jangan jauh-jauh! Aku mau pergi ke rumah Wina dan malam ini aku tidak pulang,” ucap Ardi yang seenaknya.
Narnia dan Adam mulai salah tingkah. Lala dan Herman bernafas lega, karena Ardi sudah pergi. Daripada jadi penganggu niat mereka untuk mendapatkan Narnia yang di jadikan tumbal persugihan bakso.
“Maaf, aku tidak sengaja!” ucap Narnia gagap.
Adam bersikap tersipu malu dengan sikap yang di buat-buat seperti pria malu pada umumnya.
Melihat reaksi Narnia. Lala dan Herman sungguh berharap besar, agar Narnia terpikat dengan pesona Adam. Sehingga akan memudahkan mereka menjalankan ritual dengan cepat.
“Coba minuman ini, rasanya enak lo!” ucap Adam yang menawarkan minuman yang sudah di kasih ilmu jampi-jampi pelet.
Jika usaha kedua orang tuanya gagal, maka salah satu cara yaitu menjampi-jampi Narnia agar terpesona padanya dan tergila-gila.
Tanpa curiga, Narnia meminumnya tanpa menyadari apa di masukkan oleh Adam ke dalm minumnya.
Setelah makan malam, semuanya bergegas pulang. Adam mengantar Narnia kembali ke rumah. Sedangkan dirinya kembali ke apertement.
Di dalam kamar, jantung Narnia berdetak dengan cepat. Perasaannya terhadap Adam semakin mengebu-ngebu tiada henti.
“Adam,” gumam Narnia dengan pelan dengan hayalan semua tentang Adam yang memenuhi pikirannya dengan hayalan erotis yang berhubungan tubuh bagian bawah.
Narnia berusaha tidur, tapi ia tidak bisa tidur sama sekali. Mungkin karena di tempat asing dan tidak terbiasa. Maka Narnia merasa tidak akan bisa tidur cepat. Ia menguling-ngulingkan badannya berapa kali ke kanan dan kiri.
Bayang-bayang Adam menyusup dalam pikirannya semakin lama, semakin membuat jantungnya berdetak dengan kencang.
“Adam,” gumam Narnia yang mulai tertarik pada Adam.
Perlahan-lahan Narnia mulai tertidur. Kedua orang di luar melakukan proses santet kepada Narnia. Agar terpikat dengan Adam yang akan membuat Narnia tergila-gila pada Adam. Yang akan berakhir, keputusan Narnia untuk tinggal di Jakarta bersama mereka. Sekaligus menjadi tumbal persugihan untuk pelaris makanan yang mereka kelola saat ini.
Hasilnya, Narnia yang di bawa pengaruh guna-guna ilmu pelet. Mulai menunjukkan sikap lain sedikit demi seikit saat kembali ke bandung. Tiada angin dan tiada awan. Narnia memutuskan untuk pindah ke Jakarta agar bisa sekolah di tempat Adam berada.
Perubahan sikap Narnia, membuat Herman dan Lala. Senang bukan main. Karena jarak usia Narnia dengan Adam tidak jauh. Maka mereka sekolah di tempat yang sama dan satu kelas. Hanya Adam yang beda kelas dengan mereka, karena Adam terlambat masuk sekolah. Di saat ayahnya dulu super miskin saat ia masih kecil.
“Selamat datang Narnia, ibu sudah mempersiapkan semuanya untukmu!” ucap Lala yang mengandeng tangan Narnia masuk ke dalam rumah. Kemudian menuju kamar yang sudah mengeluarkan aroma melati yang bekas ritual ilmu guna-guna untuk mempelet Narnia.
Pikiran Narnia kadang kosong kadang tidak, membuat Lala semakin ketawa puas. Karena menurut dukun Joko. Hal ini tidak akan berlangsung lama. Setelah ilmu pelet bekerja sepenuhnya. Maka semua akan baik-baik saja.
Berapa bulan kemudian. Narnia yang dalam pengaruh ilmu pelet mulai melupakan berapa hal. Di mana ia bertemu Adam pertama kali dan kenapa ia bisa pindah ke Jakarta. Semua berlangsung dengan Normal. Tanpa Narnia ketahui, malam persugihan sudah akan di mulai saat ini.
Herman dan Lala saling memandang satu sama lain, saat sarapan pagi bersama-sama dengan Narnia dan Ardi.
Ardi berapa kali melirik Narnia yang makan dengan tenang. Senyuman jahatnya mulai terlihat. Ia tidak sabar mencicipi tubuh Narnia yang berisi dan mengoda para kaum pria.
“Aku pergi duluan!” ucap Ardi yang pamit pergi ke sekolah.
Berapa detik kemudian, di susul oleh Narnia yang ikut pamit ke sekolah dengan menggunakan aplikasi gojek. Sebenarnya Narnia sudah di belikan motor atau mobil. Tapi karena ia belum mahir menyetir, Narnia tidak berani menggunakan kedua kendaraan tersebut. Jalanan Jakarta yang macet dan ini itu, membuat Narnia ragu untuk menggunakannya.
Selama di sekolah, Narnia berdebar-debar melihat Adam bersama seorang wanita yang merupakan kekasih Adam. Selain itu, Narnia berapa kali mendapatkan Adam bersetubuh dengan berbagai wanita di salah satu tempat secara diam-diam tanpa ketahuan kekasih Adam.
Sejak itu, pikiran Narnia mulai binal dan sering berhayal. Karena pengaruh ilmu pelet dan sekaligus karena proses dewasa mencari jati diri.
“Adam…”gumam Narnia pelan. Ketika memejamkan matanya, bayang-bayang Adam menghiasi pikiran dan hatinya.
“Aku menginginkan sentuhan, ingin seperti para wanita lain yang di sentuh oleh Adam. Walau hanya menjadi simpanan,” ucap Narnia dengan suara pelan setiap kali melihat kelakuan Adam yang berganti wanita dan melihat para wanita begitu terpuaskan dengan bokong bergerak bersama-sama mengejar kepuasan.
Adam yang tau, dirinya di perhatikan oleh Narnia. Mulai tersenyum puas, ia akan membuat Narnia semakin berhayal erotis dengan bantuan ilmu pelet tersebut. Maka semua akan lancar dan proses persugihan sudah sah.
Waktu terus berjalan, Narnia semakin binal dengan hayalannya yang ia ciptakan sendiri dan membaca novel dewasa dan animasi dewasa. Serta komik dewasa di situs tertentu.
***
malam hari, di salah satu perumahan mewah di depok. salah satu pasutri bernama Herman dan Lala. bersiap-siap untuk pergi ke dukun laganan mereka selama puluhan tahun ini. tujuan mereka tak lain adalah untuk membuat persugihan makanan. yang bisa meningkatkan daya beli para konsumen yang selama ini menjadi penghasilan mereka berdua.
“Narnia, malam ini kamu jangan kemana-mana! Kami mau pergi keluar,” ucap sang ibu tiri bernama Lala, kepadaNarnia yang merupakan anak dari mantan suami terdahulunya.
“Jaga rumah baik-baik bersama saudara mu! jangan sampai masuk maling,” titah sang ayah bernama Herman dengan wajah yang tidak pernah senyum sedikitpun.
“Baik,” jawab Narnia dengan singkat.
Narnia memilih pergi ke dalam kamar. sebelum ia masuk ke dalam kamar, Ardi mengatakan ingin keluar bersama Wina.
“Tapi-” Narnia mengantungkan kalimatnya.
“Tidak ada tapi-tapi, kau mau ku perkosa apa!” ancam Ardi dengan nada serius.
Narnia terpaksa diam, ia mengantar Ardi menuju ke pintu dan mengunci pintu utama. Selesai mengunci utama. Narnia bergegas kembali ke dalam kamar untuk secepatnya tidur. Karena ia takut sendirian menjaga rumah sebesar ini. yang terletak di kawasan permukiman elit.
Hari semakin malam. Detak jarum jam dapat terdengar oleh Narnia yang belum masih tidur dan menguling-gulingkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk sambil membayangkan sosok Adam yang menjadi fantasi liarnya setiap malam.
Tok tok tok tok
“Iiieehh, siapa sih yang mengetuk pintu utama jam segini! Masa semua lupa bawa kunci cadangan?” gerutu Narnia yang malas bangun dari atas ranjangnya.
Narnia membuka pintu kamar sambil mengerutu. Tapi ia berjalan berapa langkah, tiba-tiba ia merasa merinding. Setelah melihat angka jam menunjukan jam 00.00 di ruang tamu. niatnya untuk membuka pintu utama menjadi tidak jadi di lakukan, karena ketakutan duluan. selain itu, terasa tidak wajar. karena kamarnya dengan ruang tamu terpisah sangat jauh.
rasa ketakutan terus menjalar di tubu Narnia, sehingga ia memilih segera kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar dari dalam. untuk menghilangkan rasa tegangnya, Narnia langsung meminum air di dalam botol di samping nakas. Lalu bergegas tidur secepatnya. Tanpa menyadari, jika air minum sudah di masukkan obat tidur dosis kecil bercampur dengan obat perangsang.
di arah lain, seorang pria yang sudah mengawasi Narnia dengan wajah tidak sabaran untuk merebut malam pertama Narnia hari ini.
“Malam pertamamu akan menjadi milikku,” gumam pria itu yang berjalan ke arah kamar Narnia. untuk memastikan pintunya terkunci dari dalam atau tidak.
Setelah memastikan berapa kali, pria itu memutuskan untuk masuk dari jendela kamar. dengan menggunakan trik khusus, karena kamar yang di huni oleh Narnia merupakan kamar bekasnya dan Ardi.
Setelah berjuang berapa menit, pria itu sudah masuk ke dalam dengan wajah penuh kebanggan. ia membuka pintu kamar Narnia yang terkunci dari dalam. untuk berjaga-jaga jika misinya gagal malam ini. Saat Narnia ternyata tidak dalam pengaruh obat dan mengetahui apa yang terjadi.
***
Berapa menit berlalu, antara sadar dan tidak sadar, Narnia merasakan sesuatu yang menyentuh jari-jari kakinya dengan lembut. Terasa sangat geli, hingga bulu kuduk dan bulu tangan berdiri. Tanpa Narnia sadari. Tubuhnya bereaksi dan menyukai sentuhan tersebut. Yang semakin mengoda setiap inci kulitnya.
Semakin lama, sentuhan itu semakin kuat di rasakan oleh Narnia. Semakin tinggi hingga ke batas ujung lingerie yang sedang di kenakan oleh Narnia. Lembut dan basah, tidak seperti jari. Tapi sangat di sukai oleh Narnia.
Seperti mimpi, Narnia merasa Adam sedang bersamannya. Adam yang ia cintai secara diam-diam dan merupakan fantasi nakalnya selama ini. untuk melepaskan rindu karena cinta bertepuk sebelah tangan.
Kini, Adam ada di hadapannya, dengan penuh kerinduan. Narnia duduk dan memeluknya tanpa ingin melepaskannya. Walau semua itu hanya mimpi. Mimpi yang begitu indah di rasakan oleh Narnia.
Pria itu menarik tali lingerie hingga terlepas dari bahu Narnia. Dengan bebas, pria itu menempelkan bibirnya di atas tubuh Narnia yang sintal dan kencang.
Narnia mengerang, ia semakin menyukai sentuhan itu. dengan jari-jari pria itu terus menyentuh kulit Narnia hingga membaringkan dan melepaskan semua lingerie yang di kenakan oleh Narnia dan membuangnya entah kemana.
Cup cup cup cup cup
Narnia sungguh menikmati suara basah yang terasa di pinggang dan perut. Hingga membuat bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri semua.
Suara basah semakin turun dan turun hinga ke pangkal paha dan Narnia merasa sulit sekali membuka matanya. Tapi ia sangat jelas merasakan mimpi yang begitu nyata. Mimpi di mana ia memiliki Adam seutuhnya. Adam yang sedang bersetubuh dengannya, dengan sangat liar dan bernafsu kuat.
Suara basah itu semakin mencapai puncak dan Narnia tersentak. Saat merasakan bagian itu di lahap semua oleh mulut Adam.
Narnia sudah sangat kesulitan mengontrol suaranya dan gerakkan tubuhnya seakan bukan bukan miliknya lagi. Narnia terlena dalam permainan Adam yang luar biasa.
Tidak berhenti sampai di situ. Semakin lama, Narnia merasa ada sesuatu yang menjepit bagian sensitifnya seperti gigi. Kemudian ia juga merasakan kembali sentuhan lembut yang basah di sertai gigitan yang memutar. Yang membuat Narnia semakin mengila berteriak.
pria itu melihat Narnia yang semakin tersiksa. ia langsung tersenyum puas untuk melakukan sesi selanjutnya.
sentuhan demi sentuhan, membuat Narnia mendesah dengan kuat, ia tidak bisa lagi menahan desahan manja yang selalu lepas dari bibirnya.
Sambil meliuk-liuk tubuhnya, Narnia terus bertahan dan menikmati sentuhan tersebut. Merasakan sentuhan Adam yang sesuai dengan fantasi nakalnya selama ini. yang diam-diam ia pikirkan di dalam hati. yang kini menjadi kenyataan dalam mimpi.
Berapa saat kemudian, Narnia merasakan sesuatu memasuki bagian dalam sensitifnya. Sesuatu yang keras dan besar. Rasa sakit menyebar kesemua tubuh. Narnia mengeluarkan air mata akibat kesakitan yang terus masuk ke dalam secara kasar tanpa ada kelembutan sedikitpun. Seolah telah menebus kelembutan tipis yang menjadi mahkota berharga setiap wanita.
“Sakit….” teriak Narnia melupakan rasa perih bercampur nikmat yang luar biasa. dari gerakkan yang tiada ampun untuknya. Gerakkan yang menghentak bagian bawahnya semakin kuat dan kasar. Bahkan tiada jedah untuk istirahat.
Semakin Narnia berteriak, maka pria itu semakin kuat menghentakannya berapa kali dengan kuat.
hentakkan yang mengikuti irama teriakan Narnia. Semakin keras, maka semakin kuat di hentakkan. Semakin pelan, maka semakin pelan.
Narnia hampir gila dengan hentakkan beritme tersebut, ia terus menggeliatkan tubuhnya.
Sesekali pria itu menyentuh bagian ujung atas tubuh Narnia dengan jari dan menarik bagian puncaknya dengan gemas.
Suara merdu dengan gairah, lolos dari bibir Narnia. Yang membuat nafsu pria itu semakin meninggi. Bahkan kedua buah dada Narnia yang berisi di mainkan dengan berbagai cara oleh pria itu.
kini, Narnia sudah tidak bisa membedakannya rasa sakit dan nikmat lagi. Ia terlena dan bahagia, pria yang menyentuhnya saat ini adalah Adam. Sesuai fantasi nakalnya yang setiap malam, ia lakukan secara diam-diam. fantasi nakal, tentang bercinta dengan Adam seperti di cerita novel dewasa atau komik dewasa lainnya.
Tanpa henti-hentinya, pria itu terus menghentakan Narnia dengan kuat dan cepat. Sesekali melirik air yang keluar dari hubungan kedua bagian bawah. Yang menetes ke arah sprai tempat tidur yang bercampur dengan bercak darah.
Senyuman pria itu semakin lebar, ketika merasakan akan mendapatkan pelepasannya. Ia semakin kuat bergerak di sertai dengan teriakkan Narnia yang tidak berdaya di bawah tubuhnya.
hingga berapa menit berlalu. Pria itu melepaskan Narnia, kemudian membuang semua cairan hangat di atas perut Narnia.
Narnia yang terkurai lemas di atas ranjang, hanya bisa merasakan nikmat yang luar biasa. seperti kejadian di dunia nyata. Padahal ini hanya mimpi.
Dengan nafas terengah-engah, Narnia berusaha merapatkan kedua kakinya yang terasa mati rasa dan intinya masih berdenyut.
Pria itu seakan belum puas, ia kembali memasukkan intinya ke dalam liang Narnia dan kembali menghujamnya dengan berapa gerakkan.
Seperti pertama kali, Narnia kembali berteriak mengikuti setiap hentakkan. Hingga ia terlena dan tidak berdaya, membiarkan pria itu menghentaknya berkali-kali.
Melihat ceceran cairan di atas sprai sudah banyak, pria itu kembali menghentakkan untuk terakhir kali. Dengan membuang semua hasil kepuasan yang ia rasakan barusan. Sebelum ia mencabutnya dan mendorong tubuh Narnia ke arah lain.
Sedangkan Narnia terengah-engah dengan kedua mata yang sungguh ngantuk.
Pria itu kembali menariknya untuk pindah posisi dan memasukkannya kembali untuk memulai ronde selanjutnya untuk memberikan kepuasan terakhir sebelum ia mengakhiri permainannya.
Entah apa yang terjadi selanjutnya, Narnia tidak tau. Yang Narnia tau, ia sangat menyukainya dan malam ini merupakan mimpi terindahnya bersama Adam. Adam yang ia cintai secara diam-diam.
Sambil mengantur nafas yang tersenggal-senggal. Narnia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia tidak ingin cepat bangun dari mimpi indah ini. dalam hati, Narnia berharap mimpi ini jangan cepat berlalu.
Tapi entah kenapa ia merasa sangat lelah dan sakit luar biasa pada bagian itunya. Padahal ia sedang berada di alam mimpi bersama dengan Adam.
Pria itu berjalan keluar setelah selesai merapikan tubuhnya.
Di luar, pasutri itu tersenyum dengan bahagia. Mereka masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu yang masih basah di bagian sensitif Narnia. Termasuk pakaian dalamnya.
“Cepat bereskan!” perintah sang pria kepada anak pertama dan istri keduanya.
Si istri bergegas membersihkan semuanya dan meminta anak tiri untuk mengangkat Narnia. Untuk menganti sprai yang basah oleh bercak permainan barusan. Anak itu dengan tidak ikhlas menuruti apa kata ibu tirinya.
“Cepat, sebelum ia sadar!” ucap pria paruh baya itu yang tak lain adalah Herman.
Dengan ogah-ogahan, Adam menarik tubuh Narnia dan mengangkatnya. Membiarkan ayah dan ibu tirinya bergegas menganti sprai tempat tidur Narnia dengan yang baru.
Sprai lama yang berisi dengan cairan hubungan malam pertama, di ambil oleh Herman secara tergesah-gesah. Sebelum lewat waktu persugihan yang di katakan oleh dukun Joko barusan.
Herman masih ingat, ketika ia dan Lala pergi kediaman dukun tersebut. Joko mengatakan, malam ini merupakan malam persugihan untuk membuka jalan bisnis terbaru yang rasa kuah bakso akan lebih lezat dan gurih. Sehingga ia sudah mengirim Adam pergi duluan untuk membuka pintu bisnis keberhasilan tersebut.
Herman dan Lala, sampai tekejut mendengar apa yang di katakan oleh dukun Joko. Karena setau mereka, persugihan dengan menumbalkan Narnia. Masih sebulan lagi, sambil melihat pengerakkan bulan purnama dan malam jumat kliwon.
“Berhubungan banyak yang mati saat malam jumat kliwon. Maka proses persugihan untuk bisnis bakso yang menggunakan lendir dengan Sp*rma di percepat. Untuk mengejar proses persugihan yang akan mendatangkan banyak uang,” jelas dukun Joko dengan suara tenang dan kedua rongga mata menatap ke arah Herman.
Sesaat Herman merasa ngeri melihat kedua rongga mata yang kosong tanpa ada bola mata di dalamnya. Menatap ke arahnya, seolah-olah bisa melihat.
“Cepat gunting sprainya,” ucap Adam yang membuyarkan lamunan Herman.
Herman melihat ke arah Adam yang di depannya.
Seolah tau apa yang akan di tanyakan oleh ayahnya, Adam mulai terkekeh.
“Aku sudah membereskan kamarnya seperti sedia kala dan jangan lupa transfer ke rekeningku!” ucap Adam yang langsung pamit dari hadapan Herman dan tidak ada niat untuk menginap di rumah.
Herman menatapi kepergian Adam, kemudian langsung mengambil gunting di laci untuk memotong sprai yang ada berapa bagian yang basah bercampur noda darah perawan. Sisa pemotongan sprai, langsung di bakar oleh Herman di tempat pembuangan sampah.
Sedangkan Lala menyiapkan kuah panas mendidih di salah satu panci bakso berukuran besar.
Melihat jam sudah jam 12 malam dan sesuai instruksi dari dukun Joko. Herman manaruh kain basah berserta kain segitiga yang sudah di sobek ke dalam panci bakso dan memasaknya di atas kompor selama sejam.
Jam menunjukan jam satu malam, kompor di matikan dan panci itu di simpan dengan hati-hati di salah satu gudang penyimpanan barang. Untuk menghindari kecurigaan para pembantu yang bekerja di pagi hari untuk bersih-bersih rumah dan memasak.
Setelah semuanya beres, semua kembali ke kamar seperti tidak terjadi apapun. Termasuk si anak yang mulai ketagihan dengan tubuh Narnia yang kini sudah berbaring di dalam sofa apertement mewahnya. Sembari meremas bagian yang mulai mengeras itu dengan jemari tangannya.
***
Jam beker berbunyi nyaring berapa kali dengan suara yang memecahkan telinga. Tapi Narnia tidak mampu membuka matanya dan beranjak dari tempat tidur. Rasa sakit dan letih merajai tubuhnya, terutama bagian bawah. Terasa lembab dan perih, serta terasa berdenyut.
Narnia tidak tau apa yang terjadi padanya barusan. Yang Narnia tau, ia melewati malam yang tidak biasa dan merasa sangat bahagia.
Pandangan mata Narnia ke arah jam beker yang menunjukkan jam 7 pagi. Sejam lagi, ia harus pergi ke sekolah.
Tapi sekujur tubuhnya terasa sakit. Sekaligus segar. Bahkan ia kembali berpikiran dengan fantasi liarnya kepada Adam.
Fantasi yang semakin nakal untuk malam ini dan selanjutnya. Untuk hari ini, Narnia merasakan kebahagian dalam mimpinya yang sungguh membahagiakan. yang tidak bisa ia ceritakan kepada siapapun. Karena merupakan aib terbesar dalam hidupnya dalam melakukan fantasi liarnya terhadap Adam yang tidak bisa ia miliki untuk sekarang ini.
“Walau hanya mimpi! Aku sungguh bahagia,” gumam Narnia yang masih mengingat-ingat permainan fantasy liarnya. Yang sudah terjadi semalaman.
Teng teng teng
Bunyi alarm ponsel menyadarkan lamunan Narnia tentang Adam.
“Duh… bisa gawat nih! Jika di lanjutkan hayalannya, bisa-bisa terlambat masuk sekolah!” pekik Narnia yang histeris dan langsung menurunkan satu persatu kakinya.
Tetiba Narnia merasakan sangat perih pada bagian itunya.
Sesekali Narnia menyentuhnya dengan ujung jari dan merasa perih yang luar biasa. Pandangan Narnia ke ujung jemarinya, ia melihat kukunya sudah panjang.
“Mungkin karena kukunya yang panjang dan lupa di potong, jadi sakit seperti ini pada ituku,” gumam Narnia yang segera mengambil pemotong kuku di dalam laci nakas.
kemudian memotong kukunya hari ini juga. biar kedepannya tidak menyebabkan rasa perih pada bagian itunya. yang di gunakan untuk bermain dengan area bawahnya.
berapa kali Narnia berfantasi liar dengan menggunakan sosok Adam. Sosok pria yang tidak bisa ia dapatkan. Makan akan Narnia mainkan bagian itunya dengan liar untuk menuntaskan hasrahnya, seolah-olah Adam yang melakukannya.
Melihat semua kukunya sudah rapi, Narnia segera berdiri dan bergegas untuk mandi. Tapi sulit bagi Narnia merapatkan kedua kakinya untuk hari ini. Dengan sedikit merenggang, Narnia baru bisa berjalan ke dalam kamar mandi dengan tertatih-tatih.
Tentu saja, apa yang Narnia lakukan, selalu di sembunyikan dari keluarganya. Kecuali satu teman bernama Resti yang mengetahuinya.
Keran shower di putar, Narnia merasakan sakit yang luar biasa pada bagian itunya. Ketika air pertama jatuh mengenai wilayah bawah. Tempat ia merasakan kenikmatan semalaman bersama Adam di dalam mimpinya.
“Sakit…” gumam Narnia pelan.
Dengan menahan rasa sakit, Narnia membersihkannya dengan lembut. Kemudian membersihkan tubuhnya.
Berapa menit, Narnia duduk di ujung ranjang sambil mengeringkan tubuhnya yang sungguh indah dan berisi.
Tok tok tok tok..
“Narnia? Kamu di dalam?” saut Lala yang cemas, saat Narnia tidak keluar untuk sarapan pagi seperti biasanya.
“Iya, bentar Bu!” balas Narnia yang segera membetulkan posisi handuknya yang mengendur di tubuh.
Narnia berjalan menahan sakit pada bagian itunya untuk memutar kunci pintu di dalam kamar.
Lala terkejut, ia melihat wajah Narnia yang sedikit pucat dan kelelahan.
“Kamu sakit Narnia?” tanya Lala berpura-pura cemas.
“Tidak, hanya merasa lelah dan agak demam!” balas Nardia jujur dengan apa yang ia rasakan hari ini. selain bawahnya terasa masih perih dan sakit.
“Ya sudah, kamu istirahat saja! Ibu kasih tahu pihak sekolah untuk minta cuti untukmu,” ujar Lala yang menyentuh kening Narnia dan mendorong Narnia masuk kembali ke kamar.
“Tapi Bu-” Narnia mengantungkan kalimatnya. Karena berapa hari ada ulangan semester. Ia tidak mau ketinggalan pelajaran.
“Kesehatan mu lebih penting sayang! Nanti ibu minta ketua osis untuk meminjamkan catatan untukmu.”
Mendengar kata ketua osis yang tak lain adalah Adam. Narnia langsung setuju, kapan lagi ia bisa berkomunikasi dengan Adam yang menjaga jarak dengan para wanita. Untuk tidak menyakiti perasaan kekasihnya.
Setelah Lala pergi, Nania segera memakai pakaian dan berbaring di atas ranjang. Tak lama kemudian, Lala mengetuk pintu dan Narnia segera membuka pintu kamar.
“Ibu bawakan sarapan pagi dan obat. Jangan lupa di habiskan dan minun obatnya,” ucap Lala dengan nada perhatiannya yang masih di buat-buat.
Narnia yang tersentuh dengan kebaikan ibu tirinya. Langsung memakan sarapan pagi berupa bubur ayam dan meminum obatnya secara langsung di hadapan Lala.
Senyuman licik Lala terlihat di bibirnya, karena obat yang ia serahkan ke Narnia merupakan obat khusus untuk menguras cairan di bagian itunya untuk resep terakhir kuah bakso yang akan Herman jual hari ini. yang mendadak mendapatkan oderan besar.
“Cepat tidur sana! Ibu mau bantu Herman masak rempah bakso,” perintah Lala yang mengambil nampan berisi piring dan gelas.
Narnia menurut, ia menutup pintunya antar di kunci atau tidak. Narnia segera berbaring di atas ranjang. Sambil berpikir, kenapa orang tua tirinya tidak memperkerjakan pembantu untuk memasak. Padahal mereka bukan dari keluarga sedang maupun miskin. Melainkan dari keluarga kaya raya yang menjual bakso di salah satu mall ternama.
“Apa karena takut resep masakan bocor keluar!” batin Narnia.
rasa ngantuk mulai menyerang secara perlahan-lahan.
“Tapi bisa jadi, mengingat sekarang banyak persaingan bisnis makanan.”
Narnia menutup mata sesaat, memikirkan sosok Adam yang membuat jantungnya berdebar-debar kembali. sosok yang selalu mengisi hati dan pikirannya selama hampir setahun sejak ia pindah ke kota ini dan tinggal bersama ibu sambungnya.
Perlahan-lahan Narnia merasa tubuhnya dingin, hingga bulu-bulu halus di tangan dan pundak berdiri. Rasa ini membuat Narnia gelisah, ia sempat mengeliat kecil di atas ranjang.
Di atas ranjang, Narnia semakin tidak karuan. Seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki sangat geli. seakan-akan ada yang menyentuhnya.
Narnia mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri, dengan hayalannya ke Adam yang sangat ini berada di atas tubuhnya dan atau pria lain yang lebih hebat dari Adam. Yang mampu memuaskan tubuhnya saat ini.
“Kenapa malah berhayal ke Adam sih,” gerutu Narnia yang berusaha tidur.
Tapi ia sempat berhayal betapa hebatnya pria lain selain Adam di atas tubuhnya. Bukan tanpa alasan Narnia sering berhayal yang seperti itu. Sejak ia melihat Adam melakukannya dengan berapa wanita di belakang kekasihnya.
Di luar menjaga perasaan kekasih di dalam seperti binatang buas. Entah sudah berapa wanita sekelasnya di cicipi oleh Adam selama ini secara diam-diam di berbagai tempat.
Narnia menyentuh bagian yang masih perih dengan jemarinya.
“Basah,” gumam Narnia pelan. Saat melihat jemarinya yang basah oleh cairannya sendiri.
Rasa kantuk menyerang, Narnia merasa dirinya akan tertidur lagi dengan hayalan yang masih sama seperti semalam.
***
Saat Lala keluar dari dalam kamar, ia melihat Adam yang sudah dekat tangga.
Kedatangan Adam sudah dapat di tebak oleh Lala, karena pasti di panggil datang oleh Herman untuk menguras cairan itunya Narnia untuk membuat kuah bakso hari ini. yang di pesan oleh salah satu elit politik pemerintahan.
“Bagaimana, apa sudah boleh masuk?” tanya Adam pada ibu tirinya yang menatap dirinya dengan tatapan seorang wanita dewasa yang haus akan belaian dan sentuhan di bawah.
Lala terdiam sesat, ia sungguh kesal dengan sikap Adam yang tidak tertarik padanya sama sekali. Apalagi menyentuh tubuhnya, juga tidak pernah di lakukan oleh Adam selama ini.
“Sebentar lagi, tunggu obatnya berfungsi dulu!” balas Lala dengan suara cemburunya.
Adam hanya tersenyum tipis menatapi ibu tirinya. yang menunjukkan sikap cemburu kepada Narnia yang kini menjadi tumbal persugihan untuk kuah bakso.
“Lain kali aku akan menyentuhmu!” ucap Adam dengan candaanya, kemudian berjalan ke arah kamar Narnia untuk menunggu reaksi obat.
Sedangkan Lala menatapi sosok Adam yang pergi dari hadapannya dengan tatapan sedih.
“Aku yakin lain kali kau pasti akan terpikat padaku,” batin Lala.
Lala masih menatapi Adam yang masuk ke dalam kamar Narnia.
***
Pintu terbuka, seperti semalam. Narnia merasa matanya susah di buka. Tapi ia merasakan sentuhan dan aroma parfume yang mirip di pakai oleh Ardi berapa hari ini.
“Manis…” bisik pria itu.
Dalam sadar atau mimpi, Narnia merasakan ada yang berbisik di dekat telinganya dengan hawa sedikit panas. Kemudian menyentuhnya dengan sentuhan lembut. Hingga tubuh Narnia terbawa gerakan pria tersebut.
Cengkeraman kuat tangan pria itu, terdiam di dada Narnia. Tangan pria itu meremas dan melepaskan pegangannya, membuat Narnia larut dalam sentuhan yang di berikan oleh pria tersebut.
Pria itu membuka pakaian Narnia dengan perlahan-lahan, sambil terus menggerayangi dan memberikan sentuhan yang sangat bereaksi dengan tubuh Narnia. Yang mendambakan sentuhan sesuai fantasi nakalnya.
“Siapa dia, kenapa dia sangat pintar dan pengalaman?” ucap Narnia yang berusaha bangun dari mimpinya untuk melihat siapa pria tersebut.
Tapi matanya terasa lengket seperti di lem dan tubuhnya menikmati sentuhan dari pria itu. Pria yang barusan dihayal olehnya.
“Andai saja, aku berhayal tentang wajahnya tadi!” batin Narnia.
Pria itu mulai tidak sabaran. Ia menempelkan bibirnya seperti bayi dan menghisapnya. kemudian mengigit puncaknya dengan gerakkan memutar dan menariknya.
Narnia mulai mengerang, ketika merasakan desiran naik keatas kepalanya dan ia mulai mengliuk-liukkan tubuhnya seperti cacing yang kepanasan. Karena tangan pria itu terus menyusuri lekuk tubuh Narnia. Hingga kebagian yang paling bawah dan mengodanya berapa saat. untuk memastikan bagian itunya sudah basah atau belum.
Pria itu membuka mulutnya dari puncak dada Narnia dan membuka celana piyama yang di kenakan oleh Narnia. Di susul oleh pakai dalam di lepaskan. Kemudian menempelkan bibirnya di paha kanan Narnia.
Sesekali ia menjilatnya hingga ke atas dan bagian atas. Hingga kebagian sana, ia melahapnya seperti makanan yang lezat. Suara basah yang di ciptakan antar mulutnya dan bagian itu. Semakin membuat Narnia memutar-mutar bokongnya untuk menyudahi permainan yang mengilakan yang tak sanggup ia terima.
Puas melihat Narnia mengeliat, ia menancapkan benda panas ke dalam tubuh Narnia dan menghentakan sesuka hatinya. Hentakkan keras hingga kasar ia berikan pada Narnia.
Perlahan-lahan pria itu menaikkan temponya, hingga Narnia tidak sadar akan dirinya. Ia terlena dengan permainan pria itu yang lebih hebat dari Adam. Pria yang tidak ia tau siapa, tapi begitu hebat dari Adam dalam segi percintaan.
Narnia mulai mengerang hebat, saat menerima hentakkan hebat dari pria tersebut dan di waktu bersamaan, pria itu melepaskan miliknya. Seolah ingin menyiksa Narnia yang sedang kenikmatan permainan panas dan berakhir dadakan.
Narnia merasa kesal, ia belum merasakan kepuasan. Tapi pria itu berhenti di tengah jalan dan menarik rudalnya.
“Hmemme…” gumam Narnia yang protes dengan mengeluarkan suara kecil.
Pria itu, tersenyum penuh ejekkan di wajahnya.
“Jalang,” batin pria tersebut.
Ternyata, Narnia salah. Pria itu membalikkan tubuh Narnia dan menariknya sampai perutnya Narnia menyentuh ujung ranjang.
Kedua telapak kokohnya menaikkan pinggul Narnia sedikit keatas.
Dengan sekuat tenaga, pria itu memasukkan rudalnya dan menghujani Narnia dengan goyangan liar, semakin cepat dan semakin kuat. Narnia tidak sanggup menahan suaranya, ia mendesah kuat dengan menarik sprai kasur dengan kuat. Mengikuti gerakan hentakkan pria tersebut. Yang masih kuat bergoyang di belakang. Seakan tidak pernah lelah untuk menikmati tubuhnya.
“Betapa hebatnya pria ini, seandainya ia menaikkan kekuatannya dan kedua tangan kasarnya memainkan kedua buah dadaku,” hayalan Narnia dengan nafas tersenggal-senggal.
Pria itu menaikkan kecepatan hentakkan semakin kuat dan kasar. Kedua tangan kasar pria itu memainkan kedua dada NArnia yang bergantung.
“Gila, ini benar-benar terjadi? Bagaimana bisa,” batin Narnia bertanya-tanya dalam hati. karena hayalannya menjadi kenyataan.
Untuk membuktikan hayalannya, Narnia berhayal. Bagaimana jika hentakkan selanjutnya menembus rahimnya.
Hentakkan pria di belakang semakin kuat. Satu tangannya menarik rambut belakang Narnia dan satu tangan tangannya memasukkan satu obat ke dalam mulut Narnia. Saat Narnia mendesah dengan mulut terbuka.
Hentakkan terakhir menembus bibir rahim. Jeritan kesakitan dan pil obat tertelan oleh Narnia secara bersamaan.
“Sakit,” pekik Narnia kesakitan saat merasakan barang keras tidak bergerak lagi di dalam tubuhnya.
Pria itu tersenyum jahat, ia kemudian menghentakan kembali dengan kuat berulang-ulang kali. Narnia berteriak semakin keras, hingga mencapai kenikmatan tertinggi dan ia tidak sadarkan diri di atas ujung ranjang
Narnia yang tidak sadarkan diri, terus menerima hentakkan kuat dari pria tersebut berulang-ulang kali dan pria itu juga tidak menyadari pintu kamar Narnia terbuka.
Seorang pria paruh bayah masuk ke dalam kamar.
“Hentikan sekarang juga, kau bisa membunuhnya! Jika di lanjutkan lagi,” perintah pria paruh baya yang masuk ke dalam kamar Narnia dengan panci berisi kuah bakso.
“Sayang untuk terlalu di hentikan, dia terlalu enak.”
Pria baya itu menaruh panci bakso di lantai dan mendorong anak pertama untuk menjauh. Kemudian pria itu memposisikan panci berisi kuah di dekat bagian itu yang basah yang bercampur dengan cairan pria. Membiarkan cairan menetes ke mulut panci yang terbuka.
“Lakukan lain kali, jangan sekarang! Jika sampai dia mati, kita yang repot. Mau cari peganti kemana dan kau mau hidup miskin?” cibir pria paruh baya itu kepada anak pertamanya.
“Benar juga! kalau begitu, aku kembali saja ke sekolah buat nyalin tugas sekolah dan meminta ibu menyerahkan padanya. Aku jamin, ia akan bahagia menerima buku ku sambil berfantasi liar di atas ranjang.”
Setelah mengatakan kalimat tersebut, pemuda itu memakai baju seragamnya dengan rapi seperti anak alim dan kacamata beningnya juga. Rambut di rapikan seperti rambut para model pria masa kini.
“Pastikan jatah selanjutnya milikku, aku tidak sudih bermain bekas punya Ardi!” ucap pemuda itu, kemudian ia berjalan keluar dari dalam kamar dan berpapasan dengan ibu tirinya.
“Jangan lupa tugasmu,” perintah ibu tiri.
“Aku tau, yang pastikan bagianku berjalan lancar saja!” balas pemuda itu, lalu berjalan pergi dengan langkah sombong.
Lala mengeleng-ngelengkan kepala melihat kelakuan anak tiri pertamanya yang merupakan anak Herman dengan istri pertama.
“Kamu bereskan semuanya! pastikan ia tidak menyadari apa yang terjadi padanya barusan!” perintah Herman pada istri keduanya. Yang merupakan ibu kandung Ardi.
“Aku mengerti! Jangan lupa tas Hermes 80juta yang ku minta,” balas Lala yang mengingatkan Herman dengan apa yang ia inginkan untuk membuktikan dirinya sebagai wanita sosialita di kalangan wanita kaya.
Herman menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik badan dengan kedua tangan memegang panci bakso.
“Jangankan tas 80juta, tas 100 juta akan ku kasihkan. Pastikan kedua anak itu tidak menyiksa Narnia terlalu berlebihan. Kita yang akan rugi, susah cari tumbal selaris dia.”
Lala mengangguk mengerti, ia juga tidak mau hidup miskin dan melarat di kolong jembatan ibu kota. kota yang keras akan kehidupan.
Herman melanjutkan langkah kakinya untuk segera memasak kuah bakso yang akan di gunakan untuk berdagang jam 1 siang ini di mall. Kuah yang tadi pagi sudah habis semua dan antrian di tokonya semakin panjang. Bahkan sudah ada yang titip oderan sebanyak 200 orang dan lunas.
Dengan catatan pengiriman bakso mengunakan go food atau jemput sendiri dan makan di tempat. Di tambah lagi, oderan dari salah satu partai elit politik yang harus ia siapkan besok pagi.
***
Trik Herman, Untuk menghindari kecurigaan orang sekitarnya. Herman membuka sampai jam 1 siang. Jam 2 di sewakan ke orang lain. Tentu saja banyak penyewa yang berlomba mendapatkannya. Hitung-hitung dapat durian runtuh juga. Walaupun tidak banyak. Karena orang lain akan mengira bakso tersebut milik Herman.
Untuk hari sabtu dan minggu, Herman juga tidak buka. Alasannya, mau istirahat dan kumpul sama keluarga.
Alasan lain, bagi-bagi rezeki ke penyewa lapaknya. Sehingga tidak seorang pun akan curiga sama sekali. Semua orang mengira tempat Herman merupakan tempat hoki. Karena penyewa juga kena dampak keberuntungan.
Jika tidak demikian, Herman akan di curigai memakai pelaris dagangan dan otomatis akan berdampak jelek pada bisnisnya.
Untuk mencegah hal yang tidak di inginkan, ia sudah menyusunnya dengan teliti. Bahkan bekas sprai dan pakaian dalam Narnia yang di gunakan untuk memasak kuah. Sudah ia keluarkan jauh-jauh jam lalu. Sebelum kuah itu, di antar ke toko.
Jika tidak demikian. Akan berbahaya dan cepat ketahuan. Selain karena ketahuan, faktor utama. Karena rasa kuahnya akan berkurang, saat tidak di keluarkan jam 8 pagi. Paling terlambat adalah jam 9 pagi. Jika kuah di masak malam.
Berbeda dengan kuah yang masak pagi tidak mengunakan hal seperti bekas sprai dan pakaian dalam. Tapi gambil langsung dari intinya yang menetes keluar yang sudah bercampur dengan cairan pria.
yang dapat menciptkan rasanya lebih enak dari yang malam dan membuat para konsumen ketagihan dan tergila-gila akan rasa bakso yang di buat. Bahkan akan terus mengodernya kembali setiap hari.
Dengan demikian, Herman tidak perlu takut kehilangan pembeli tetap. Kesehatan atau apapun, tidak pernah di pikirkan oleh Herman. Selain uang masuk terus ke dalam rekeningnya.
Selain itu, para pelayan juga bisa menuangkan kuah dari panci ke mangkok dan para pembeli juga bisa cek langsung dengan cara melihat isi panci tersebut. Jika kuahnya hampir habis sebelum baksonya.
Herman meminta para pelayan membantunya memasuk kaldu dengan tulang sapi di campur berapa bumbu yang di pasaran. hasilnya, kuah bakso akan nampak sedikit keruh, sehingga campuran dari cairan inti hubungan tubuh. tidak akan ketahuan sama sekali. oleh para konsumen, mana bisa membedakan mana cairan hubungan tubuh dan bumbu kuah bakso yang menggunakan rebusan tulang sapi.
Trik herman memasak juga di saksikan para pelayan yang berkerja untuk Herman. kemudian pelayan yang menuangkan sendiri ke dalam panci utama. Sehingga tidak ada alasan lagi mencurigai Herman mengunakan pelaris. Selain pikiran ke posisi tempatnya yang memang dekat posisi strategis.
Herman sampai ke toko jam 11 siang dan toko di tulis tutup. Karena stock bahan habis.
Sebenarnya bukan habis, tapi mereka menyiapkan oderan antrian yang berjumlah 200 orang itu.
Para pelayan yang memasak dan membungkus, sedangkan Herman sibuk menghubungi nomor pemilik antrian.
“Pak, kuahnya hampir habis?” lapor seorang pelayan.
Herman menghela nafas panjang dengan tatapan kea rah wajah pelayan tersebut.
“Kamu masak saja dengan mencampurkan ke kuah lama yang sudah dingin. Caranya tau kan?” tanya Herman ramah.
“Iya pak!”
“Ayo semangat, nanti saya kasih kalian bonus besar. Setelah selesai kan 200 oderan ini! Langsung ambil hari ini bonusnya,” ucap Herman dengan sikap ramah. Yang memancing semangat para pelayan.
“Baik pak!” balas ke lima karyawan tersebut.
Alasan para karyawan Herman bisa bertahan lama, karena Herman selalu memanjakan mereka dengan bonus. Selain buka-bukaan soal resep buat kuah yang sudah banyak di hafal para karyawan.
Sikap Herman yang terlalu memanjakan karyawan, hingga kuah bakso di masakan sama pelayan. Banyak jadi perbincangan, banyak perdagangan yang curiga dan bertanya langsung kepada para pelayan Herman dan mereka juga memeriksa panci kuah bakso dengan cara tidak sopan sama sekali.
Tapi rumor pak Herman pakai persugihan selalu tidak terbukti. Di tambah para penyewa yang ikutan kena durian runtuh, Juga jadi sasaran pemeriksaan pedagang lain yang iri.
Ada yang setuju di periksa dan ada yang tidak setuju. Karena alasan beragam. Sedangkan Herman masa bodoh. Mau periksa ya silakan. Tidak mau juga ya silahkan. Asal jangan rusak peralatan memasak yang mahal. Maka ia tidak akan segan-segan menuntut para pemilik toko dagangan lain. Yang ikut memeriksa kuah baksonya.
Untuk peralatan masak, herman selalu bawa pergi dan bawah pulang. Ia punya alasan, karena harga peralatan mahal dan takut kena tuduh mencuri. Jika ia tidak bawah pulang dan ada barang yang hilang.
Para penyewa lapak Herman juga tau. Harga peralatan memasak jualan Herman. Sungguh menakjubkan, sehingga di anggap wajar oleh para penyewa. Bahwa barang tersebut di bawa bolak pergi. Selain gerobok yang di tinggalkan untuk di gunakan bersama-sama.
***
Di rumah, Narnia bangun dari tidur. Ia merasakan kesakitan yang luar biasa pada bagian itunya dan rasa sakit pada kedua dadanya.
Wajah Narnia langsung memerah, atas mimpi yang tidak biasa ia mimpikan. Mimpi diriya bersetubuh dengan liar dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali dan rasanya sungguh enak.
“Bagaimana mungkin bisa senyata ini,” gumam Narnia yang menyentuh bagian bawahnya yang masih basah. Bahkan ia juga menaiki piyama atas melihat kedua dadanya yang sintal dengan isi lemak padat.
Sesaat Narnia mendesah merdu. Saat jemarinya memeriksa bagian bawah dan masih berdenyut. sebelah tangannya meremas buah dadanya sendiri dengan gerakkan yang seperti yang di hayalkan barusan dengan melakukan hubungan tubuh dengan pria yang tidak ia kenal.
Wajah Narnia semakin panas, ia merasa semakin binar dengan hayalannya atau mimpinya.
“Semua hanya mimpi, aku mengocoknya terlalu hebat,” gumam Narnia tidak jelas.
Di balik pintu, Ardi sudah mendengar semua yang Narnia ucapkan.
“Sial, rupanya pria itu masih mencicipinya! Kapan giliran ku!” batin Ardi yang penuh kemarahan.
Tetiba Ardi berpikir, ia bisa melakukannya tanpa menunggu giliran. Ya, ia akan melakukannya saat Narnia dalam keandaan sadar dan tidak dalam pengaruh obat perangsang maupun haluninasi.
Narnia yang di dalam kamarnya. Melepaskan bra yang yang membungkus buah dadanya. Ia mencoba meraba-rabanya ada bekas kecupan yang di sertai oleh gigi tidak.
Berapa gerakan jari di kedua buah dada di sertai remesan. Menimbulkan sensasi yang luar biasa pada tubuh Narnia. Narnia tetiba mendesah dari bibirnya yang memancing gairah Ardi yang berdiri di depan pintu kamar Narnia.
Di luar, Ardi yang sudah tidak tahan akibat suara desahan Narnia yang mendadak.
Hasrah untuk mencicipi tubuh Narnia semakin mengebu-gebu tinggi.
Ardi mengetuk pintu berapa kali.
Tok tok tok tok tok
Narnia yang tidak memakai bra dipakai dalam di balik piyama. Langsung membuka pintu.
Pandangan mata Ardi dengan menelan saliva secara kasar. Melihat kedua gundukkan besar dengan puncak menonjol. Yang mengoda untuk di jamah di balik kaos polos yang di kenakan oleh Narnia yang berwarna putih dan sedikit transparan.
Ardi langsung mendorong Narnia masuk ke dalam kamar secara mendadak.
“Apaan kau ini, sakit tau?” protes Narnia tidak terima di dorong seperti itu.
“Sakit, bagaimana kalau ku buktikan apa itu sakit,” ucap Ardi dengan tatapan bernafsu dengan meneliti setiap sudut tubuh Narnia yang benar-benar mengoda dan berisi padat.
Menyadari tatapan Ardi yang seperti itu. Narnia menjadi waspada. Ia berusaha membuka pintu kamar. Tapi di tahan oleh tangan Ardi.
“Lepasin, jangan macam-macam lue!” ancam Narnia dengan kedua mata melototnya.
“Siapa yang mau macam-macam padamu, aku kesini buat antar buku tugas catatan dari Adam,” ucap Ardi dengan memperlihatkan buku Adam kepada Narnia. Sebagai senjata untuk membukan mulut Narnia yang akan berteriak dan sekaligus untuk melecehkan Narnia.
Mata Narnia terbelalak. Ia salah paham pada Ardi dan wajahnya memanas karena malu.
“Bukunya, Aku taruh di atas nakas. Oh ya, aku minta hadiah dong!” senyum Ardi dengan trik liriknya.
“Hadiah apa?” tanya Nardia yang tidak mengerti.
“Aku mau meremas kedua buah dada mu yang tegang sempurna. Aku tau kau tidak memakai dalam kan?” ucap Ardi dengan wajah liciknya.
“Jangan macam-macam,” tolak Narnia tegas.
“Ya udah, kalau gitu ku sobek bukunya! Biar kau di benci selamanya oleh Adam,” Ancam Ardi yang mengambil buku Adam di atas nakas dan hendak merobeknya.
“Ja-jangan.. Aku setuju dengan permintaan mu,” balas Narnia gugup. Ia tidak mau Adam benci padanya. Karena merusak buku catatan pelajaran tersebut.
“Bagus kalau gitu,” ucap Ardi yang tidak sabaran dan meletakkan buku tersebut di atas nakas.
Narnia memejamkan kedua mata dan menaikkan kaos depannya. Memperlihatkan kedua dadanya yang putih berisi di hadapan Ardi. Ia sungguh tidak rela, dadanya di jamah oleh Ardi yang sangat ia benci.
Jakun Ardi naik turun, bawahnya juga terasa sungguh sesak. Kedua telapak tangannya meremas dan mencengkeram kedua buah Narnia yang semakin besar. Ardi masih ingat, terakhir ia meremas kedua dada Narnia. Saat mereka masih di bandung dalam rangka pramuka antar sekolah Jakarta dengan bandung.
Narnia tidak berani bersuara, ia mengigit kaos depan dengan gigitan kuat dan kedua tangan menutup wajahnya yang sudah memanas. Akibat ulah Ardi yang masih memainkan kedua buah dadanya.
Ardi menempatkan bibirnya di salah satu buah dada Narnia. Ia melahapnya dan menarik ujungnya dengan gigi.
“Ah..” desah Narnia tetiba dan kaos yang di gigit terlepas begitu saja dari mulutnya.
Ardi yang kesal, langsung menaikkan kembali kaos tersebut.
“Gigit erat kaosnya, jika tidak ku bakar bukunya!” ancam Ardi yang berhasil membuat Narnia menurut.
Melihat Narnia mengigit kaosnya secara mati-matian, Ardi melahap lagi dada satunya dengan menghisap ujungnya dengan lidah memaikan puncak yang menantang itu. sebelah tangannya terus meremas dada Narnia dengan berapa gerakkan yang berhasil membuat tubuh Narnia meremang.
Narnia menahan suaranya mati-matian dan bagian bawahnya sudah terasa basah dan berdenyut.
Puas memainkan kedua dada Narnia yang tidak di tutupi bra. Ardi mengakhiri permainya yang sudah 30 menit dan menatapi kedua dada Narnia sudah memar kebiruan dengan bekas ciuman dan gigitan yang ia tinggalkan di kedua buah dada tersebut.3
Senyuman Ardi semakin menampakan senyuman jahat. Ia langsung mendorong Narnia ke atas ranjang dengan kasar.
Narnia tersentak dan hendak bangkit dari atas ranjang dengan kepala berputar-putar.
tapi, Ardi langsung menekan tubuh Narnia di atas.
Seketika, Ardi langsung mengecupi bibir Narnia dengan rakus dan menahan tengkuk Narnia untuk dapat memperdalam kecupannya.
“Hmmphh,” Narnia berusaha menolak dengan memukul-mukul dada Ardi dengan kedua kepalan tangan.
Ardi tidak bergeming, ia memperdalam kecupan di bibir Narnia. lidahnya menari-nari dalam mulut Narnia. Sebelah tangannya bahkan sudah menyusup ke bagian sensitif yang terasa lembab akibat perbuatannya yang mengoda kedua dada yang sintal itu. tanpa aba-aba, Ardi langsung memasukkan kedua jarinya di dalam lembah tersebut tanpa aba-aba.
“Hmmphh.. ” teriakan Narnia terendam oleh kecupan Ardi. Ketika ia ingin berteriak keras. Atas rasa sakit di bawah tubuhnya yang di masuki jemari Ardi secara kasar.
Jemari Ardi menari dengan tarian hebat, hingga Narnia merasa ada sesuatu di tubuhnya akan keluar dalam jumlah banyak. Tetapi gerakkan jemari itu terhenti. membuat Nanrnia terasa tidak rela untuk menerimannya.
Puas menyiksa Narnia dengan jemarinya. Ardi melepaskan kecupannya. Menatapi wajah Narnia yang terengah-engah. Karena kelelahan dan hampir Mati kehabisan nafas.
“Kau menipu ku,” protes Narnia.
“Bukannya kau menikmatinya?” balas Ardi dengan sikap cueknya.
Narnia membaringkan wjahnya. Pusat tubuhnya berdetak. Ia menginginkan lebih dari sebuah permainan jemari. Tepatnya, ia menginginkan barang keras dari Ardi yang mengenai perutnya.
“Hari ini sampai sini, aku pasti akan memuaskan mu lain kali!” ucap Ardi dengan senyuman kepuasan.
Perkataan Ardi sungguh memalukan. Dengan cepat Narnia mendorong Ardi keluar dari kamarnya.
Ardi memanfaatkan kesempatan tersebut menarik tubuh Narnia menempel ke tubuhnya. Ia kembali mengecupi bibir Narnia di sertai gigitan dan sebelah tangan ke bawah. Untuk memainkan bagian bawah secara keluar masuk dengan ritmen yang lebih cepat.
Tubuh Narnia mengejang, ia akan mendapatkan pelepasan dengan permainan jemari Ardi.
Merasa jarinya terjepit, Ardi menaikkan tempo permainan. Hingga semburan panas terasa di telapak tangannya.
Kecupan bibir di lepaskan, jemari Ardi yang basah di oleskan ke bibir Narnia.
“Hisap, atau ku masukkan dengan milikku?” ancam Ardi.
Mau tidak mau, Narnia menjilati cairan miliknya di jemari Ardi.
Ardi menatapi jemarinya yang di jilatin oleh Narnia. Seketika ia menahan tengkuk Narnia dan mengecup bibir tersebut. Bahkan memasukkan kembali jemarinya ke tempat yang basah.
Tubuh Narnia bergetar hebat, lagi dan lagi ia mendapatkan pelepasan ke sekian kali atas permainan jemari Ardi di pusat tubuhnya.
“Bonusnya sungguh hebat,” ucap Ardi yang keluar dari kamar Narnia.
“Hampir saja,” batin Narnia.
Narnia terduduk dengan bersandar di pintu saat ia sudah menutup pintu kamarnya.
Di luar, Ardi melihat ibunya yang berjalan ke arahnya.
“Bagaimana Narnia?” tanya Lala kepada putranya yang masih mengenakan seragam sekolah.
“Sudah bangun dan ia memeluk buku Adam dengan bahagia. Jangan lupa, malam ini milikku,” ucap Ardi yang berlalu dari hadapan ibunya
Lala memandangi putranya dengan tatapan rumit. Ia heran, kenapa Ardi mau ikutan kerjasama dengan persugihan ini.
Jika Adam, ia tidak akan kaget lagi. Karena sebelum Narnia menjadi tumbal persugihan. Kekasih Adam yang lain sudah duluan menjadi tumbal persugihan dagangan Herman.
Soal nasib mantan Adam. Lala dan Herman tidak mau tau. Bagi mereka berdua, uang sangat penting dari segalanya. Termasuk Narnia, apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Bukan urusanku,” batin Lala.
Lala berjalan ke arah kamar Narnia. Untuk melihat keandaan Narnia. Tepatnya memastikan Narnia tidak kabur atau kenapa-napa dulu. Karena Narnia merupakan tumbal yang sempurna.
Tok tok tok tok
Lala mengetuk pintu kamar Narnia sebanyak empat kali.
“Nar… Sudah bangun kah?” saut Lala dengan sikap biasanya.
“Sudah Bu,” balas Narnia yang cepat membetulkan pakaianya dan menganti celana piyama yang basah. Akibat ulah Ardi yang membuatnya mendapatkan pelepasan dalam jumlah banyak
Setelah memastikan semua beres, Narnia membuka pintu kamar. seolah tidak terjadi apa-apa barusan dengan Ardi.
“Apa Ardi sudah menyerahkan buku Adam padamu?” ucap Lala dengan senyuman lembut untuk memastikan apa yang di katakan oleh Ardi benar atau tidak.
“Sudah bu, terima kasih.”
“Tolong jaga rumah, ibu mau bantu Pak Herman beres-beres toko jualan!” pinta Lala memohon.
“Iya Bu, aku akan jaga rumah.”
“Obatnya jangan lupa di minum! biar besok segar dan bisa ketemu dengan Adam,” goda Lala kepada Narnia.
Wajah Narnia memerah, karena godaan ibu tirinya.
“Iya Bu,” balas Narnia gugup dan menutup pintu kamarnya.
Lala tersenyum licik melihat putri tirinya begitu polos dan bodoh.
Lala, kemudian berjalan ke kamar Ardi. Untuk memberitau Ardi, bahwa malam ini Ardi bisa main sampai puas. Selagi mereka di luar dan tentu saja, Adam akan ikut pergi.
Senyuman Ardi mengembang di bibirnya dengan pikiran licik dan gaya apa yang akan di pakai untuk menyentuh Narnia malam ini.
“Mau pergi berapa lama?” tanya Ardi tetiba.
“Mungkin sampai tengah malam, kita mau ketemu Pak Joko dan Adam akan ikut sama Kita!” jelas Lala, yang di tatapi malas oleh Ardi.
“Ya sudah, aku akan main sampai puas.”
“Jangan lupa, tampung bagian itu. Jangan sampai ketahuan Narnia,” perintah Lala dan Ardi memperlihatkan satu botol kecil di hadapan ibunya.
“Segini cukup?”
“Cukup, setidaknya untuk persediaan besok!” balas Lala yang masa bodoh.
Ardi mengamati kepergia ibunya.
Terlibat dalam ritual persugihan, Memang bukan hanya di lakukan ketiga keluarganya. Melainkan dirinya juga. Ardi tidak ingin kalah dari Adam. Yang bisa sukses dan tinggal sendirian di apertement mewah.
Pulang hanya sesekali, itu pun untuk menyentuh Nardia. Tapi Ardi tidak terlibat dengan dukun Joko. Ia hanya memafaatkan celah kesempatan yang ada untuk bisa sukses tanpa menggunakan ilmu gaib atau sebagainya.
“Cih, aku akan setingkat dengan mu!” gumam Ardi pelan yang siap menyentuh Narnia selama berapa ronde malam ini.
Jam 2 siang, Lala sampai ke toko. Para karyawan yang mendapatkan bonus. Banyak yang pergi dan ada berapa yang membantu Herman untuk beres-beres. Seperti mencuci panci dan berapa peralatan masak. Piring disusun di mobil pick up.
Tepatnya. Herman pergi kerja dengan menggunakan mobil pick up usang. Untuk mengangkat panci bakso dan mangkok. Pulangnya juga sama dengan mobil pick up usang.
Penyewa tempat Herman sudah dari tadi tidak sabaran untuk berjualan. Pak Andika menatapi Herman dengan rauk wajah hitam.
“Masih lama kah? Tanya Pak Andika dengan nada kurang bersahabat kepada berapa pelayan Herman.
“Sudah selesai, sisa mangkok!” ujar salah satu pelayan yang kurang suka dengan sikap Pak Andika.
Padahal pemilik tempat adalah Herman. Tapi gaya Pak Andika kayak bos yang punya lahan yang semenang-menang terhadap Herman.
“Mendingan cepatan tuh! Saya sudah mau buka,” pekik Pak Andika dengan suara keras yang seperti lagu hajatan nikah sekampung. Yang membuat toko sebelah dan depan. Pada liat ke arah Andika.
Pelayan dan Herman menaruh barang-barang seperti mangkok, gelas, teko, sendok, garpu dan sumpit, tempat sambal ke belakang mobil pick up.
Sikap pak Andika yang seperti itu. Selalu menjadi bahan pembicaraan para tetangga. mereka menganggap Pak Andika songong karena ketimpak rezeki durian runtuh dari Herman.
Sebenarnya Pak Andika dari dulu sudah mau membeli lahan tempat Herman berbisnis dengan harga yang tinggi. Tapi Herman tidak mau menjualnya, selain itu juga. Ia juga mendesak pemilik mall untuk mengusur Herman.
Hasilnya tetap gagal, pihak mall mengatakan Herman sudah menyewa tempat tersebut selama 10 tahun dengan surat kontrak di atas materai 6.000. Dan sejak itulah, sikap Pak Andika semakin jadi-jadi untuk membully Herman. Dengan segala cara yang ia punya.
Lala menatapi Pak Herman yang menebar senyuman padanya. Ia pun hanya membalas dengan tipis. Mengingat ia bisa mendapatkan uang lebih dari Pak Andika. Jika ia mengunakan Narnia untuk melayani pak Andika di atas ranjang.
Memikirkannya saja, Lala semakin tidak bisa memedung keinginan hatinya untuk memperalat Pak Andika. Untuk menjadikan Andika sebagai tumbal persugihan
Tapi mengingat Herman yang menjaga rahasia dengan sangat ketat. Bisa-bisa nyawa taruhan, sehingga Lala mengundurkan niatnya untuk memanfaatkan Pak Andika.
Selesai beres-beres, karyawan pamit pulang kerja. Demikian juga Herman yang memilih pulang dan menaruh mobil pic up ke dalam garasi mobil. Kemudian menganti mobilnya dengan mobil baru untuk ke rumah dukun bernama Joko yang menjadi dukun langanan berapa tahun ini.
Adam menyusul pergi dengan mobil mewah dari arah belakang. Mobil yang di kendaraankan oleh Adam masuk ke salah satu terpencil yang jauh dari kota.
Hari semakin malam, mereka bertiga sampai ketempat Pak Joko.
Pak joko yang sudah tau, meminta seorang pelayan untuk menyambut kedatangan ketiga tamu tersebut.
“Pak Joko sedang di dalam, mohon tunggu di sini!” ucap pelayan wanita itu ramah tanpa mengenakan pakaian sehelai benangpun di tubuh. Saat menyambut para tamu yang datang ke diaman Joko.
Pandangan mata Adam ke arah tubuh pelayan yang benar-benar sempurna. berisi padat dan segar, tanpa pakaian di tubuh.
“Jaga sikap mu, dia tidak boleh kau sentuh!” ucap Herman yang memperingatin anak pertamanya.
“Aku tau,” balas Adam yang memperbaiki posisi celananya yang sesak.
Berapa menit di luar, pelayan itu kembali dan meminta ketiga tamu masuk.
Herman berjalan di depan di susul oleh Adam yang menatapi kemolekan tubuh pelayan. Di belakang ada Lala yang merinding duluan. Saat berjalan semakin dalam kelorong rumah yang panjang. Yang di penuhi aura mistic yang kuat. Serta suara-suara tawa seperti suara tawa kuntilanak.
Ketiganya sampai kesalah satu ruangan yang bernuasa kuno dengan ukiran menakutkan di tiap tiang dinding ruangan. Entah apa tulisannya, Lala tidak memperhatikan dengan jelas ukiran itu. yang di inginkannya saat ini. ingin cepat-cepat pergi dari ruangan ini.
“Silahkan duduk,” ucap Joko yang mempersilahkan ketiganya duduk di lantai yang beralas kayu.
Ketiganya duduk di lantai kayu yang terasa dingin dan hawa mistic mengitari mereka bertiga.
“Hari ini jumat kliwon, akhirnya kamu datang sesuai janji!” ucap Joko yang menatapi Herman dengan kedua mata tanpa bola mata di rongga mata.
Adam langsung ngeri, melihat pria tua tanpa mata. Bisa membedakan Herman dan dirinya.
“Iya Gusti! saya sudah datang,” balas Herman yang memberikan hormat di susul oleh Lala. Kemudian dengan Adam.
Tapi mata Adam masih terbelalak melihat seorang yang sedang masak sesuatu tanpa mengenakan busana. Gadis itu tanpa malu mempertontonkan bokongnya yang sintal.
“Jadi, apa kalian sudah siap melakukan apapun?” tanya Joko yang masih menguji kesabaran mereka berdua. Sedangkan Adam, pikirannya sudah kemana-mana.
“Tia..” panggil Joko pelan.
“Iya,” sahut Tia.
Gadis cantik bernama Tia itupun mematikan kompor.
Kemudian, berjalan ke arah Ketiga tamu. untuk memyuguhi minuman. Dadanya yang tidak memakai apapun, justru mengundang nafsu Adam dan Herman yang sudah bergairah tinggi.
Adam maupun Herman menelan saliva dengan kasar. Melihat buah dada muda mengantung di depannya yang masih segar dan berisi.
“Mau minum dulu atau langsung ritual?” tanya Joko yang mempersilahkan ketiga tamu untuk minum.
“R-ritual dulu saja,” ucap Adam terbata-bata karena tidak bisa berhenti menganga menatapi Tia yang begitu cantik dan mengoda di sebelah Joko.
Joko menurunkan pandangan, melihat celana Adam yang sudah terlihat sesak di bagian selangkangan.
“Tia..” Joko menunjuk lantai di tengah mereka.
Tiapun mengangguk dan rebahan di sana sambil mengangkang lebar. Mempertontonkan bagian tertentu pada Adam.
“Silahkan main dan kalian berdua ikut aku,” perintah Joko. Kepada Herman dan Lala untuk meninggalkan ruang tamu.
Adam yang sudah tidak sabaran. Langsung membuka semua pakaian di tubuhnya dengan cepat. hingga menyisakan pakaian terakhir yang menutupi rudalnya yang mengeras sempurna.
“Dek.. Berapa usiamu berapa? Tanya Adam yang menurunkan kain terakhir dan rudal panas sudah tegak langsung mengancung tegak dengan urat-urat kemarahan.
“16 tahun,” jawab Tia sambil merilekskan badan untuk mempersilahkan kepada pria di depannya untuk lanjut.
Muda sekali, pikir Adam yang kini sudah duduk di bangku Sma kelas 3.
Kemolekan tubuh Tia benar-benar mantap, apalagi wajahnya begitu cantik mengemaskan.
Rudal panas lelaki normal jelas langsung bangkit. Kalau melihat Tia terbaring seperti itu.
Topeng kulit berwajah joker di pasang. Adam perlahan-lahan merangkak sampai rudal panasnya berada di di atas inti yang pink merekah.
Rudal yang tegak itu masuk ke dalam tubuh Tia yang rapat dan menjepit erat.
Adam tersenyum puas. Misinya merobek para perawan sepertinya selalu berhasil. Seperti ia mengambil malam pertama Narnia dan para wanita lainnya.
Memikirkan bagaimana nasib Narnia yang tergila-gila padanya. Adam tidak perduli, ia akan menikmati Narnia setelah ia sudah bosan dengan Tia.
Yang penting yang di depannya sekarang, harus ia lakukan sampai tuntas. Kapan lagi bisa mencicipi gadis gratis seperti ini. itulah di benak Adam saat ini.
“Mmmhh..” Tia memejamkan mata sambil mengepalkan tangan mencoba meresapi kesakitan yang luar biasa. di pangkal pahanya yang semakin di masuki.
Buk buk buk
Adam semakin menghentakan dengan kecepatan tinggi.
Desahan pertama Tia sampai keluar ruangan saking sakit di hentakkan secara kasar seperti ini. oleh pria yang pertama kali untuknya.
Lala yang di luar, rasanya ingin menutup telinga. Ia tidak sanggup mendengar desahan Tia. Karena cemburu pada gadis bernama Tia yang sedang berhubungan intim dengan Adam. Herman melihat ke arah Lala. Ia tau, Lala menyukai Adam yang mempunyai rupa seperti dewa yunani.
Herman juga tau, Lala adalah wanita yang serahkan. Tanpa Lala tau, Herman sudah menumbalkan Lala sebagai tumbal pertama dalam persugihan. Kedua adalah Narnia.
Entah berapa banyak wanita yang sudah di tumbalkn oleh Herman. Herman tidak pernah menghitungnya. Begitu juga dengan Adam, yang mempunyai sikap seperti Herman. Semua wanita yang bersama dengannya. Ia tumbalkan kepada Joko. Agar bisa jadi artis sukses di usia dini dan menikmati tubuh wanita dengan gratis tanpa keluar uang.
Desahan Tia meledak-meledak sampai keluar rumah. Mata Lala langsung terpejam mencoba menenangkan diri dari rasa cemburu. Hatinya terus mengulang tekatnya, kalau setelah ini selesai. ia bisa bersama dengan Adam secara diam-diam. Seperti yang mereka lakukan secara diam-diam selama ini.
Badan Tia di angkat dan sekarang tubuh Tia itu terus di hentakkan sambil bergerak maju berkeliling ruangan persugihan.
Tia tersungkur menungging, tapi hentakkan di belakangnya sama sekali belum melambat sedikit pun. Sebaliknya semakin kuat dan dalam.
Tia terus mendesah kesakitan akibat permainan kuat Adam yang tiada kenal lelah dan ampun sama sekali.
“Sakit..” ucap Tia terengah-engah dengan kedua dadanya masih bergoyang mengikuti hentakkan Adam darri belakang.
Tangan Adam menarik kembali badan Tia. Hingga badan cantik itu tegak, sambil menahan badan Tia tetap tegak. Tangan Adam juga bermain-main dan meremas puncak cerah milik Tia.
“Kamu sungguh hebat, Dek! Aku suka,” ucap Adam yang masih kuat menghentakkan inti tubuh Tia berkali-kali.
Tia terus berteriak ampun hingga berapa jam berlalu. Badan Tia menegang hebat dan kemudian melemas berkali-kali. Melihat Tia yang terpejam kenikmatan, membuat Adam semakin mengebu-gebu dan tertawa nyaring.
“Ha ha ha.. enak banget nih! Kapan-kapan kita bermain lagi di berbagai tempat,” ucap Adam yang merasakan waktunya mengeluarkan cairan kehidupan.
Adam tidak sempat menarik rudalnya, ia mengeluarkan cairan kehidupan di dalam tubuh Tia dalam jumlah yang sangat banyak hingga meleber-leber.
Bruk…
Tia yang tepar, jatuh menungging di lantai yang dingin.
Joko merasa kegiatan di dalam selesai.
“Ayo masuk,” Joko mengajak Herman dan Lala untuk masuk ke dalam.
Mata Lala terbelalak menatap Tia yang posisi sekarang di lantai dapur. Jauh dari ruang persugihan milik Joko dan posisi Tia dengan posisi terngkurap. Kecemburuan terasa di hati Lala, ia benci dengan wanita yang di setubuhi oleh Adam. Hingga menumpahkan cairan kehidupan di dalam tubuh Tia, yang kemungkinan besar Tia bisa hamil anak Adam.
Tia tengkurap lemas dengan area selangkangan basah penuh cairan kehidupan milik Adam. Yang semakin menambah rasa iri, cemburu dan dengki dalam hati Lala. Ia ingin sekali mencabik-cabik gadis bernama Tia itu dengan kedua tangannya.
“Hah hah hah..” Tia yang tengkurap lemas, menarik nafas tersendat-sedat.
Joko mendekati Tia dan membalikkan badan Tia hingga badan cantik itu terlentang. Kemudian melihat ke arah Lala yang sudah merupakan wanita tua.
“Kau menginginkan tubuh ini?” tanya Joko.
Lala terdiam, ia menatapi kemolekkan tubuh Tia yang benar-benar mulus.
“Tentu saja, aku ingin punya tubuh seindah itu!” balas Lala tegas.
Joko tertawa terbahak-bahak dan melihat ke arah Herman.
“Kalau kamu?” tanya Joko yang sudah tau jawaban Herman dari dulu.
Herman ingin kembali muda, sama seperti keinginan Lala. Mereka berdua sudah menghabiskan banyak uang untuk biaya perawatan dan operasi wajah. Hasilnya tidak banyak membantu sama sekali.
“Wanita ini lumayan memuaskan!” timpal Adam yang sudah memakai pakaiannya kembali.
“Kau menginginkannya?” tanya Joko dengan maksud tertentu.
“Ya, aku menginginkannya dan kekasihku yang sekarang sungguh membosankan!” ucap Adam jujur.
“Ok. Kita sepakat! Aku akan memberikan Tia padamu dan kekasihmu akan tinggal di sini,” ucap Joko yang mengelus paha Tia hingga menaik, kemudian memasukkan kedua jemari ke dalam liang Tia. yang tanpa sengaja membuat Tia mengeluarkan suara merdu
Suara Tia, langsung membangkitkan gairah Adam hingga bawahnya sudah mengeras kembali. Ia tidak segan-segan menukar kekasihnya yang sekarang dengan Tia. Untuk mendapatkan Tia yang masih rapat dan membangkitkan gairahnya setiap saat.
“Ok, aku sudah bosan dengan dia! Sungguh hambar di atas ranjang,” ucap Adam dengan percaya diri dan ia langsung menarik Tia pergi dari Joko.
Sisa Herman dan Lala, keduanya belum memberikan apa yang akan di minta oleh Joko.
“Kemudaan dan penampilan yang awet, itukan yang kalian mau!” ucap Joko dengan menatap keduanya dari matanya yang menakutkan yang sudah tidak ada isi bola mata di dalam.
“Tentu saja. Selain uang! Kami menginginkan ke awetan.”
“Itu gampang, pergilah dan awasin wanita bekas Adam yang ia campakkan! Kau godain atau perkosa dia, terserah padamu. Dengan sering menyentuh mereka, maka kau akan semakin muda secara perlahan-lahan,” jelas Joko yang di angukkan oleh Herman.
“Aku bagaimana?” tanya Lala yang tidak terima, Hanya Herman yang kembali muda. Sedangkan ia tetap tua keriput seperti ini.
“Cari pria yang tertarik denganmu, maka hasilnya akan terlihat! Imbalan dari kalian berdua, akan ku minta nanti!” jelas Joko yang melambaikan tangan untuk mengusir mereka berdua keluar dari rumahnya.
Keduanya pamit pergi dari rumah Joko. Terutama Lala dan Herman, mereka tidak puas dengan apa yang di katakan oleh Joko. Karena terlihat seperti sebuah jebakkan dan juga pilih kasih.
Joko selalu mengutamakan Adam dari yang mereka berdua. Itulah yang membuat Herman dan Lala iri dan sekaligus curiga dengan jebakkan yang di minta oleh Joko di kemudian hari.
“Kita fokus jualan dulu, setelah itu pelan-pelan kita cari tau! Apakah ini sebuah jebakkan atau tidak?” usul Herman.
Lala diam dan berpikir dengan apa yang di katakan oleh Herman yang memang ada benarnya. Selama ini, hal mengunakkan hal gaib memang selalu menggunakan tumbal dan takutnya, tumbal yang di minta oleh Joko. Ada mereka sendiri, sama saja bodoh namanya.
***
Malam hari, Ardi yang tidak sabaran untuk menyentuh Narnia. Sengaja memberikan Narnia obat perangsang di dalam minuman yang akan di berikan untuk Narnia minum.
“Nar, ini ada nasi goreng dan minuman? Mau tidak?” tanya Ardi yang berpura-pura baik hati.
Narnia yang sudah kelaparan, menerimanya dengan senang hati. Tanpa curiga sedikitpun dengan apa yang di rencanakan oleh Ardi malam ini.
“Terima kasih banyak,” ucap Narnia yang melihat wajah Ardi yang sedikit mirip dengan Adam.
Merasakan di perhatikan oleh Narnia, Ardi menyentuh wajahnya.
“Ada yang aneh di wajahku?” tanya Ardi spontan.
“Tidak ada, hanya perasaan dirimu mirip dengan Adam!” ucap Narnia yang keceplosan.
“Oh…” balas Ardi datar. Karena ia sangat benci dengan Adam.
Tetapi Ardi berpikir, jika ia bisa meningkatkan otot di tubuhnya. Maka akan mirip dengan Adam dan itu akan membuatnya menyentuh bisa menyentuh Narnia sesuka hati dan sewaktu-waktu ia mau. Tanpa menunggu giliran dan bahkan wanita-wanita dari Adam. Bisa ia sentuh dengan puas tanpa ketahuan mereka.
Pikiran itu terus berputar di benak Ardi dengan senyuman licik. Hal tersebut akan ia lakukan.
“Aku mau tidur, kau habiskan dulu makanannya!” pamit Ardi yang langsung pergi dari hadapan Narnia.
Narnia melihat kepergian Ardi, ia pun segera ke dapur untuk makan malam.
Selesai makan semua nasi goreng dan minun. Narnia merasa sangat ngantuk sekali.
“Apa karena kekenyangan karena ngantuk? Apa karena sudah larut malam dan waktunya tidur?” gumam Narnia pelan yang berjalan ke arah kamarnya.
Sesampai di dalam kamar, Narnia menganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Di ruangan remang-remang. Sambil berhayal jika malam ini, ia bisa bisa bercinta dengan Adam seperti malam-malam sebelumnya.
“Kenapa jadi Adam sih! Coba sekali-kali menjadi Ardi. Pasti juga tidak kalah hebat dengan Adam yang aku hayalkan,” desah Nadia secara spontan, membayangkan Ardi sebagai imijinasi liarnya sebelum tidur dan ukuran bawah Ardi yang besar. Hingga membuat bawahnya perih dan sesak untuk menerimanya.
Hal ini selalu di lakukan Narnia setelah ia gagal mendapatkan cinta Adam dan imijinasinya semakin liar dari hari ke hari. Saat Narnia tahu, Adam sering melakukan hubungan tubuh dengan para murid di dalam kelas. Tanpa sepengetahuan pacar utama.
Narnia berharap juga di sentuh oleh Adam, tapi tidak pernah terwujud. Seakan Adam tidak tertarik padanya. Apa lagi menyapa dirinya saja, tidak pernah di lakukan oleh Adam padanya selama ini.
“Adam,” gumam Narnia dengan suara mengodanya di sertai dengan suara merdu yang keluar dari bibir seksinya.
Perlahan-lahan Narnia mulai tidur dan Ardi yang sudah mengawasi di depan pintu, berapa kali melihat jam di tangannya. Memastikan sudah waktunya. Ia pun langsung masuk ke dalam kamar Narnia dengan diam-diam tanpa mengeluarkan suara sama sekali.
Ardi tidak ingin Narnia mengetahui, apa yang ia lakukan malam ini. Malam yang akan memuaskan keperkasaannya sejak berapa hari ini. Melihat Adam yang selalu menyentuh Narnia secara diam-diam, membuat Ardi semakin cemburu, iri dan dengki.
Maka mala ini, Ardi memutuskan akan melampiaskan semua hasrahnya yang terpedam berapa hari ini. Hasrah untuk di puaskan.
Dengan langkah perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara. Ardi berjalan ketepi ranjang dan ia mulai melepaskan pakaian satu persatu yang melekat di tubuhnya. Lalu naik ke atas ranjang, memandangi Narnia yang tidur pulas dengan wajah cantiknya yang mengoda. Bahkan kulitnya dapat terlihat dari balik pakaian berenda.
Saat ini, Narnia mengenakan pakaian lingerie merah dengan rendah tipis dan G-string di area bawah. Atasannya tidak menggunakan apapun. Sehingga menantang Ardi untuk menyentuhnya dan meremasnya dengan gerakkan halus.
Narnia yang tertidur mulai terusik dengan gerakkan yang di atas tubuhnya. Seakan merasakan ada sentuhan di lehernya dengan lembut dan kedua dadanya di remas dengan kuat dengan kedua tangan yang kasar dan dapat di pastikan oleh Narnia. Jika tangan yang meremas dadanya saat ini, adalah tangan pria.
Tak puas dengan remasan pelan, Ardi meremasnya dengan kuat dan menarik puncaknya dengan kedua tangannya. Sementara bibirnya terus mengecup leher Narnia hingga menurun dan menurun ke bagian salah satu dada. Kemudian mengulumnya dan menghisapnya.
Narnia menegahkan kepala sambil menikmati sentuhan dari pria tersebut. di sertai dengan suara merdu yang keluar dari bibirnya, saat pria itu tengah sibuk mempermainkan dadanya dengan remasan dan hisapan di mulut pria yang menyantap tubuhnya.
“Adam?” ucap Narnia dengan memanggil nama nama Adam tanpa sengaja.
Mendengar nama Adam yang keluar dari bibir Narnia. Wajah Ardi langsung menghitam, Ketika Narnia merasakan kenikmatan akibat sentuhan dan perbuatannya. Tapi mengucapkan nama pria lain di hadapannya, yang terkesan seolah menghinanya. tapi mengingat apa yang sedang ia lakukan, hal ini dapat di maklumi oleh Ardi.
Ardi yang semakin gelap mata, mulai memainkan kedua dada Narnia dengan semakin meremasnya dengan keras dan menarik puncaknya berapa kali. Yang membuat suara Narnia keluar dengan merdunya. yang memancing gairah Ardi semakin tinggi.
Senyuman Ardi semakin jahat, ia sudah tahu. Narnia sudah merasakan bagian bawahnya sudah berdenyut hebat. maka ia akan pelahan-lahan menyiksa Narnia dengan sentuhan pelan dan mengoda. Untuk membuat Narnia semakin menginginkan untuk di masuki.
Saat ini, Nanrnia sungguh menambahkan milik Adam yang keras dan panas menghujam masuk ke intinya dengan hentakkan kuat.
“Ah…” desah Narnia semakin nyaring.
Setiap sentuhan di atas tubuhnya saat ini. sudah berhasil membuant Narnia mengeluarkan ceceran lendir kenikmatan atas setiap sentuhan yang ia terima di atas tubuhnya.
Ardi tidak bersuara, jari-jarinya mulai menarik sisa lingeria yang melekat di tubuh Narnia. Yang di anggap menganggu dalam proses mencicipi tubuh Narnia.
Narnia merasakan Adam melepaskan pakaian tidur dan penyangga bawah. Kemudian merasakan kembali sentuhan bibir yang tipis di kedua bagian dada yang sensitif.
Desahan lembut dari Narnia terdengar lagi. Saat bibir Ardi menguat menghisapnya dan mengigit puncaknya yang mengemaskan.
Ardi terus menggerayangi tubuh Narnia dengan hisapan lembut hingga kasar, berusaha untuk tidak meninggal bekas kecupan di tubuh Narnia yang putih. Yang akan membuat kecurigaan Narnia atas apa yang terjadi setiap malam.
Selagi orang tuanya belum pulang, Ardi terus menggerayangi Narnia dengan mengecup leher Narnia dan sesekali menyentuh telinga dengan gigitan kecil. Seperti permen manis, Ardi terus menjilati tubuh Narnia setiap incinya.
Narnia tidak lagi mendesah, tapi menggeliatkan tubuh dan hampir tidak sadarkan diri. Dengan pikiran melayang dan hasrah terbang ke awan.
Narnia merasa sudah gelisah hebat, membayangkan apa yang di hayalkan menjadi kenyataan di dalam mimpi.
Ardi baru menurunkan kecupan di area paling sensitive Narnia. Area yang sudah di jebol oleh Adam semalam. Lipatan demi lipatan di buka oleh Ardi. Kemudian menjepit milik Narnia yang berharga dengan kedua bibirnya. Lalu mengerak-gerakkan dan menghisapnya. Sesekali melepaskannya. Kemudian menghisapnya kembali.
Keringat Narnia bercucuran menahan serangan yang bertubi-tubi dari mulut Ardi.
Puas melihat tubuh Narnia yang tampak licin dan basah karena keringat. Ardi melanjutkan menjilati seluruh tubuh Narnia tanpa henti. Narnia semakin tidak bisa menguasai diri dan terlena dengan jilatan lidah Ardi di seluruh tubuhnya yang di sertai dengan hisapan.
Narnia terus mengeluarkan suara yang memancing gairah dan menari sepanjang sentuhan Ardi. Hingga mengeluarkan cairan bening dari dalam inti tubuhnya yang membuat ia lemas tidak bertenaga dan nafas terengah-engah.
Saat Narnia sedang menikmati ujung desahannya. Ardi langsung memasukkan bukti gairahnya di bagian yang sama. Di mana lender itu berceceran keluar.
Narnia tidak mampu menahan suara gairahnya. Kenikmatan yang di rasakan malam ini lebih besar dari pada malam sebelumnya. Bahkan lebih besar dari punya Adam dan pria yang ia hayalkan.
Di tambah lagi dengan ukuran yang besar yang berbeda dari yang pernah di rasakan oleh Narnia. Membuat Narnia berteriak keras sepanjang permainan. Antara sakit dan nikmat, tidak bisa di bedakan oleh Narnia.
Narnia terus mendesah dan berteriak kuat, akibat goyangan dan hentakan yang di terima oleh tubuhnya yang terasa sesak untuk menerima barang panas tersebut yang menghujamnya tanpa ampun.
“Ampun…” ucap Narnia di sela-sela tubuhnya maju mundur akibat kuatnya hentakan pria yang kini menikmati tubuhnya.
Ardi seakan menulikan telinganya, ia terus memompa miliknya yang gagah perkasa yang ukurannya lebih besar dari pria lain.
Tak kuasa menahan kenikmatannya, Narnia menarik tubuh pria itu dan mendekatkan wajahnya di wajah pria yang di dalam hayalannya.
Dengan binal, Narnia menempelkan bibirnya dengan bibir pria itu. untuk mengecup dan mengigitnya.
Ardi yang merasakan kepuasan, membalas kecupan Narnia dengan brutal dan kasar. Berapa kali ia mengigit bibir Narnia dan lidahnya masuk ke dalam mulut Narnia untuk mengajak lidah Narnia untuk berdansa dengan lidahnya.
Sedangkan di bawah, Ardi masih kuat memompa tubuh inti Narnia yang sungguh sempit dan mencengkeram miliknya dengan keras.
Saat Ardi mulai kehilangan keseimbangan, Narnia menarik bibirnya dan menempelkannya kembali ke leher hingga telinga Ardi.
Ardi mulai bersuara dan menghentikan goyangnya.
Ketika pelepasan Narnia akan datang. Ia sengaja berhenti, agar Narnia yang mengoyangkan pinggulnya. Dan seperti yang di harapkan oleh Ardi. Narnia mengoyangkan pinggulnya demi mengejar pelepasan yang tertunda akibat pria yang terus memompa bagian bawahnya terhenti tetiba.
Ardi menarik nafas panjang dan masih bertahan dengan sentuhan bibir Narnia.
Semakin Ardi menetralkan dirinya, semakin Narnia ingin mendapatkan yang lebih lagi. Jari-jari Narnia menyentuh bagian belakang tubuh Ardi untuk mengoda Ardi mengerakkan pinggulnya kembali.
Sentuhan jemari Narnia ingin membuat Ardi memberikan hentakkan terbaiknya, hentakkan tersebut membuat Narnia kembali terlena dengan desahan nyaring dan bibir bergetar.
Hentakkan demi hentakkan kasar dan kuat dari Ardi, membuat Narnia menjerit keras hingga jari-jari dan bibirnya terlepas dari tubuh Ardi. Menandakan ia sudah tidak sanggup lagi merima hentakkan dari Ardi yang menyiksa bagian bawahnya yang sungguh perih dan sekaligus nikmat.
Suara merdu Narnia keluar dengan merdu, yang menandai ia telah mencapai pelepasannya.
Merasakan semburan hangat di dalam tubuh liang Narnia. Ardi semakin kuat menghentakkan keperkasaanya untuk mengejar pelepasanya yang sebentar lagi akan datang.
Seakan tidak mampu menahan hentakkan yang semakin mengila, Narnia hanya memasrahkan tubuhnya bergoyang kesana-kemari sesuai gerakkan dan hentakkan yang di ciptakan oleh Ardi.
Tidak lama kemudian, Ardi mencapai titiknya dan melepaskan rudalnya dari milik Narnia. Kemudian membuang cairan putih kental di atas perut Narnia.
“Ternyata masih sempit! Tidak sia-sia juga bisa menikmatimu,” cibir Ardi.
Tak puas dengan satu ronde, Ardi melakukan ronde keduanya dengan membalikkan tubuh Narnia ke belakang dan menarik pinggulnya untuk menungging. Kemudian memasukkan lagi dan memompa lagi.
Teriak Narnia yang hampir kehilangan suaranya. Menerima barang besar masuk lagi ke dalam intinya yang sudah perih dan memar.
Seakan kesetanan, Ardi terus menikmati tubuh Narnia hingga ronde ke tiga dan melupakan apa yang di minta oleh ibunya.
Ardi keluar dari dalam kamar Narnia dengan bersiur riang gembira, dengan langkah kaki melangkah ke arah kamarnya. Malam ini, ia puas menyiksa Narnia dan merencanakan trik selanjutnya untuk malam yang akan datang.
Di dalam kamar, Narnia yang sudah lelah, tidak bisa merasakan apapun lagi selain kenikmatan yang sempurna dan langsung tidur terlelap. Tanpa menyadari bahaya selanjutnya mengintai. Bahaya yang menarik semua lendirnya di dalam tubuh malam ini untuk membuat kuah bakso oderan dari pihak partai politik dalam jumlah 1000 porsi mangkok.
***
Jam 1 malam . Herman dan Lala kembali ke rumah.
Mereka berdua mendapatkan Narnia sudah selesai di setubuhi oleh Ardi dan apa yang mereka minta. Tidak di laksanankan oleh Ardi. Untuk menampung lendir-lendir bahan utama pembuatan kuah bakso yang lezat dan membuat orang ketagihan terus. Tepatnya mengontrol otak konsumen untuk datang dan mencicipi bakso buatannya setiap hari tanpa bosan.
“Sial, kita terlambat!” gumam Herman pelan, saat ia menyimbak selimut yang di kenakan Narnia dan melihat inti tubuh Narnia yang sedikit bengkak.
“Bagaimana ini? Aku tidak mau miskin,” ucap Lala getir, memikirkan oderan 1000 mangkok bakso yang kemungkinan besar akan tercancel. Jika mereka berdua tidak mendapatkan lendir persetubuhan dari Narnia.
Sedangkan Herman, ia sudah bernafsu tinggi. Menatapi inti tubuh Narnia yang berwarna pink dengan sedikit bengkak di bagian bibirnya.
“Aku ada cara, kau masak kuah baksonya dan aku akan setubuhi Narnia malam ini hingga subuh. Demi oderan 1.000 mangkok bakso yang akan kita persiapkan besok,” perintah Herman kepada istri keduanya.
“Tapi, Narnia baru selesai di perkosa Ardi?” ucap Lala apa adanya.
“Memang aku perduli. Kesempatan ini tidak boleh hilang. Kalau kau mau makan batu juga silakan. Mau panggil Adam ke sini, emangnya dia mau. Setelah dapatkan Tia barusan. aku rasa sekarang mereka sudah bersetubuh beronde-ronde malam ini di apertemen mewahnya dan tidak perduli dengan kita yang akan mati atau tidak,” balas Herman dengan suara ke marahannya
Lala terdiam, apa yang di katakan oleh Herman memang ada benarnya. Besok mereka harus menyiapkan oderan 1.00 mangkok bakso yang di pesan oleh pihak salah satu elit politik untuk kampanye caleg.
“Aku akan siapkan kuah baksonya,” ucap Lala yang langsung pergi dari kamar Narnia.
Lala tidak ingin kehilangan uang jajan dari Herman yang 30 juta perhari. Jika dagangan laku laris kayak di borong oleh pihak acara. Maka uang jajannya bisa dua kali lipat dari biasanya dan kemungkinan besar akan mendapatkan lebih dari dua kali lipat.
Herman memandang Lala yang sudah pergi. Ia kembali menatap Narnia yang tergeletak di atas ranjang tanpa busana dengan tubuh yang menantang untuk di jamah.
Jakun Herman naik turun, ia tidak menyangka. Anak tirinya akan mempunyai tubuh seindah dan berisi seperti sekarang ini.
Herman yang bernafsu tinggi, melepaskan semua pakaiannya dan lampu kamar di matikan. Untuk mencegah Narnia melihat wajahnya, tepatnya menghindari Narnia melaporkan dirinya kepolisi. Atas tindakan bejat yang ia lakukan pada malam ini.
Narnia yang sedang tertidur pulas, merasa sesuatu yang menyentuh bagian bawahnya dengan lembut. Sebelum akhirnya merasakan benda panas terdorong masuk ke dalam dalam satu kali hentakkan. Kemudian bergerak dengan cepat.
“Sakit….” pekik Narnia yang merasakan perih di bagian bawah yang terisi penuh oleh benda panas tersebut.
Saat ia bangun, Narnia melihat sekelilingnya gelap gulita.
“Mustahil ini nyata, semua ini pasti mimpi!” ucap Narnia yang berusaha menyakinkan dirinya sendiri, sembari menikmati bagian bawahnya yang di hentakkan berulang-ulang kali dan merasakan semburan hangat yang masuk ke dalam rahimnya.
“Ah,” desah Narnia ketika mendapatkan pelepasannya.
Herman terus menghentakkan tubuh Narnia dengan kuat hingga terdalam berulang-ulang kali untuk segera mendapatkan lendir dari Narnia lebih banyak. Yang dapat membuat 1.000 mangkok bakso.
Rasa sakit semakin menyadarkan Narnia. Bahwa ini bukan mimpi, seseorang telah memperkosa dirinya malam ini. Tanpa ia tau, siapa orang tersebut. Bahkan ia tidak bisa melihat sosok orang yang sedang menikmati tubuhnya.
“T..Tolong….” rintik Narnia yang berusaha untuk minta tolong.
Tapi usaha Narnia sia-sia, ia langsung tidak sadarkan diri. Saat hentakkan terakhir terasa masuk ke dalam rahimnya. Hentakkan yang benar-benar keras, Seperti besi panas itu memporak-porakkan isi rahimnya.
“Wah, sungguh nikmat! Sempit dan ketat!” rancau Herman yang masih memompa keperkasaanya di dalam liang Narnia yang sempit.
Narnia yang tidak sadarkan diri, hanya bisa menerima apa yang di lakukan Herman pada tubuhnya. Berapa kali, tubuhnya di balok-balikkan dengan posisi ke sukaan Herman dan di hentakkan kembali.
***
Di dalam dapur, Lala yang sudah menyiapkan kuah bakso. Mengambil satu panci kuah bakso menuju ke dalam kamar Narnia. Untuk segera menampung lendir yang sudah bercampur dengan lendir pria.
Melihat kondisi yang gelap, Lala langsung menghidupkan lampu kamar. Agar ia bisa berjalan dengan baik tanpa menumpahkan kuah bakso yang di dalam panic.
Lampu terang menerang, memperlihatkan Herman yang sibuk menyetubuhi Narnia yang tidak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga tanpa merasakan lelah.
“Cepat posisikan panci di bawah,” perintah Herman yang belum mengeluarkan rudalnya yang masih kuat berolahraga di dalam tubuh Narnia yang sudah bengkak.
Lala dengan menurut, langsung memposisikan panci tersebut di bawah ranjang.
Herman yang sudah sampai titik kepuasan, tidak bisa menahan diri lagi. ia mengeluarkan semuanya di dalam liang sempit Narnia.
Berapa cairan di keluarkan di dalam tubuh Narnia dan bersamaan berjatuhan ke dalam kuah bakso.
Hosh hosh hosh hosh
Herman yang tidak puas mencicipi tubuh Narnia. Mengosok-gosok rudalnya, kemudian memasukkan kembali dan menghentakan lagi dan lagi. Untuk mendapatkan lendir dalam jumlah banyak.
Lala yang melihat kemolekan tubuh anak sambungnya, yang seksi dan mengoda. Merasakan perasaan iri dan dengki. Hatinya tetiba memanas, untuk berapa hari ini. ia selalu iri dengan wanita yang lebih cantik dan segar darinya.
Lala ingin memiliki tubuh seperti Narnia, muda dan menggoda. Bukan tubuh yang sudah menua seperti sekarang ini. Yang selalu membuantnya menjadi minder.
Tetiba, sebuah ide muncul di kepala Lala. Ia bisa meminta banyak uang kepada Herman. Kemudian mencari dukun lain untuk melakukan penukaran arwah. Maka ia akan tetap cantic tanpa menua.
“Sungguh ide yang cemerlang!” Lala memuji dirinya sendiri.
Tentu saja, hal ini tidak akan Lala katakan kepada Herman. Bisa-bisa jatah uang jajannya akan di potong oleh Herman. Untuk melakukan hal yang sama seperti dirinya.
“Hmmm, aku harus diam-diam melakuknnya!” batin Lala yang masih sibuk dengan pikirannya. Tanpa memperdulikan Herman yang terus menghentakkan Narnia di bawah panci kuah bakso.
Ceceran lender bercampur sp*rma berjatuhan ke dalam kuah yang mendidih dari hentakkan Herman yang mengeluarkan sp*rmanya di dalam liang inti Narnia bercampur dengan lendir-lendir bening yang merupakan pelepasan dari Narnia.
Untuk kesekian kalinya, Herman mendapatkan kepuasan penuh ke gembiraan dan kebahagian yang sudah lama tidak ia rasakan sejak Lala semakin tidak bisa memenuhi harapannya untuk berfantasi liar seperti sekarang ini.
Rasa ketat dan sempitnya tubuh Narnia yang sudah di jebol tiga pria, masih saja begitu memuaskan untuk Herman yang sudah selesai melepaskan gairahnya ke tubuh Narnia.
Herman memakai pakaiannya kembali dan ujung matanya melirik Narnia yang tidak sadarkan diri akibat perbuatannya berapa ronde ini.
“Benar-benar hebat,” gumam Herman yang menepuk-nepuk bokong Narnia yang berisi dan padat.
Ceceran itu menetes dalam jumlah banyak yang bercampur dengan milik Herman ke dalam panci bakso. Semakin menambah aroma kuah menguat.
“Cukup sampai di sini, aku akan mencicipimu lain kali dalam ritual lain!” ucap Herman yang meremas salah satu dada Narnia. Saat Lala memakaikan pakaian piyama ke tubuh Narnia untuk menghindari kecurigaan Narnia yang tiap malam di sentuh oleh pria yang berbeda-beda.Di dalam kamar, Narnia yang sudah lelah, tidak bisa merasakan apapun lagi selain kenikmatan yang sempurna dan langsung tidur terlelap. Tanpa menyadari bahaya selanjutnya mengintai. Bahaya yang menarik semua lendirnya di dalam tubuh malam ini untuk membuat kuah bakso oderan dari pihak partai politik dalam jumlah 1000 porsi mangkok.
***
Jam 1 malam . Herman dan Lala kembali ke rumah.
Mereka berdua mendapatkan Narnia sudah selesai di setubuhi oleh Ardi dan apa yang mereka minta. Tidak di laksanankan oleh Ardi. Untuk menampung lendir-lendir bahan utama pembuatan kuah bakso yang lezat dan membuat orang ketagihan terus. Tepatnya mengontrol otak konsumen untuk datang dan mencicipi bakso buatannya setiap hari tanpa bosan.
“Sial, kita terlambat!” gumam Herman pelan, saat ia menyimbak selimut yang di kenakan Narnia dan melihat inti tubuh Narnia yang sedikit bengkak.
“Bagaimana ini? Aku tidak mau miskin,” ucap Lala getir, memikirkan oderan 1000 mangkok bakso yang kemungkinan besar akan tercancel. Jika mereka berdua tidak mendapatkan lendir persetubuhan dari Narnia.
Sedangkan Herman, ia sudah bernafsu tinggi. Menatapi inti tubuh Narnia yang berwarna pink dengan sedikit bengkak di bagian bibirnya.
“Aku ada cara, kau masak kuah baksonya dan aku akan setubuhi Narnia malam ini hingga subuh. Demi oderan 1.000 mangkok bakso yang akan kita persiapkan besok,” perintah Herman kepada istri keduanya.
“Tapi, Narnia baru selesai di perkosa Ardi?” ucap Lala apa adanya.
“Memang aku perduli. Kesempatan ini tidak boleh hilang. Kalau kau mau makan batu juga silakan. Mau panggil Adam ke sini, emangnya dia mau. Setelah dapatkan Tia barusan. aku rasa sekarang mereka sudah bersetubuh beronde-ronde malam ini di apertemen mewahnya dan tidak perduli dengan kita yang akan mati atau tidak,” balas Herman dengan suara ke marahannya
Lala terdiam, apa yang di katakan oleh Herman memang ada benarnya. Besok mereka harus menyiapkan oderan 1.00 mangkok bakso yang di pesan oleh pihak salah satu elit politik untuk kampanye caleg.
“Aku akan siapkan kuah baksonya,” ucap Lala yang langsung pergi dari kamar Narnia.
Lala tidak ingin kehilangan uang jajan dari Herman yang 30 juta perhari. Jika dagangan laku laris kayak di borong oleh pihak acara. Maka uang jajannya bisa dua kali lipat dari biasanya dan kemungkinan besar akan mendapatkan lebih dari dua kali lipat.
Herman memandang Lala yang sudah pergi. Ia kembali menatap Narnia yang tergeletak di atas ranjang tanpa busana dengan tubuh yang menantang untuk di jamah.
Jakun Herman naik turun, ia tidak menyangka. Anak tirinya akan mempunyai tubuh seindah dan berisi seperti sekarang ini.
Herman yang bernafsu tinggi, melepaskan semua pakaiannya dan lampu kamar di matikan. Untuk mencegah Narnia melihat wajahnya, tepatnya menghindari Narnia melaporkan dirinya kepolisi. Atas tindakan bejat yang ia lakukan pada malam ini.
Narnia yang sedang tertidur pulas, merasa sesuatu yang menyentuh bagian bawahnya dengan lembut. Sebelum akhirnya merasakan benda panas terdorong masuk ke dalam dalam satu kali hentakkan. Kemudian bergerak dengan cepat.
“Sakit….” pekik Narnia yang merasakan perih di bagian bawah yang terisi penuh oleh benda panas tersebut.
Saat ia bangun, Narnia melihat sekelilingnya gelap gulita.
“Mustahil ini nyata, semua ini pasti mimpi!” ucap Narnia yang berusaha menyakinkan dirinya sendiri, sembari menikmati bagian bawahnya yang di hentakkan berulang-ulang kali dan merasakan semburan hangat yang masuk ke dalam rahimnya.
“Ah,” desah Narnia ketika mendapatkan pelepasannya.
Herman terus menghentakkan tubuh Narnia dengan kuat hingga terdalam berulang-ulang kali untuk segera mendapatkan lendir dari Narnia lebih banyak. Yang dapat membuat 1.000 mangkok bakso.
Rasa sakit semakin menyadarkan Narnia. Bahwa ini bukan mimpi, seseorang telah memperkosa dirinya malam ini. Tanpa ia tau, siapa orang tersebut. Bahkan ia tidak bisa melihat sosok orang yang sedang menikmati tubuhnya.
“T..Tolong….” rintik Narnia yang berusaha untuk minta tolong.
Tapi usaha Narnia sia-sia, ia langsung tidak sadarkan diri. Saat hentakkan terakhir terasa masuk ke dalam rahimnya. Hentakkan yang benar-benar keras, Seperti besi panas itu memporak-porakkan isi rahimnya.
“Wah, sungguh nikmat! Sempit dan ketat!” rancau Herman yang masih memompa keperkasaanya di dalam liang Narnia yang sempit.
Narnia yang tidak sadarkan diri, hanya bisa menerima apa yang di lakukan Herman pada tubuhnya. Berapa kali, tubuhnya di balok-balikkan dengan posisi ke sukaan Herman dan di hentakkan kembali.
***
Di dalam dapur, Lala yang sudah menyiapkan kuah bakso. Mengambil satu panci kuah bakso menuju ke dalam kamar Narnia. Untuk segera menampung lendir yang sudah bercampur dengan lendir pria.
Melihat kondisi yang gelap, Lala langsung menghidupkan lampu kamar. Agar ia bisa berjalan dengan baik tanpa menumpahkan kuah bakso yang di dalam panic.
Lampu terang menerang, memperlihatkan Herman yang sibuk menyetubuhi Narnia yang tidak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga tanpa merasakan lelah.
“Cepat posisikan panci di bawah,” perintah Herman yang belum mengeluarkan rudalnya yang masih kuat berolahraga di dalam tubuh Narnia yang sudah bengkak.
Lala dengan menurut, langsung memposisikan panci tersebut di bawah ranjang.
Herman yang sudah sampai titik kepuasan, tidak bisa menahan diri lagi. ia mengeluarkan semuanya di dalam liang sempit Narnia.
Berapa cairan di keluarkan di dalam tubuh Narnia dan bersamaan berjatuhan ke dalam kuah bakso.
Hosh hosh hosh hosh
Herman yang tidak puas mencicipi tubuh Narnia. Mengosok-gosok rudalnya, kemudian memasukkan kembali dan menghentakan lagi dan lagi. Untuk mendapatkan lendir dalam jumlah banyak.
Lala yang melihat kemolekan tubuh anak sambungnya, yang seksi dan mengoda. Merasakan perasaan iri dan dengki. Hatinya tetiba memanas, untuk berapa hari ini. ia selalu iri dengan wanita yang lebih cantik dan segar darinya.
Lala ingin memiliki tubuh seperti Narnia, muda dan menggoda. Bukan tubuh yang sudah menua seperti sekarang ini. Yang selalu membuantnya menjadi minder.
Tetiba, sebuah ide muncul di kepala Lala. Ia bisa meminta banyak uang kepada Herman. Kemudian mencari dukun lain untuk melakukan penukaran arwah. Maka ia akan tetap cantic tanpa menua.
“Sungguh ide yang cemerlang!” Lala memuji dirinya sendiri.
Tentu saja, hal ini tidak akan Lala katakan kepada Herman. Bisa-bisa jatah uang jajannya akan di potong oleh Herman. Untuk melakukan hal yang sama seperti dirinya.
“Hmmm, aku harus diam-diam melakuknnya!” batin Lala yang masih sibuk dengan pikirannya. Tanpa memperdulikan Herman yang terus menghentakkan Narnia di bawah panci kuah bakso.
Ceceran lender bercampur sp*rma berjatuhan ke dalam kuah yang mendidih dari hentakkan Herman yang mengeluarkan sp*rmanya di dalam liang inti Narnia bercampur dengan lendir-lendir bening yang merupakan pelepasan dari Narnia.
Untuk kesekian kalinya, Herman mendapatkan kepuasan penuh ke gembiraan dan kebahagian yang sudah lama tidak ia rasakan sejak Lala semakin tidak bisa memenuhi harapannya untuk berfantasi liar seperti sekarang ini.
Rasa ketat dan sempitnya tubuh Narnia yang sudah di jebol tiga pria, masih saja begitu memuaskan untuk Herman yang sudah selesai melepaskan gairahnya ke tubuh Narnia.
Herman memakai pakaiannya kembali dan ujung matanya melirik Narnia yang tidak sadarkan diri akibat perbuatannya berapa ronde ini.
“Benar-benar hebat,” gumam Herman yang menepuk-nepuk bokong Narnia yang berisi dan padat.
Ceceran itu menetes dalam jumlah banyak yang bercampur dengan milik Herman ke dalam panci bakso. Semakin menambah aroma kuah menguat.
“Cukup sampai di sini, aku akan mencicipimu lain kali dalam ritual lain!” ucap Herman yang meremas salah satu dada Narnia. Saat Lala memakaikan pakaian piyama ke tubuh Narnia untuk menghindari kecurigaan Narnia yang tiap malam di sentuh oleh pria yang berbeda-beda.
Herman berjalan menjauh berapa meter dari sisi ranjang dengan mata menatap kemolekkan tubuh Narnia. Yang tidak lelah ia lepaskan.
Selesai memakaikan pakaian ke tubuh Narnia. Kemudian, Lala mengangkat panci bakso keluar dari dalam kamar Narnia. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Narnia yang terkulai tidak sadarkan diri, masih menarik perhatian Herman. Herman masih ingin menyentuh Narnia. Tapi melihat jam sudah menunjukkan jam 3 pagi. Ia tidak jadi, karena harus mempersiapkan jualan untuk pagi hari dan mengantar bakso ke salah satu tempat kampanye elit politik.
***
Pagi hari, Narnia yang terbangun dengan tubuh lelah. Melihat sekelilingnya yang tidak berubah dan ia melihat tubuhnya masih mengenakan piyama berwarna pastel kuning dengan motif bebek. Seperti ia kenakan semalam.
Narnia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Semua ingatannya terlihat samar-samar di kepalanya.
“Kepalaku terasa pusing,” gumam Narnia yang menyentuh kepalanya dengan telapak tangan dan memijit-mijitnya.
Kemudian, Narnia berusaha mengumpulkan puing-puing ingatan semalam, ingatan yang terasa sangat nyata. Tanpa sadar ia menyentuh bagian bawahnya yang di lapisin celana piyama tanpa mengenakan dalaman.
“Awuhhh,” pekik Narnia kesakitan. Ia berusaha merapatkan keduan kakinya dan menetralkan nafasnya.
“Kenapa bisa sesakit ini!” gumam Narnia yang masih tidak percaya bahwa semalam bukan mimpi. Tapi kenyataan.
Setelah sekian lama Narnia terdiam. Bunyi ponselnya bordering nyaring, ia segera meraih ponselnya di atas nakas. Untuk melihat siapa yang mengirim dia pesan.
Sebelum melihat pesan tersebut, berapa situs web yang sempat ia baca sebelum tidur. Tentang bagaimana memuaskan diri dengan jari dan toys s*xs. Seketika wajah Narnia memanas. Lebih memanas lagi, ia menemukan toys sex di lantai tempat tidur. Alat yang ia beli iseng-iseng tersebut dari Resti berapa hari lalu.
“Astaga, masa sih aku yang melakukannya hingga seperti ini!” pekik Narnia dengan menjambak rambut dengan kedua tangan.
“Pantasan sampai sesakit ini!” lanjut Narnia dengan wajah memerah karena malu. dengan apa yang ia lakukan semalam dengan menggunakan alat tersebut sebagai hayalan nakalnya.
Untuk menutupi apa yang terjadi karena fantasi nakalnya kepada Adam. Narnia mencoba bersikap wajar saat sarapan pagi sekeluarga.
Tidak ada yang curiga, begitu juga dengan yang lainnya. Semua bersikap biasa seperti hari-hari sebelumnya. Seperti sikap keluarga bahagia yang terus di jalani.
“Aku pergi duluan,” pamit Ardi yang langsung berdiri dari kursi makan.
“Hati-hati di jalan,” balas Lala kepada anaknya.
Setelah Ardi pergi ke sekolah dengan sepeda motor. Narnia berdiri dari tempat duduknya untuk pamit kepada ibu sambung dan ayah tirinya untuk pergi ke sekolah.
Sentuhan dari Narnia yang mengecup punggung tangan Herman. Membuat Herman bernafsu mendadak. Tubuh bagian bawahnya mengeras seketika. Ia mendambakan ke hangatan rasa menjepit dari liang inti tubuh Narnia. Yang sungguh luar biasa enak.
“Sial, lihat saja nanti malam. Kau akan mendesah penuh kenikmatan di bawah kekuasaanku,” batin Herman.
Lala menyadari Herman menampakan nafsunya saat Narnia pergi. Ia tidak perduli atau cemburu sedikitpun. Karena niat awalnya ia menikah dengan Herman karena uang dan terakhir. Ia mencintai anak tirinya, tapi usia yang terbeda jauh . Harus membuat dirinya menyerah.
Adam menyukai wanita muda dan segar. Bukan wanita berusia tua dan setengah tua. Itulah yang membuat Adam tidak pernah tertarik pada Lala. Selain ia tertarik dengan Narnia sebagai alat pelampiasan kebutuhan biologisnya.
Wanita muda, lebih menggairahkan di atas ranjang dan tentu saja masih sempit di bagian liangnya. Itulah kata-kata Adam yang tidak bisa di lupakan oleh Lala selama berapa tahun ini.
Nafsu Herman langsung hilang, ketika melihat bentuk tubuh Lala yang tidak menggairahkan lagi.
Di luar, Adam yang sengaja menunggu Narnia di pagi depan pagar.
“Nar…” panggil Adam.
“Lo Adam, kok tau aku tinggal di sini?” tanya Nardia tersipu malu.
” Liat datamu di data siswa sekolah, aku mau ambil buku yang kemarin aku pinjamkan padamu semalam. Kirain, kamu tidak akan masuk ke sekolah. Jadi aku…” jelas Adam mengantungkan kalimatnya dengan berputar-putar dan wajah bersemu merah.
Dalam hati, Adam berharap. Narnia tidak ingat apapun. Tentang ingatan di mana mereka ketemu dan siapa dirinya.
“Benar juga,” balas Narnia yang hendak mengeluarkan buku dari tas sekolah.
“Masuk dulu,” tawar Adam yang membukakan pintu mobilnya.
Di pintu rumah, Lala melihat Narnia masuk ke dalam mobil hitam honda civic. Hanya melihat sekilas, Lala sudah tau. Siapa pemilik mobil tersebut.
Perasaan cemburu pada Lala meninggi, ia tidak terima. Anak sambungnya berhasil menarik perhatian Adam. Padahal ia sudah melakukan berbagai cara perawatan dan membiayai kehidupan Adam untuk mendapatkan cinta Adam. Tapi tetap saja, Adam tidak melirik kepadanya.
“Benar-benra kurang ajar,” batin Lala yang memaki Narnia di dalam hati dengan sumpah serapahnya.
“Waktunya kerja,” perintah Herman pada Lala yang berdiri bengong di depan pintu. Yang sedari mengawasi Lala dan Adam. Hingga mobil honda civic pergi dari depan rumah.
“Iya!” balas Lala kentus pada suami ketiganya.
Saat semua sudah pergi dari rumah, Herman dan Lala memasak kembali kuah bakso tersebut yang sudah tercampur dengan sp*rma dan lender dari Narnia yang merupakan tumbal persugihan semalam.
Selesai memasak, keduanya pergi ke tempat acara salah satu elit politik yang akan mencalonkan diri sebagai caleg partai.
Kedatangan Herman dan Lala di sambut oleh pengurus partai. Mereka membantu Herman memindahkan berapa bahan baku bakso. Termasuk kuah bakso ke tempat yang sudah di persiapakan oleh pengurus partai politik. Harumnya kuah bakso yang saat di tuangkan ke panci besar. Membuat semua orang di sana langsung lapar seketika. Ada yang tidak sabaran dan mulai mencicipinya dan ada yang tidak.
Mata Herman menatapi mereka, dengan hati ketawa keras.
Puas melihat para manusia bodoh yang menyantap bakso lendir buatanya. Herman semakin percaya diri. Bahwa mereka akan kembali mengoder bakso buatannya. Bakso berlendir dari persugihan yang menumballan Narnia sebagai pelaris makanan.
“Bisa tahan sampai mana atas harumnya kuah bakso persugihan,” batin Herman yang menyindir pengurus dan keanggotaan partai politik yang berisi otak-otak selangkangan dan harta untuk memperkaya diri sendiri. Bahkan mempunyai wanita lain selain istri sah.
Dengan tidak sabaran, para pengurus partai dan ke anggotaan langsung mencicipi bakso yang baru di keluarkan dari panci.
Herman tertawa terbahak-bahak dalam hati, ia pun langsung pamit untuk pergi. Dengan alasan untuk membuka toko dan harus mengurus pesanan orang lain yang belum Ia siapkan.
Tanpa ada kecurigaan, ketua partai mempersilahkan Herman pergi dari tempat acara. Bahkan sudah memperlihatkan dana sisa yang ia transfer ke rekening bank atas nama Herman.
Sesampai di dalam mobil, Herman tertawa ngakak. Melihat kebodohan dan kerakusan orang-orang tadi yang memakan bakso persugihan buatannya dengan menggunakan lendir hubungan intim. Semuanya makan dengan lahap sampai berebutan satu sama lain.
Lala yang melihat Herman sampai mengerutkan dahinya.
“Bagaimana?” tanya Lala, berharap Herman memberikan uang jajan untuknya.
“Sukses dan silahkan cek rekeningmu! Aku sudah transfer 100 juta untukmu,” ucap Herman dengan bangganya.
Lala langsung mengecek rekeningnya, melihat saldo 100 juta di dalamnya. Senyumannya semakin lebar.
Soal uang, Herman memang tidak pelit dengan Lala. Selama Lala berguna untuknya. Maka uang akan berjalan terus untuk Lala
“Sekarang kita kemana?” tanya Lala yang tersenyum bahagia.
“Ke toko, untuk jualan seperti biasa. sambil memancing ikan paus yang oder bakso buatan kita dalam jumlah besar!” ucap Herman yang menjalankan mobilnya pick upnya menuju ke tempat dagangan.
yang biasa mereka berdua gunakan untuk menjual bakso persugihan. Dengan campuran cairan hubungan intim. Dalam setengah jam, semua stock bakso terjual semua. Padahal, Herman terlambat datang sejam dan antrian sudah memanjang seperti ular naga.
“Ini buat kalian,” ucap Herman yang menyerahkan komisi seratus ribu perorangan untuk kelima karyawannya.
Tentu saja, Herman menyerahkan secara langsung dan di tatatpi oleh para pesaingnya dengan tatapan iri
“Terima kasih bos,” balas ke lima karyawan secara serentak.
“Hari ini, kita pulang awal. Tidak ada stock bahan lagi untuk di jual dan terima kasih atas bantuan kalian semua,” ucap Herman ramah dan rendah hati.
Ke Lima karyawan membantu Herman untuk mencuci peralatan dan memasukkan ke mobil Pick up. Seperti yang mereka lakukan selama ini.
“Ckckck.. Pakai pelaris apa sih. Sampai laku seperti itu,” sindir tetangga sebelah yang sama-sama jual bakso.
“Tidak pakai perlaris, hanya menambahkan porsi lebih banyak. Daripada pelit, pelanggan kabur!” balas Herman dengan rendah hati.
Penjual tetangga mendengus kesal dengan jawaban Herman. Ini bukan pertama kalinya, ia mendapatkan jawaban seperti itu. pasalnya harga bakso Herman sungguh mahal, tapi tetap saja laku laris.
“Bos, sudah selesai!” saut seorang karyawan dan Herman bergegas pergi.
Di dalam mobil, Lala banyak melamun. Herman melirik Lala berapa kali.
“Ada apa?” tanya Herman.
“Aku ingin operasi plastik biar nampak awet.”
“Ya udah, lakukan saja! Jika itu maumu, aku hanya bisa dukung.”
“Bagaimana dengan dirimu!” tanya Lala yang masih penasaran dengan Herman yang bisa saja melakukan hal lain.
“Aku lebih tertarik uang, kekayaan dan kedudukan. Selagi punya banyak uang, para wanita Kan bersujud padaku!” ucap Herman dengan songong.
“Bagaimana ke awetan?” tanya Lala yang ke pembahasan semalam dengan Joko.
“Aku tidak perduli dan tidak mau jadi tumbalnya,” balas Herman yang lebih tertarik penuh nafsu dunia, daripada keawetan yang akhirnya menumbalkan diri sendiri di tangan Joko.
Lala menghela nafas panjang. Ia binggung mau ikut persugihan arwah atau operasi plastic untuk mempertahankan keawetan tubuhnya.
Niat Lala untuk mendapatkan Adam masih belum pupus. Kedua tangannya di kepalkan, untuk membulatkan tekatnya untuk berpikir dengan baik-baik. Keputusan mana yang akan di ambil ada akhirnya.
“Kau akan jadi milikku, Adam!” batin Lala.
Herman berapa kali melirik Lala yang mempunyai tekat kuat untuk mendapatkan ke awetan dan kemudaan. Ia tidak akan ikut campur. Karena semua bukan urusannya dan pada akhirnya, Lala tetap akan jadi tumbal selanjutnya. Ketika waktunya sudah tiba.
Sebelum sampai ke rumah, Herman melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya. bahwa yang menyewa tokonya untuk jam 6 malam ke atas tidak jualan. Maka meminta Herman mengembalikan uang sewanya.
Herman dengan senang hati mentranser dana tersebut. Kemudian mengirimkan pesan kepada lima karyawannya untuk berjualan lagi pada malam hari dengan iming-iming bonus besar. Karena Herman masih ada simpan sisa kuah bakso yang sudah berisi campuran sp*rma dan lendir Narnia. Ketika ia mengenjotnya berulang-ulang kali, sehingga ada setengah cairan sudah di simpan di dalam botol buat jaga-jaga kedepannya. Tentu saja, ia menyimpannya di tempat yang aman dan tidak seorangpun yang akan tau.
“Kita jualan lagi malam ini!” ucap Herman kepada Lala yang sedari melamun.
“Apa!?” protes Lala yang tidak mau ikut.
“Uang jajan mu bertambah malam ini, mau tidak?” balas Herman yang memainkan protes Lala dengan uang.
Mau tidak mau, Lala menyetujuinya. Mereka berdua mampir ke pasar untuk membeli bahan baku pembuatan bakso yang akan mereka jual malam ini.
***
Di dalam mobil, Narnia yang masih dalam perjalanan ke sekolah. ujung mata Narnia berapa kali melirik Adam yang sedang menyetir mobil. Bahkan ia terasa merasakan denyutan di bagi bawahnya yang mendambakan untuk di masuki oleh Adam yang asli. Bukan Adam yang di dalam hayalanya.
Tapi, Narnia binggung. bagaimana cara mengoda Adam di tambah lagi. Waktu masuk ke sekolah sisa 15 menit. Yang tidak mendukung niatnya untuk bersetubuh dengan Adam di dalam mobil.
Untuk hari ini, Narnia hanya bisa berbahagia dengan hal sekecil ini. Sambil mencari waktu yang tepat untuk mengoda Adam kedepannya.
Tidak ingin membuat pacar adam cemburu, Narnia meminta Adam untuk menurunkan dirinya di salah satu halte bus yang tidak jauh dari gedung sekolah.
“Kenapa?” tanya Adam yang heran.
” Aku tidak ingin pacarmu cemburu karena melihat kita berdua,” ucap Narnia yang menundukkan wajah malunya.
Melihat Narnia bersikap malu-malu, Adam merasakan darahnya berdesir hebat hingga terkumpul di satu sudut tubuhnya. Adam ingin sekali menyentuh Narnia sekarang ini, tapi jam sekolah menganggu dirinya untuk melakukannya.
Sehingga Adam hanya bisa menahan gejolak di tubuhnya. Kemudian menurunkan Narnia di halte bus terdekat. Seperti ke inginan Narnia.
Sebelum Narnia turun dari dalam mobil, Narnia tersenyum manis dengan melirik ke arah Adam.
“Terima kasih sudah memberikan tumpangan,” ucap Narnia yang masih tersipu malu.
“Ya Sama-sama,” balas Adam yang berusaha bersikap datar.
Setelah turun dari mobil. Narnia berjalan kaki ke arah sekolah, di tatapi beberapa preman sekolah dengan berliur. Mereka melihat bagian atas Narnia yang menantang untuk di jamah.
Saat mereka ingin mendekati Narnia, bel sekolah sudah berbunyi. Sehingga niat mereka terundur untuk menjamah dada Narnia.
Jam pertama, merupakan jam olahraga. Narnia merasa malas untuk olahraga. Karena bagian bawahnya terasa sakit dan nyeri. Yang membuatnya tidak nyaman saat bergerak bebas.
Sesaat, Jemarinya menyentuh bagian bawah yang berdenyut dan merasakan sensasi geli dan basah.
“Lagi ngapain Nar,” sahut seorang teman wanita yang meremas dada Narnia dari arah belakang.
Narnia membiarkan temannya meremas kedua dadanya yang berisi.
“Lagi malas mau olahraga,” balas Narnia dengan menghela nafasnya.
“Aku tau, kau pasti tidak mau melihat Ardi dkk!” tebak Resti yang masih memainkan kedua dada Narnia dengan remasan dan menarik puncaknya secara mendadak.
Kemudian menjepit kedua ujungnya dengan jemari. Lalu menggoyangkan dengan tempo irama lamban hingga cepat.
Narnia hampir saja berteriak dengan merdua karena kenikmatan yang di berikan oleh Resti di kedua dadanya yang kini di remas kembali.
“Aku tau, kau menikmatinya! Bagaimana produk yang ku tawarkan kemarin?” tanya resti dengan senyuman jahilnya.
Resti sangat yakin, Narnia pasti sudah mempraktekkannya setiap malam.
“Hebat, aku sampai melakukan berkali-kali, hingga bagian ituku sakit!” ucap Narnia yang terus terang kepada Resti.
Resti mengerutkan keningngnya, ketika mendengar apa yang di katakan oleh Narnia barusan.
“Kenapa kau tidak coba berhubungan dengan para pria, rasanya akan berbeda dengan toys s*xs yang memuaskan dirimu setiap malam!” saran Resti.
Narnia tersipu malu, ia binggung mau menjawab apa soal bagian ini.
“Belum dulu deh, takut aku dengan benda para pria!” alasan Narnia, padahal ia hanya berhubungan dengan Adam dan kemudian menjerat Adam dengan mengatakan dirinya kini hamil. Karena sering berhubungan tubuh dengan Adam.
“Dengan toys s*xs kamu tidak takut, sama aja bohong namanya!” cibir Resti yang meremas kedua dada Narnia dengan gerakan kuat. Seolah-olah ingin memecahkannya.
“Emh sakit, Ris!” rintik Narnia yang langsung menjauhkan diri dari Resti yang memasang kedua tangan siap untuk meremas kedua dadi Narnia kembali.
Narnia yang tidak ingin dadanya di remas lagi. Langsung membetulkan posisi branya, kemudian mengenakan kaos olahraga.
Resti yang tidak menyerah, masih berusaha mencari celah untuk meremas dada Narnia yang benar-benar berisi.
“Udah, jangan remes-remes lagi. Jadi makin besar nih,” gerutu Narnia melihat kedua dadanya di mainkan kembali oleh Resti dengan gerakkan pelan dan mengoda.
Narnia merasa bagian bawahnya sudah basah. Akibat rasangan yang di terima dari dadanya yang sintal seputih bakpao.
“Bagus besar, dengan begitu Adam akan melirikmu!” ucap Resti yang memutar-mutar ujung puncak dada Narnia dengan gerakkan sensual.
Narnia tersentak, ia baru ingat. Jika wanita yang setubuhi oleh Adam adalah wanita berdada besar.
“Ok, sudah cukup!” ucap Resti yang sudah selesai meremas kedua dada Narnia.
Narnia menghela nafas, melihat kelakuan Resti. Yang hobi meremas dadanya yang sintal.
Saat Narnia pergi, Resti menampakkan senyumannya jahatnya. Ia sudah lama mengincar Narnia untuk di jual kepada salah satu pelanggan yang merupakan om-om mesum yang sudah mulai memasag tarif satu demi satu.
Resti akan masih menunngu, siapa yang memasang tarif tertinggi. Maka saat itu ia akan menjebak Narnia untuk di setubuhi oleh para pelangannya yang menginginkahytg n gadis sekolah dengan badan aduhai.
Jam olahraga di mulai, Ardi yang sekelas dengan Narnia menatapi Narnia dengan tatapan bergairah. Ketika melihat kedua gundukkan naik turun mengikuti irama lagu olahraga senam. Yang seolah memanggil dirinya untuk menjamah kedua gundukkan berisi yang melompat naik turun.
“Sial,” batin Ardi.
Sedangkan dari kejauhan, di atas lantai dua. Seseorang telah memperhatikan gerakkan Narnia yang mengundang hasrah. Jakun pria itu naik turun berapa kali, dengan pandangan matanya ke arah kedua gundukkan yang naik turun yang tiada hentinya.
“Malam ini, akan ku puaskan kau!” batin Adam.
Merasakan tatapan, Ardi melihat ke arah jendela. Ia melihat Adam tengah mengawasi Narnia. Emosinya langsung naik seketika.
Dari dulu sampai sekarang. Ardi dan Adam saling bermusuhan dan merebut barang satu sama lain.
Senyuman jahat terlukis di wajah Ardi, ketika menatapi Adam yang menatapnya dengan kebencian.
“Tak lama lagi, aku akan mirip denganmu! Apa yang kau punya akan menjadi milikku dan akan ku nikmati sampai puas. Jika perlu akan ku buat ling para wanitamu menjadi longgar,” batin Ardi yang membulatkan tekatnya untuk bisa setara dengan Adam.
Sedangkan Adam hanya menganggap Ardi bukan apa-apa dan tidak akan bisa menang darinya. Dari dulu sampai sekarang, apa yang ia inginkan. Akan selalu ia dapatkan, termasuk harta.
***
Seperti biasa, jualan bakso Herman selalu laku laris. Bahkan banyak oderan dari berbagai pihak, terutama untuk acara nikahan, rapat dan sebagainya. Karyawan Herman mencatat oderan satu demi satu dengan teliti di sertai oleh para pemilik dagangan lain yang melihat apa yang di catat karyawan tersebut.
“Ckckck ini pasti pakai persugihan, maka bisa laris!” cibir pemilik rumah makan sebelah.
Apa yang di cibirkan mereka, tidak di tangkapi oleh Herman. Herman hanya memperlihatkan pembagian bonus kepada ke lima karyawannya yang setia bekerja untuk untuknya.
“Bonus 500rb perorang, apa tidak kebanyakan?” timpal Andika yang tidak sabaran ingin memakai tempat dagangan Herman di jam 8 malam.
Herman yang biasa jualan selama 5 jam, kini menjadi 2 jam malam ini. Karena selalu di desak oleh Andika yang perlahan-lahan untuk menguasai tempat bisnisnya.
Herman malas berdebat dengan para pesaingnya. Ia tetap mempertahankan jam jualan selama 3 jam.
Andika berdecak kesal, melihat Herman dan para kelima karyawannya masih belum angkat kaki dari tempat dagangan.
“Masih lama tidak? Saya sudah mau jualan,” ucap Andika dengan mengebrek salah satu meja makan.
Herman masih diam. Mencoba untuk bersabar di sertai dengan tawa para pesaing lain.
“Malam ini akan ku buat kalian menderita atau malam selanjutnya,” batin Herman.
Melihat tiada indikat baik dari Herman selaku pemilik tempat usaha. Andika langsung meminta para karyawannya untuk mengusir Herman dan para karyawan yang sedang bersih-bersih peralatan makan.
Herman yang sudah habis kesabaran, mulai menatapi Andika.
“Berani bertindak sesuka hati! maka bulan depan tidak perlu lanjut sewa tempat ini dan silahkan angkat kaki,” ucap heran tegas. Ia tidak akan membiarkan Andika bertindak seenaknya.
Wajah Andika memucat, ia mendengus dengan kesal. Lagi-lagi ia terpaksa mengalah 30 menit. Membiarkan para karyawan Herman untuk beres-beres peralatan.
Tetiba timbul niat Andika untuk menyewa orang untuk membunuh Herman atau mencelakai Herman dengan cara lain. Ia tidak sanggup setiap hari melihat kesuksesan Herman yang semakin berjaya. Beda dengan dirinya yang masih itu tak itu, walau sudah memakai persugihan pakaian dalam wanita yang belum di cuci untuk membuat kuah baksonya.
Selesai membereskan barang dagangan, Herman dan para karyawannya mulai pergi. Andika masih tidak terima, ia menatap kepergian Herman dari depan matanya.
“Liat saja, suatu saat kau akan ku singkirkan!” batin Andika.
Selesai menatapi kepergian Herman, Andika mulai mengeluarkan barang dagangannya. Ia sempat melirik Lala, istri muda Herman. Yang pergi belakangan dari dalam toko.
“Hai,” sapa Andika yang tergoda dengan istri muda Herman.
Lala hanya membalas dengan senyuman tipis dan pergi menyusul Herman.
Di dalam mobil, Herman menatapi Lala yang masuk dan duduk di samping pengemudi. Dengan tatapan curiga dengan apa yang sedang di pikirkan oleh Lala saat ini.
“Kenapa?” tanya Herman yang sudah tau jawabannya dan apa yang terjadi.
“Tidak ada apa-apa!” balas Lala dengan sikap biasanya.
“Apa Andika masih mengodamu barusan?” ucap Herman dengan langsung ke inti pembicaraannya.
Lala langsung tersendat ludah sendiri.
“Aku tidak keberatan, jika kau mau memanfaatin dia untuk kepentingan pribadi. Seperti menjadikan dia sebagai tumbal persugihan untuk hal pribadimu,” jelas Herman dengan nada santainya, sembari mengemudikan pick up jalan lain.
Lala terdiam karena terkejut dengan reaksi Herman di luar perkiraannya barusan.
“Asal dengan catatan, dia tidak tau dengan apa yang kita lakukan selama ini. mau kau jadikan sebagai selingkuhan untuk memuaskan birahimu, aku tidak masalah. Kita sama-sama mempunyai target sendiri,” ucap Herman yang melihat ke arah Lala yang terkejut.
“Kau serius dengan ucapanmu?” tanya Lala yang seperti kesambar petir di siang bolong dengan apa yang di katakan oleh Herman.
“Tentu saja, kau kira aku ini apaan. Kita menikah karena persugihan dari Joko! Wajar saja, kau dan aku punya ke inginan sendiri. Aku bisa menyentuh Narnia sesuka hatiku, begitu juga denganmu. Bisa berhubungan dengan pria manapun yang kau suka, termasuk Adam yang kau idolakan itu.”
Lala semakin terkejut dengan kalimat terakhir dari Herman.
“Mungkin saja, kau menumbalkan Andika demi Ke awetan dan kecantikan. Demi mendapatkan sosok seperti seorang gadis, yang kau harapkan selama ini.”
“Bukan kah kau bilang tidak tertarik?” tanya Lala yang masih kaget dengan perubahan sikap Herman.
“Aku memang tidak tertarik kemarin! Sekarang aku berubah pikiran setelah apa yang terjadi berapa hari ini. waktu semakin merubah sosok kita semakin jelek dan menyedihkan. Sehingga aku juga menginginkan tubuh yang tampan dan muda. Kau dan aku tidak terikat pernikahan sah.
Jadi kita bebas melakukan apapun dengan catatan berani membocorkan apa yang kita berdua lakukan selama ini. kau akan tau akibatnya,” jelas Herman dengan niat jahatnya untuk menyingkirkan Andika dengan menggunakan tangan Lala daripada tangannya. sehingga semua kejahatan atau tumbal selanjutnya, akan di tanggung oleh Lala.
Lala memikirkan apa yang di katakan oleh Herman ada benarnya, maka ia akan serius mengoda Andika untuk mendapatkan ke inginan yang selama ini hanya bisa ia lihat di depan mata.
Sebelum keduanya pulang ke rumah, Herman dan Lala mendatangi dukun Joko yang menjadi dukun lagganan mereka bertahun-tahun ini.
Kedatangan keduanya, sudah di perhitungkan oleh Joko. Ia tau, cepat atau lama. Herman dan Lala pasti kembali dengan keinginan baru.
“Jadi kalian sudah memikirkannya,” ucap Joko yang seolah bisa melihat Herman dan Lala di satu tempat bersamaan.
“Iya, sudah kami pikirkan jauh-jauh hari!” balas Lala dengan tekat bulatnya.
Lala memutuskan kembali memakai Joko daripada dukun lainnya. Yang entah kualitasnya menjamin atau tidak sesuai harapan.
“Bagaimana dengan mu!” tanya Joko pada Herman yang kelihatan melamun.
“Sama dengan perkataan Lala,” balas Herman yang sudah ingin buru-buru pulang untuk menyentuh Narnia. Ia sudah tidak tahan menyentuh anak tirinya, sejak kejadian semalam yang membuatnya ketagihan.
Joko tersenyum penuh arti, melihat Lala dan Herman yang sudah memilih jalan sesat semakin jauh.
“Ada sedikit ritual harus kalian jalanin malam ini hingga sampai besok malam. Apa kalian setuju?” tanya Joko yang masih dengan nada bicaranya yang masih pelan dan ramah.
“APA?” pekik Herman yang seakan tidak terima, karena niat mencicipi tubuh Narnia menjadi sia-sia.
“Tidak lama, hanya satu jam saja! Setelah itu kau bisa mencicipi tubuh anak tirimu dengan berapa gaya,” balas Joko yang seolah bisa membaca apa yang di dalam kepala Herman saat ini.
Herman tidak terkejut lagi dengan sikap Joko yang bisa membaca isi hati orang.
Mau tak mau, Herman menerima syarat dari Joko untuk ritual persugihan selanjutnya. Begitu juga dengan Lala
***
Malam hari, Ardi sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk botol untuk menampung hasil hubungan mereka berdua. yang akan menggunakan botol dengan isi lendir bercampur dengan sperma yang merupakan hubungan tubuh. Untuk memeras ayahnya yang pilih kasih.
Melihat jam sudah menunjukkan jam 10 malam dan obat pasti sudah bereaksi. Ardi mulai membulatkan tekatnya untuk masuk ke kamar Narnia melalui jendela kamar. karena pintu kamar sudah di kunci oleh Narnia dari dalam. Sehingga ia susah masuk ke dalam. Jika lewat jendela, masih gampang karena berapa trik saja. Jendela kamar itu akan terbuka. Tepatnya, kamar yang di huni oleh Narnia merupakan kamarnya dulu. Sebelum Narnia pindah ke sini.
Dengan langkah hati-hati, Ardi menurunkan kakinya satu persatu. Hingga berhasil masuk ke dalam kamar. dengan langkah pelan, Ardi mendekati Narnia yang sedang tidur dan mengecek apa yang di baca oleh Narnia di dalam ponsel, melihat berapa novel dewasa dengan agenda yang detail.
Senyuman Ardi melebar, ia akan langsung mempraktekkan sekarang juga. Sambil menunggu obat perasangnya bekerja dengan sempurna.
Tak butuh waktu lama, Ardi melihat Narnia mengerang dan semakin gelisah di atas ranjang.
“Panas…..” gumam Narnia pelan.
Dalam tidur antara sadar dan tidak sadar. Narnia seolah-olah melihat Ardi di atas tubuhnya.
“Ardi?” gumam Narnia pelan.
Ardi tidak bersuara, hingga Narnia tertidur kembali.
Dalam ketenangan tidur, Narnia dapat merasakan kehadiran orang asing di sampingnya. Dengan hembusan nafas di telinga, setelah itu. Bibirnya di lumat dengan kasar di sertai dengan gigitan.
Narnia berusaha mengerakkan kepala ke kanan dan kekiri. untuk bisa lepas dari pungutan bibir pria tersebut dan membuka kedua matanya untuk segera sadar dari mimpi liarnya. Tapi hasilnya sia-sia, pria di atas tubuhnya semakin kasar.
Setelah bibir, kecupan itu beralih ke leher dan ke arah dada. Dengan tidak
sabaran, pria itu membuka semua piyamanya. Kemudian menarik pakaian atas di tubuh dan meremas kedua buah dadanya dengan kasar. Seperti yang di lakukan oleh Resti barusan di ruangan ganti yang ia intip barusan
Remasan Ardi di dada Narnia yang seperti membuat adonan kue. Menimbulkan sensasi geli di tubuh. Bahkan tanpa sengaja mengeluarkan suara membangkitkan gairah dari bibir Narnia. Yang terbuka dan mengingit bibir bawahnya dengan gigitan mengoda.
Mendengar desahan penuh gairah, Ardi semakin bermain kasar di kedua buah dada Narnia. Hingga menarik puncaknya secara kasar dengan kedua tangan.
“Sakit….” ujar Narnia bercampur dengan suara merdunya yang menginginkan lebih dari sebuah permainan di atas dadanya.
Semakin Ardi semakin mengembang, ia semakin liar memainkan kedua buah dada Narnia dengan berbagai tempo dari lembut hingga kasar.







