Nama ku Reza aku adalah seorang anak tunggal yg lahir dari keluarga yg bisa di bilang cukup berada. Aku di anugrahi otak yg encer serta keinginan yg mau bekerja keras. Bahkan di tak lama setelah kuliah aku di terima di sebuah perusahaan energi plat merah, yg gaji nya kurasa sangat amat cukup untuk memenuhi kebutuhan ku.
Satu kekurangan ku ya itu di karenakan sifat ku yg suka bekerja keras dan bersungguh2 dalam bekerja hingga aku seperti tidak sempat mencari seorang pendamping. Hingga di suatu waktu orang tua ku memperkenalkan ku ke seorang gadis cantik dan indah, Anissa nama nya. Ia adalah anak dari teman ayah ku.
Saat pertama kali ku di kenalkan kurasa aku langsung jatuh hati padanya, senyum nya, suara nya, tingkah laku nya, sikap nya semua yg keluar dari Anissa membuat ku jatuh kepayang.
Hingga akhir nya aku pun meminang nya, semua berjalan baik dan tampak lancar hingga tiba malam pertama kami. Entah kenapa saat semua acara selesai dan kami pamit masuk ke dalam kamar untuk istirahat wajah Anissa (istriku) tampak murung dan sedih.
Ku mendekati nya lalu mencoba menyentuh tangan nya, spontan ia pun menangis tersedu sedu. Ia bercerita bahwa sebenar nya ia mau menerima pinangan ku, Krn rasa bakti nya kepada orang tua nya sehingga ia tak sanggup menolak nya terlebih di saat itu Anissa ternyata telah memiliki seorang kekasih, Satrio nama nya kekasih yg sangat ia cintai.
Ia bercerita panjang lebar kepada ku seraya meminta maaf ke pada ku.
Lalu apa yg ku rasa.. tentu saja sakit dan kecewa tp rasa cinta ku kepada nya lebih besar sehingga ku coba memaafkan nya. Ku meminta kepada nya untuk mencoba menjalani hubungan pernikahan ini lebih dahulu mungkin se iring berjalan nya waktu , ia akan menumbuhkan menerima ku lalu tumbuh benih2 cinta nya dan perlahan melupakan sosok Satrio pujaan hati nya saat ini.
Ternyata dugaan ku salah 3 bulan kami bersama bahkan aku belum sekali pun berhubungan badan layak nya suami istri pada umum nya, aku mencoba menuruti ke inginan nya Krn ia berkata belum siap untuk itu dan selalu saja mulai menangis setiap kali ku coba memeluk bahkan sekedar mencium nya.
Rasa sakit ku, kecewa ku, marah ku kalah dengan rasa cinta dan sayang ku kepada nya sehingga ku menuruti nya untuk tak meniduri nya sampai saat ia siap.
Hingga akhir nya aku tidak ingin menahan nya lebih lama lagi di sisi ku Krn tak tega melihat air mata di setiap kali ia tidur bahkan tiap kali ia berdoa sehabis ibadah nya ia selalu meminta untuk keadilan bagi hati nya.
Akhir nya ku pulangkan ia (Anissa) orang yg amat ku cintai kepada orang tua nya, ku jelaskan seluruh cerita nya kepada orang tua nya, mereka tampak kaget dan malu setelah mengetahui apa yg terjadi tap aku berusaha untuk meyakinkan orang tua nya agar jangan terlalu marah kepada nya (Anissa) mungkin memang kami yg tidak di takdirkan berjodoh.
Beberapa tahun Setelah cerai aku sama sekali sudah tidak mendengar cerita tentang Anissa sama sekali karena aku Menenggelamkan diri ku oleh pekerjaan ku, dan lagi sekarang aku juga sibuk mengurusi perkebunan tembakau yg blum lama aku beli di suatu daerah dekat kampung nenek ku. Walau belum seberapa tapi tampak nya hasil perkebunan tembakau ku telah menghasilkan cerutu berkualitas internasional Krn aku menjaga betul kualitas dari daun daun tembakau terbaik hasil panen perkebunan ku dan beberapa membeli dari petani tembakau sekitar.
“Uh akhir nya libur akhir tahun… Setelah audit tahunan selesai aku ingin sekali berkunjung ke desa nenek ku sekalian meninjau perkebunan tembakau ku, sekalian mencari jodoh kali aja kan ada kembang desa yg nyancol.. hahhahaa..” Ucap ku penuh semangat.
Setelah membereskan pakaian ku dan segala keperluan , aku pun pamit kepada ayah dan bunda ku. Setelah iku u tancap mobil ku dengan penuh semangat..
Cukup lumayan jarak antara tempat tinggal ku dan kampung halaman nenek ku (Mungkin hampir jarak jakarta bandung). Tentu saja nenek dan kakek ku sudah tiada jadi aku akan tinggal di bangunan yg mereka tinggalkan tentu saja sudah lama aku renovasi dengan model yg aku inginkan (tentu saja kepemilikan nya sudah atas nama ku Krn bangunan ini sudah ku beli dari ahli waris nya “ayah ku” tentu nya).
“Aaaaaahhhh akhir nya sampaaaaii jugaaaaaaaa..” ucap ku seraya meregangkan badan ku yg cukup pegal di rasa.
“Ttiiinnn” klakson mobil ku.
“Owlah den sudah sampai toh, ayo masuk masuk den, sebentar saya bukakan gerbang nya dulu…” Ucap pak Samsul orang yg menjaga kediaman ku.
“Ayo den.. sini saya bawakan semua barang barang nya biar saya rapihkan langsung ke kamar den Reza..” ucap nya ramah dan cekatan.
Aku pun masuk kedalam sembari melihat2 kediaman ku dan sekitar nya. Saat ku sedang sedikit berkeliling area villa ( sebut aja villa ya Krn memang jarang di huni datang kalau mau ngurus perkebunan dan liburan saja) tiba tiba pak Samsul memanggil.
“Den kamar nya sudah siap.. klo Aden mau langsung istirahat bisa, makanan juga sudah siap JD kalau Aden lapar tinggal makan saja” ucap pak Samsul.
“Oh ia pak Samsul.. terima kasih ya..”ucap ku.
“Ya sudah den Krn semua sudah saya siapkan saya akan langsung pulang ya den.. kalau perlu apa apa tinggal kabari saya saja ya den” ucap pak Samsul pamit.
“Baik pak terima kasih ya atas bantuan nya” ucap ku.
Saat saya atau keluarga tidak ke villa ini pak Samsul lah yg akan menempati nya untuk menghindari dari aksi maling. Tp jika saya atau keluarga datang pak Samsul akan kembali kerumah nya tentu dya akan lebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu keperluan villa ini lebih dahulu.
Saat ku mau menutup gerbang usah mengantar kepergian pak Samsul, lewat seorang wanita yg tampak sedang membawa aneka kue, seperti nya dagangan wanita itu.
“ANISSA” ucap ku.
Belum sempat ku merespon ia telah berlalu cukup jauh.
“Heh aneh kenapa wajah wanita itu sepintas mirip Anissa” fikir ku
“Aaah mana mungkin, ini kan sudah beda kota dengan rumah nya” ucap ku mencoba menepis dugaan ku.
Setelah itu terasa mengganjal di pikiran ku, nanti akan ku cari tahu wanita itu Anissa atau hanya sekedar mirip…
Aku kembali memasuki villa dengan rasa penasaran..
“Apakah itu Anissa? Apa yg ia lakukan di daerah sini? Apakah ia pindah ke daerah sini? Apakah dya sudah menikah dengan Satrio? Apakah dya baik baik saja?” Fikir ku dengan semua pertanyaan untuk Anissa mantan istri dan cinta pertama ku.
Perjalanan ini dan semua pertanyaan itu menguras sangat banyak stamina ku.
“Akan kah tadi ku kejar saja? Lalu kalau dya memang Anissa lalu apa? Bertanya tentang kabar nya? Apakah ia bahagia dengan kekasih nya?” Fikir ku..
Uh aku ini kenapa sih lagian kalau pun itu memang Anissa lalu knp. Mungkin skarang ia sudah bahagia dengan kekasih nya si Satrio itu.
Aku pun masuk lalu mandi, berharap air yg sejuk membersihkan fikiran ku dari seribu pertanyaan tentang dya (Anissa). Lagian aku bukan siapa siapa dan mungkin saja dya pun sudah melupakan kenangan saat menjadi istri ku dahulu yg memang tak ada yg dapat di kenang juga..
Selesai mandi aku pun bersiap untuk makan siang .. baru saja beberapa suap ku menikmati makanan ku. Tau tau hp ku ber dering.
“Den Reza… Gawat ini den Reza..” ucap pak Samsul di balik telefon dengan suara panik .
“Gawat… Gawat kenapa pak Samsul.. ada apa kenapa tampak panik sekali.” Jawab ku serius.
“Ini den… Ada salah satu karyawan perkebunan kita yg tertangkap basah mencuri daun tembakau premium kita den.. dya mencoba mencuri 1 karung penuh… Ini saya dan beberapa karyawan perkebunan sedang mengamankan orang itu den..” jelas nya.
“Hah apa.. knp sampai ada karyawan yg berani mencuri di perkebunan yg ku miliki?? ” Ucap ku.
“Untuk lebih jelas nya Aden bersiap saja . Sebentar lagi ada orang yg akan menjemput den Reza ke vila dan mengantarkan Aden ke kantor perkebunan ” jelas pak Samsul .
“Baik pak saya akan menunggu” ucap ku lalu ku nantikan telefon itu dan mengambil jaket ku untuk bersiap menunggu di jemput.
Akhir nya orang yg menjemput ku pun datang, lalu kami bergegas menuju kantor perkebunan ku. Sesampai nya di sana aku langsung masuk untuk melihat siapa orang berani mencuri di hasil jerih payah ku di untuk perkebunan ini.
“Den silahkan masuk den… Itu orang nya den sudah kami aman kan bersama keamanan perkebunan kita de..” ucap pak Samsul sambil menunjuk seseorang di pojok ruangan yg tampak sudah di ikat dengan tali .
Aku pun berjalan mendekat, ku perhatikan wajah nya. Kenapa tampak tidak asing. Entah kenapa aku seperti pernah melihat nya di suatu tempat.
“Jadi kamu karyawan yg benari mencuri daun daun tembakau terbaik yg perkebunan ku miliki. Bukan yg biasa biasa tapi yg premium..!!! Siapa nama mu?” Ucap ku penuh amarah.
“Na na nama saya Sa Sa satrio pak … Saya mohon maaf, sebenar nya saya sangat terpaksa melakukan ini pak .. Saya sedang di kejar kejar hutang.. saya gelap mata pak.. ampun pak jangan laporkan saya ke polisi” jawab orang itu dengan terbata bata.
“Saat ketangkap baru kamu berasalan terpaksa Krn ke pepet.. jikalau karyawan saya tidak menangkap basah kamu mencuri pasti kamu akan terus melakukan nya.. IA KAN!!”bentak ku.
“Ti tidak pak , saya sungguh sungguh, saya terpaksa pak Krn sudah di kejar kejar pembayaran hutang pak. Saja janji pak.. kalau bapak tidak melaporkan saya ke polisi saya janji pak saya akan berkerja lebih keras dari yg lain bahkan saya bersedia di bayar hanya setengah nya beberapa bulan ke depan.. saya janji pak “ucap orang itu memohon.
Saya pun duduk sejenak. Lalu memanggil pak Samsul. Saya bertanya perihal gaji karyawan dan buruh di perkebunan ini, serta bagai mana kesejahteraan mereka semua. Pak Samsul pun membawakan buku besar ke pada saya dan memberitahukan dengan rinci bagai mana seberapa kami memberi gaji, tunjangan apa saja, dan bahkan sampai uang kerajinan. Di tengah itu semua pak Samsul pun memberitahukan informasi tentang si Satrio bahwa ia adalah karyawan baru di sini. Tp ia sudah terkenal suka mabuk2 an dan gila judi.
Mendengar itu semua membuat ku membulatkan keputusan yang akan ku ambil saat ini.
Baru saja ku ingin menyuruh keamanan untuk menelepon polisi tiba tiba ada suara seorang wanita yg tau tau berusaha masuk ke dalam kantor.
“Tolong izin kan saya masuk ke dalam tolong…. Saya ingin bertemu suami saya… Tolong izin kan saya masuk” ucap wanita itu.
Tentu saja hanya suara nya yg terdengar dari dalam. Aku pun mengizinkan wanita itu masuk, sesaat di izin kan masuk wanita itu pun langsung berlari menuju ke arah pelaku itu lalu memeluk nya, sambil terisak ia menanyakan apakah dya (pelaku) baik baik saja. Setelah memeluk dan melihat ke adaan dari pria itu (pelaku) ia pun berbalik badan dan langsung bersujud di hadapan kami untuk meminta maaf dan meminta keringan atas kelakuan yg di lakukan oleh suami nya (pelaku itu). Ternyata wanita itu dan pelaku suami istri.
Sehabis ia bersujud lalu ia memberanikan diri mengangkat wajah nya dan kembali meminta maaf dan meminta kemurahan hati agar suami nya tidak di bawa ke kantor polisi.
“DEG”
sesaat wanita itu mengangkat wajah nya setelah ia bersujud meminta maaf tampak lah sesosok wajah yg tak mungkin ku lupakan, sesosok yang selalu berusaha ku lupakan selama ini. Ternyata wanita yg sedang meminta belas kasih dan ampunan untuk pelaku pencuri ini adalah Anissa. Yg tak lain adalah mantan istri ku.
Setelah aku melihat wajah entah kenapa hati ku terasa sangat sakit. Kenapa ia begitu membela pria itu ( suami nya saat ini) (pelaku pencurian ) sebegitu nya bahkan sampai sanggup bersujud dan memohon mohon. Kelebihan apa yg di miliki pria itu di bandingkan aku, apa yg bisa dya (Satrio) berikan ke Anissa selain rasa malu yg saat ini terjadi.
Terdiam ku untuk beberapa saat, hingga aku tersadarkan kembali oleh suara pak Samsul.
Lalu aku meminta pak Samsul dan keamanan untuk membawa orang itu (Satrio)(pelaku) ke dalam pos keamanan sementara. Dan aku meminta semua yg tidak berkepentingan untuk keluar dari ruangan ini kecuali wanita ini (Anissa), Perintah ku.
Setelah semua keluar aku pun duduk kembali di bangku ku dan menyuruh agar wanita itu pun juga mulai duduk di bangku yg ada di ruangan ini. Tampak nya ia belum sadar dengan wajah ku Krn syok mendengar suami nya di tangkap Krn melakukan pencurian.
” Silahkan duduk dulu Anissa, mari kita bicarakan dengan lebih nyaman” ucap ku.
“Ba ba baik pak… Tolong pak jangan laporkan suami ku ke polisi pak, tolong pak beri keringanan pak..”ucap nya kembali memohon.
“Anissa.. apakah kamu benar tidak mengenali aku?”tanya ku.
“Bapak boz dari tempat suami ku bekerja kan pak… Oh tidak…..” Tiba tiba saja ia menutup mulut nya dengan kedua tangan nya. Kemungkinan dya sudah mengenali ku.
Aku pun kembali meminta dya untuk duduk dengan nyaman dan meminta dya (Anissa) untuk tenang lebih dahulu.
“Apakah kamu sudah mengenali ku? Apakah benar kamu sudah melupakan ku ?” Ucap ku dengan nada yg pelan.
“Ba ba bagaimana aku bisa lupa dengan mas.. walau pun kisah rumah kita berakhir singkat. Tp dalam kurun waktu itu mas memperlakukan ku dengan baik, bahkan tidak pernah berlaku kasar bahkan saat mengetahui seluruh cerita ku” ucap Anissa.
“Aku fikir saat aku ikhlas melepaskan mu waktu itu, kamu akan berbahagia dengan pria yg kamu sangat cintai.. tp apa ini apa yg ku saksikan ini? Kamu pindah ke desa terpencil, berjualan kue, dan memiliki suami pemabuk, penjudi bahkan pencuri ?? Apa ini? aku melepaskan mu berharap kamu bahagia tp ini yg kamu perlihatkan kepada ku? Kehidupan yg sperti ini?” Bertubi tubi pertanyaan ku dari semua rasa yg ku pendam.
“Mas benar.. begini lah kehidupan ku saat ini, susah, melarat, tp bagaimanapun aku bahagia bersama suami ku, walau saat ini dya berubah banyak akibat rasa rendah diri, malu dan frustasi akibat begitu sulit nya mencari pekerjaan di masa lalu hingga kami terpaksa menjual rumah kami dan pindah ke pedesaan seperti ini. Tadi nya mas Satrio tidak seperti ini. Dya begini akibat gagal bangkit dari keterpurukan nya, aku yakin suatu saat pasti mas Satrio akan kembali sperti dahulu” ucap nya panjang lebar yg membuat ku merasa cemburu.
Lalu aku pun bertanya apa yg akan kamu( Anissa ) lakukan untuk membuat ku mengurungkan niat untuk menjebloskan satrio ke dalam penjara. Ia pun kembali menangis dan berharap aku bisa melepaskan suami nya demi masa lalu kita (Anissa dan aku).
“Jangan bawa bawa masa lalu Anissa. Karena saat ini kita bukan lah siapa siapa bukan? Apa kah kamu serius ingin aku melepas suami mu dengan alasan sperti itu?” Ucap ku mencoba mendominasi.
“Lalu apa yg harus aku lakukan agar mas Reza mau memaafkan dan melepaskan suami ku (Satrio)? Aku harus apa?” Ucap nya dengan putus asa.
“Aku fikir kamu begitu benar benar mencintai nya, aku fikir kamu benar benar putus asa meminta pertolongan ku.. lantas tak ada kah yg terlintas di pikiran mu untuk mengubah keputusan ku” ucap ku mencoba memojokan Anissa.
“Lalu mas mau apa? Aku tidak punya apa apa, harta dan benda ku pun sudah tidak punya, yg Ter sisa hanya tubuh ku ini saja tak ada yg lain nya, apa yg harus aku berikan agar mas mau sedikit saja menerima permohonan ku?” Ucap nya putus asa.
“Apa kamu yakin ingin aku yg meminta sesuatu dari mu? Apa kamu tidak akan menyesal saat mendengar apa yg pantas kamu tukar dengan kehidupan bebas suami kamu?”ucap ku semakin mendesak nya.
Lalu aku pun membisikan sesuatu kepada Anissa. Ia tiba tiba terdiam. Pupil mata nya membesar, seraya tak ada kata kata apapun lagi yg keluar dari mulut nya. Tp satu yg pasti Anissa meng anggukkan kepalannya tanda ia setuju dengan permintaan ku. Sebelum aku mempersilahkan Anissa untuk keluar untuk menjemput suaminya aku pun memberitahu Anissa bahwa satrio akan aku pindahkan tugas untuk melakukan pengiriman luar kota selama masa percobaan 3 bulan tentu dengan pengawasan ketat orang orang ku.
Ia (Anissa) pun pamit keluar ruangan ku untuk menjemput suami nya pulang. Sesaat Anissa keluar ruangan aku pun menelepon pak Samsul untuk melepaskan Satrio dan tidak melaporkan nya ke polisi, aku pun memberitahu pak Samsul tentang tugas yg akan di lakukan Satrio selama 3 bulan ke depan.
Tampak tertatih ku lihat jalan Anissa , gontai tak bertenaga tampak jelas setiap langkah nya. Apakah permintaan ku terdengar sangat jahat di kuping nya. Lantas bagai mana dengan ku, dengan semua amarah dan pertanyaan yg selalu berputar di pikiran ku selama ini. Tentu saat ini aku ingin meminta nya membayar kembali. Baru 1 hari aku tiba di sini.. rasa penasaran ku, beribu pertanyaan tentang diri ku , apakah yg kurang dari ku, kenapa, bagai mana, terjawab tuntas dengan marah, sakit cemburu yg saat ini ku rasakan.
Setelah menyelesaikan semua masalah yang ada di perkebunan tembakau milik ku. Akhir nya aku pun meminta kepada pak Samsul untuk mengajak ku berkeliling perkebunan tembakau serta beberapa spot spot indah yg ada di daerah sini. Setelah kepala ku di rasa mau pecah atas kejadian tadi, seketika semua mulai hilang terganti ke kagum an ku atas indah nya desa ini. Bahkan pak Samsul mengajak ku ke sebuah kolam mata air alami tersembunyi yg ada di desa ini.
“Wooow pak Samsul ini benaran tidak semua tau tentang kolam mata air ini, tampak jernih dengan warna kebiruan dengan suasana yg begitu asri dan sangat alami.” Ucap ku.
“Betul den.. hanya orang orang asli sini yg tau, orang luar tidak akan pernah di beri tahu tentang kolam mata air ini..biasa nya pemuda di desa ini mengajak pacar nya ke sini untuk menembak mereka den.. Krn suasana nya yang begitu mendukung.. tersembunyi, indah, asri dan romantis..”ujar panjang lebar pak Samsul.
“Aden juga bisa mengajak pacar nya ke sini suatu saat.. pasti pacar adem bakal merasa bahagia dan merasa romantis serta akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.” Tambah pak Samsul.
Aku pun hanya mengangguk saja di karena kan aku yg terlalu sibuk bekerja hingga tidak sempat untuk mencari kekasih..
Selepas berkeliling pak Samsul pun mengantarkan aku kembali ke villa.
Aku membiarkan pintu gerbang tidak dalam keadaan terkunci hanya terslot saja, bahkan pintu villa ku pun tak ku kunci. Karena aku merasa desa ini cukup aman.
“Brugg”
Aku pun merebahkan diri ku di atas kasur. Ternyata di desa ini masih banyak tempat yg belum aku explore.
“MMM kolam mata air tadi seperti nya bakal menjadi tempat yang bagus nanti.” Ucap ku sambil tersenyum.
Tak terasa malam pun mulai menyelimuti desa. Setelah mandi dan bersih bersih aku pun langsung makan malam. Saat ku sedang menikmati makan malam ku. Sepintas ku melihat ada seseorang masuk melewati pintu gerbang ku, terlihat siluet seseorang dari jendela villa ku. Kemudian tak lama ia mengetuk pintu villa ku.
“Per permisi mas Reza, apa kah ada orang?” Ucap orang itu.
“Ia silahkan langsung masuk saja” ucap Ku sedikit mengeraskan suara ku tanpa meninggal kan meja makan.
Tentu saja aku mengenali suara siapa itu. Sekarang tepat jam 21.00, sudah ku duga ia akan menepati janji nya.
“Oww.. tak ku sangka kamu benar datang menepati janji kita ya” ucap ku sambil tersenyum.
” i..i..ia mas.. bagai mana pun aku datang sesuai yang mas Reza pinta.” Ucap orang itu.
“Lalu apa yang kamu katakan ke suami kamu tentang kepergian mu ke villa ku malam malam begini aniisa?”. Ucap ku.
Ya orang itu adalah Anissa. Ia datang ke tempat ku atas permintaan ku wantu itu. Tampak ia membawa tas di tangan nya mungkin itu baju dan beberapa alat make up nya.
“aku bilang ke mas Satrio bahwa aku sekarang bekerja di rumah mas Reza sebagai asisten rumah tangga sebagai syarat agar mas Reza tidak memenjarakan mas Satrio”. Ucap nya.
“Lalu dia berkomentar apa?” Tanya ku penasaran.
“Mas Satrio hanya bilang terima kasih Krn membantu nya memohonkan ke pada mas Reza agar tak menjebloskan nya ke penjara, dan menitipkan ucapan terima kasih nya ke mas Reza” jawab Anissa.
Suami gila. Dia bahkan tak marah saat istri nya pergi menemui lelaki lain malam malam begini. Ckckckck ku fikir dia akan memarahi Anissa habis habisan tentang permintaan ku untuk menyuruh Anissa datang ke villa ku dan berusaha menahan nya. Tp ternyata malah tak ada rasa curiga apapun di kepala nya atau cendrung dia tak perduli terhadap istri nya yang penting dia tak masuk penjara.
“Suami kamu sudah tau mulai saat ini kamu akan tinggal sementara di villa ku sampai masa uji coba dia selama 3 bulan selesai?”. Tanya ku.
“su.. sudah mas.. terlebih tadi aku juga sudah membantu menyiapkan barang barang mas Satrio untuk keperluan pengiriman keluar kota nya besok pagi juga” jelas anissa.
Setelah mendengar itu aku pun menyelesaikan makan ku. Lalu mulai menghampiri nya yang bahkan dari tadi Anissa tidak bergeser dari dekat pintu masuk.
“Kamu tau kan apa yang bisa terjadi saat pria dan wanita tinggal bersama”. Ucap ku.
“Ma.. mas rezaa.. apa perlu sampai sejauh ini mas.. sekarang kita bukan suami istri lagi mas.. tolong mas jangan berbuat sesuatu yang di larang agama” ucap Anissa dengan suara yg mulai bergetar.
“Kamu tidak perlu memikirkan itu Anissa.. urusan itu biar aku yang tanggu dosa nya.. lagian aku hanya berusaha untuk mendapat kan kembali apa yang lalu terbuang sia sia bukan”ucap ku.
“Lagian ini kan kamu yang minta , kamu berjanji tadi pagi untuk memenuhi segala yang aku ingin kan asal suami mu tidak aku jebloskan ke penjara bukan?” Tambah ku.
Mendengar itu Anissa pun tak kuasa menahan air mata dan mulai mengalir membasahi pipi nya, ia pun jatuh terduduk.
Entah kenapa semua kata kata yang keluar dari mulut ku malam ini terasa seperti seorang bajingan. Aku sadar itu tapi aku tak kuasa menahan nya. Sejujur nya melihat Anissa menangis seperti itu membuat hati ku sedikit goyah. Tapi aku terus menegarkan hati ku.
Ku raih dagu Anissa Yanng sedang bersimpuh ku coba untuk mengisyaratkan agar ia kembali berdiri. Setelah ia berdiri kembali aku pun mengisap air mata nya yang telah membasahi pipi indah nya.
“Jangan menangis Anissa, tentu aku tidak seperti Satrio yang ringan tangan itu yang selalu melampiaskan amarah nya dengan memukul mu”ucap ku.
“Sekarang cukup kamu ingat, bayangkan dan lakukan saja seolah kita masih kah seorang suami istri.. aku akan memperlakukan mu dengan lembut dan penuh kasih sayang”ucap ku.
“Buang fikiran mu tantang ini dan itu.. lupakan semua yang membuat mu risau. Kamu hanya perlu membayangkan bahwa saat ini kita masih berstatus suami istri” tambah ku.
Setelah itu, ku kembali meraih dagu Anissa sehingga kini kami bertatapan. Perlahan aku ingin mencium bibir nya, untuk sesaat ia memalingkan wajah nya, tapi kembali ku arahkan wajah nya untuk kembali bertemu.
Aku pun mengecup lembut bibir nya. Bibir indah Anissa yang dulu Bahkan tak pernah ku sentuh karena permintaan nya. Tampak masih ada perlawanan dari nya tapi tentu saja ku tahan dengan ke dua tangan ku.
Aku minta maaf Anissa, dengan memperlakukan mu sperti ini. Tapi sungguh hati ku pun hancur memperlakukan mu begini. Semua ini hanyalah bagian dari kekecewaan dan amarah ku kepada mu yang memilih meninggalkan ku, meninggal kan pernihakan kita untuk memilih orang sperti satrio si brengsek yang tidak tau cara memperlakukan mu dengan baik.
Setelah ku mencium bibir Anissa, kembali ku lihat air mata nya mengalir, mengingatkan ku kembali kepada kenangan dulu saat ia menangis saat ku sentuh dan saat ia menangis ketika berdoa sehabis ibadah nya.
Untuk sesaat tiba tiba kepala ku terasa sakit sekali seperti ingin meledak, entah ini dari amarah ku atau kekecewaan ku.
Lalu ku tawarkan Anissa untuk makan malam, tapi ia menolak nya. Dikarenakan malam semakin larut aku pun mengajak nya masuk kedalam kamar.
Bergetar tangan dan tubuh nya sesaat memasuki kamar ku. Dengan reflek aku pun memeluk lembut tubuh nya.
“Semua yang kamu bayangkan tidak akan terjadi Anissa, tentu aku tidak akan menyakiti mu, malam ini kita hanya akan tidur tidak ada yang lain” ucap ku berusaha memenangkan nya.
Ia pun mengangguk tanda mengerti dan terlihat tangan nya sudah tak bergetar lagi.
Setelah itu aku mendudukkan Anissa di tepi kasur ku. Lalu aku pamit untuk ke kamar mandi untuk bersih bersih sebelum tidur.
Aku pun memakai piyama tidur ku dan bersiap untuk masuk kedalam selimut, dan Anissa masih terduduk di pinggir kasur ku. Tiba tiba ia pamit untuk ke kamar mandi untuk bersih bersih juga, saat keluar kamar mandi Anissa sudah memakai baju tidur nya.
Walau dengan model yang sederhana, Anissa tampak cantik. Seperti yang ku ingat dulu bahkan saat ini. Ia memberanikan diri untuk ikut masuk kedalam selimut.
Saat kami sama sama sudah masuk dalam selimut. Tiba tiba Anissa membuka pembicaraan.
“Mas Reza.. sekarang aku ini istri orang mas… Dan lagi kini aku sudah tak secantik dulu, di kulit badan ku pun kini masih tersisa bekas lebam dari amarah mas Satrio jika ia habis mabuk atau bahkan saat dya kalah judi.. mas Reza ini tampan, mapan dan punya segala nya mas bisa mendapatkan yang lebih dari aku mas.. knp mas bersikeras..” belum sempat Anissa menyelesaikan ucapan nya.
Aku menahan bibir Anissa dengan jari ku, Krn tak Inging mendengar nya lebih jauh.
“Saat ini kamu hanya perlu memikirkan bahwa kita ini suami istri ya.. sisa nya aku yang tanggu baik itu dosa atau yg lain nya.. mau bagai manapun kamu sekarang aku tetap mencintai mu..”ucap ku.
Aku pun menggeser Anissa untuk mendekati posisi ku. Ku Arahkan kepala nya agar menjadikan lenganku bantalan kepala nya. Tampak nya tak ada penolakan itu. Ku fikir kini Anissa mulai mencoba mencerna semua nya.
Untuk sesaat Anissa terdiam. Lalu ia mulai kembali berbicara.
“Apa mas tidak akan menyesal memilih aku mas.. ” ucap nya.
Ucapan Anissa ku potong dengan aku mendaratkan ciuman lembut di bibir nya.. kini tak ada penolakan dari nya. Aku pun mulai mencumbu Anissa dengan lebih dalam lagi.
Ku rasa Anissa pun mulai membuang semua fikiran yang Membebani nya dan mencoba menerima ku. Kami mulai bertukar cumbuan. Lalu aku berinisiatif untuk mencoba mencari cari lidah nya dengan lidah ku, saat lidah ku dan Lidan Anissa bertemu aku pun mulai menjilat nya, menghisap nya, membuat cumbuan cumbuan semaki liar.
Tangan ku beralih mencoba membuka baju tidur nya, satu persatu kancing nya berhasil ku lepas dan menampakan dua buah gundukan indah payudara yang terbungkus bh tipis. Jari jemari ku pun mulai bergerilya meringsek masuk kebalik bh Anissa dan mulai mengelus dan menggenggam payudara indah dan kencang milik Anissa.
Tiba tiba Anissa menghentikan cumbuan kami dan mencoba kembali menutup badan nya dengan memegang bagian baju yg kancing nya sudah terbuka. Aku pun emosi. Ku tarik kembali Anissa mendekati ku.
“APA YANG KAMU LAKUKAN… DIAM DAN NIKMATI SAJA!!” bentak ku.
Kini Anissa sudah berposisi di bawah ku. Tampak Anissa terkejut.
Ku buka baju piyama ku dengan cepat, dan ku coba lepaskan celana ku. Kini aku tampak bugil di atas anissa sedangkan kini Anissa sudah tak mengenakan bagian atas nya bahkan bh nya ku lepaskan dengan paksa. Lalu ku posisikan ke dua tangan Anissa ke atas kepala nya ku pegang kedua nya dengan satu tangan ku.
Aku mulai kembali mencumbu bibir lembut Anissa, entah kenapa nafsu ku yang kini mengendalikan tubuh ku. Setelah puas mencumbu bibir nya lalu kecupan ku mulai turun menuju leher nya terus berlanjut menuju kearah payudara nya, saat ketika ku hisap payudara nya dan tangan yang satu ku lagi meremas payudara sebelah nya terdengar Anissa mulai mendesah pelan serta terkadang memekik.
“MMM payudara mu begitu lembut nan indah Anissa… Mmmm.. begitu bodoh si Satrio itu memperlakukan mu” ucap ku sambil sesekali menghisap payudara nya seakan ingin mengisap utuh dengan sesekali menggigit gigit kecil puting nya.
“Ssssssshhh.. maasss rezaaaa…. Jangaaaan maaaaaas….aaaaaahhhhhk..mmmmm”ucap nya mulai tertatih melawan gejolak nafsu nya.
“Mmmmmm… Jangan apa Anissa…..mmmmm”ucap ku sambil terus melumat payudara nya.
“Massssss … Uuhh… Mmmmm.. hentika…….an… Mmmmmm.. masss…. Ssssssshhh” deru nafas mengganggu intonasi bicara nya.
Aku melepaskan genggaman ku pada tangan nya. Lalu ku lepas hisapan ku pada payudara nya. Dengan cepat ku tarik celana Beserta dalaman nya ke bawah.
Kini Anissa tampak bugil sempurna satu tangan nya berusaha menutupi payudara nya dan tangan yang lain menutupi vagina nya. Untuk sesaat ku pandangi dengan penuh kagum tubuh Anissa.. tubuh yang dulu tak pernah ku jamah.
Terlihat beberapa bekas lebam masih tampak walau samar membuat hati ku se akan panas.
Brengsek Satrio itu tubuh indah Anissa musti dia perlakukan dengan kasar seperti ini.
Lalu ku coba membuka kedua tangan Anissa yg berusaha menutupi tubuh bugil nya, Tanpa perlawanan berarti. Kini mulai ku arah kan penis ku yang sudah keras sempurna berusaha untuk memasuki lobang vagina nya.
“Maass rezaa… Jangan di masukin mas…masss…jangaaaan… Aaaaahhhkkkk”tak sempat Anissa meneruskan ucapan nya.
BLESS…
BERSMBUNG